Sepuluh [winter]

45 8 0
                                    

Malam yang dingin. Di padukan angin yang bertiup kencang membuat siapapun merasa kedinginan.

Adrian sedang membuat kopi untuk menghangatkan tubuhnya.
Ia melihat langit dari jendela apartemennya.

walau cuaca sedang dingin sekali, tetapi bintang dan bulan selalu bersinar. Menyinari gelapnya malam.

Tinggg

Ponsel Adrian berbunyi. Panggilan masuk dari Jacob. Adrian meletakan kopinya di atas meja dan mengangkat panggilan dari Jacob.

"Ada apa?" Ucap Adrian.

"Aku hanya ingin bertanya. ketika kau membuang Kinan apakah ia masih memakai liontin pemberian ibunya?"  Suara Jacob terdengar jelas di ujung sana.

Dada Adrian sesak ketika mendengar ucapan "membuang" dari mulut Jacob.

"Maksudmu liontin putih yang bertuliskan namanya?"

"Iya. Aku lebih mudah jika mengetahui informasi yang mendetail tentang Kinan."

"Entahlah. Saat itu aku benar-benar mabuk berat. Pikiranku sangat kacau. Aku seperti manusia yang tak ingin hidup. Pasrah dengan semuanya. Dan selalu menyalahkan Kinan." Air mata Adrian turun membasahi pipinya.

"Pengalaman adalah guru yang terbaik. Saat ini aku ingin mencari tau. Apakah Kinan masih hidup."

"Okelah."

Adrian mematikan panggilan. Ia meletak ponselnya di atas meja. Lalu kembali menyeruput kopinya lagi.

⚫⚫⚫

"Arghhh. Sampai kapan kau selalu terpuruk." Jacob sedang duduk di bangku perpustakaan umum dan bergumam kepada ponselnya.

lebih tepatnya ia bergumam setelah menghubungi sahabtnya.

Jacob memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. Lalu ia berdiri dari bangku perpustakaan umum. Baru saja selangkah ia sudah menabrak gadis yang membawa tumpukan buku yang tebal.

"Maafkan aku." Jacob membantu gadis itu memberaskan bukunya.

Mereka berdiri.

"Aaa maafkan aku terlalu terburu-buru tadi." Ucap Jacob ramah.

"Tidak apa-apa. Saya permisi dulu." Pamit gadis itu dengan ramah.

Lalu gadis itu pergi meninggalkan Jacob yang masih dian berdiri. Menyadari hal itu, Jacob pun melangkah pergi dari gedung perpustakaan umum itu.

⚫⚫⚫

Bulan Desember pun tiba. bulir-bulir salju pun menghujani bumi. Em mungkin hanya negara yang memiliki musim salju saja.

Oke ini bukan membahas tentang iklim negara.

Kinan berbaring di ranjangnya. ah sangat dingin. Kinan menyalakan alat penghangatnya. Ia sedang menatap ponselnya.

Sampai saat ini belum ada orang yang menghubunginya untuk mendonorkan ginjal.

Ponselnya berbunyi. Ternyata Fela yang menghubunginya.

"Ada apa?" Kinan memulai pembicaraan.

"Aku sedang berada di halte yang biasanya kau naik bus. Aku ingin ke rumahmu" ucap Fela.

"Untuk apa?" Deg! Jangan sampai Fela kerumahnya. Bisa jadi masalah besar. Ia akan tau bahwa Leon adalah kakaknya. Lebih tepat kakak tirinya.

"Kita pergi ke tempat yang bagus!" Suara Fela terdengar memaksa.

"Aa kau tidak perlu ke rumahku. Aku bisa ke halte sekarang."

Kinan menutup panggilan dari Fela. Ia beranjak dari ranjangnya. Lalu mengambil mantel dan syal.

ANTARA HUJAN DAN SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang