Part 11 : Lelah di Titik Semu

220 14 1
                                    

Ariska memakukan pandangannya ke Jalan. Lamunan tlah membawanya melanglang buana. Mengabaikan realita yang mengaum dan merongrong seisi jalan hingga sebuah teguran halus membuyarkan khayalan semunya untuk kembali. Kembali ke realita yang mengikis dirinya.

"Maaf Nyonya. HP nya bunyi sedari tadi" Mang Juki -Supir Keluarganya- memberitahunya.

Ariska terkesima. Ia tidak menyadari HP nya berdering sedari tadi. Ia merogoh tas Dior Calfskinnya dan mendapati ibu mertuanya menelponnya. "Hallo, ma"

"Hallo sayang. Gimana kabarmu disana?. Semuanya baik baik sajakan?"

"Arka baik, ma"

"Kamu sendiri bagaimana? Kamu baikkan?"

Kenyitan halus memenuhi dahi Ariska. Mertuanya jarang menanyakan kabarnya, yang sering ia tanyakan hanyalah kabar dan keadaan Arka. Lalu mengapa berbeda kali ini.

"Ariska Baik, ma"

"Kamu lagi ada di mana Sekarang?"

"Lagi di jalan, ma. Mau jemput Arka"

"Owhh"

Keheningan menyergap keduanya. Ariska tidak tahu apa yang dipikirkan mertuanya, tapi satu hal yang pasti ini menyangkut dirinya. Mertuanya tidak akan berbasa basi menanyakan kabarnya jika ini bukanlah sesuatu yang penting "Sebenarnya mama mau bicara apa? Bicara saja, ma."

"Mama ga enak ngomongnya sama kamu. Takutnya kamu nanti salah paham"

Ariska kian bingung. Salah paham. "Gapapa, ma. Mama bicara aja biar Ariska dengerin"

"Hmmmm... Ini. Tadi Miss Marlon menghubungi, mama"

Ariska menutup matanya frustasi. Ia sudah menduga ini. Miss Marlon ga akan membiyarkan sikap kurangajarnya.

"Hallo..Riska. kamu masih di sana kan"

"Iya, ma"

"Mama tahu ini berat buat kamu. Tapi kamu tahukan alasan mama maksa kamu buat ikut pelatihan ini" Ariska diam. "Mama ga mau kamu dipermalukan. Kamu tahukan keluarga mama dan Papa gimana. Mama takut kamu ga bisa berbaur dan dikucilkan nantinya. Lagian sebagai istri Arka kamu akan sering menemaninya untuk menghadiri acara dan pesta tertentu. Dan pelatihan ini akan sangat membantumu nantinya"

Ariska menyandarkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya. Ia tahu ini akan terjadi. Salah satu mimpi terburuknya. Ia tahu terlalu banyak perbedaan antara dirinya dengan Arka. Status, keluarga, kelas sosial mereka Berbeda. Semuanya itu merupakan jurang pemisah mereka dan kali ini mama mertuanya mengingatkannya dengan sangat jelas. "Ariska tahu, ma. Ariska minta maaf. Ariska ga akan ngulanginnya lagi"

"Riska. Mama ga nyalahin ariska kok. Mama hanya ingin riska tahu alasan mama memaksa ariska untuk ikuti pelatihan ini. Mama ga ingin riska salah paham dan menganggap mama terlalu otoriter dan memaksa."

***

Redamancy LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang