Delapan

54 10 0
                                    

Siang ini menunjukan pukul 11.00 tandanya makan siang. Murid-murid pun berhamburan menuju Kantin.

Kali ini Leon sudah berkumpul bersama teman-temannya. Menikmati makanan yang mereka pilih.

"Hei jangan kau ambil udang ku." Teriak Kevin setelah tau, Agatha mengambil lauknya.

"Kau bisa ambil lagi."

"Ashhh." Kevin bergumam tak jelas.
Lalu ia melanjutkan makan kembali.

"Hei Agatha, apa benar di kelasmu ada murid baru." Kali ini Samantha memecah keheningan di antara mereka.

Di antara mereka berlima, hanyalah Agatha yang masih kelas sebelas. Bukan ia tak naik, tapi Agatha yang sering bermain kepada kelas dua belas.

"Yaa. Kenapa?" Jawab Agatha sambil menyeruput minumannya.

"Hebat sekali dia baru masuk saja masuk kelas unggulan."

"Aisss sudah terlihat dari wajahnya dia itu orang yang tak di ragukan lagi." Jawab Agatha kembali.

"Kau seperti dukun saja bisa membaca raut wajah orang." Gumam Kevin.

Mereka bertiga sedang mendebatkan murid baru di kelas Agatha. Tapi Bara dan Leon hanya diam. Mereka hanya mendengar apa yang teman-temannya ucapkan.

⚫⚫⚫

"Ah iya, akan ku usahan besok."
Jacob mematikan ponseonya. Ia berjalan menuju pintu keluar.

Karena tak melihat jalan dengan benar, Jacob menabrak seorang gadis.

Brukkkk!

Gadis itu terjatuh. Lalu bangun.

"Kau tak apa?"
Ucap Jacob.

"Tak apa maafkan aku." Gadis itu menatap muka Jacob. Lalu ia pergi.

Sekarang jacob sedang berada di selolah sma nya dulu. Ia kemari karena ada urusan mendadak.

Setelah semua selesai, jacob pun melangkah pergi dari gedung ini.

⚫⚫⚫

Suasana kelas Leon sangat gaduh. Guru pelajaran Kimia kali ini tidak masuk. Entah atas dasar apa guru itu tidak masuk.

Kevin yang merasa bosan pun mengajak Leon pergi ke kantin.

"Hei kalian mau kemana." Ucap Samantha.

"Ke kantin. Kau mau ikut tidak?"

"Ayo." Samantha menerima ajakan kevin.

Sementara Bara. Bara sedang duduk membaca novel sastranya. Di antara mereka semua, Bara lah yang sangat hemat berbicara.

Karena kelas sangat gaduh, Bara memutuskan membaca di perpustakaan.

Setelah sampai di perpustakaan, Bara menuju bangku yang kosong untuk membaca.

Ia melewati beberapa bilik buku. Tak sengaja ia melihat seorang gadis tengah ke susahan untuk menambil buku.

Bara pun membantu mengambilkannya. Lalu wanita itu berbalik. Wanita itu terkejut.

"Aaa terimakasih." Ucap wanita itu.

Bara hanya menggangguk dan duduk di bangku yang kosong.

Sebentar, Bara seperti tak asing dengan wajah itu. Bara memikhirnya sambil duduk. Lalu membuka lembar bukunya.

Gadis yang tadi di tolongnya saat ini duduk tak jauh dari bangku Bara. Sehingga Bara bisa melihat wajah gadis itu.

Astaga. Gadis itu. Gadis bermata abu-abu. Gadis yang ada di bangku taman. Gadis yang biasanya ia lihat di bus.

ANTARA HUJAN DAN SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang