Enam

79 12 2
                                    

"Tak apa, semua akan baik-baik saja."

Leon menatap kevin lekat-lekat. Apa yang di bicarakan laki-laki ini.

Leon mengangkat sebelah alisnya. Ia bergumam sejenak. Apa yang di bicarakan lelaki ini? Demi tuhan ia tak tau apa yang Kevin maksud.

⚫⚫⚫

Minggu pagi menyambut hari Kinan dengan indah. Kinan yang masih berbaring di ranjang terbangun karena kedatangan kedua orangtuanya.

"Akhirnya, mama sama papa kembali." Ucap Kinan dengan senang.

"Kau begitu rindu pada kami?" Papa Kinan menanyai dengan seulas senyum.

"IYA." Kinam menjawab dengan semangat.

Setelah temu kangen dengan orangtuanya, Mereka berjalan menuju ruang makan untuk sarapan.
"Ah lezatnya." Ucap kinan setelah duduk di bangku meja makan.

Kinan mengambil piring. Tak lupa ia mengambil secentong nasi dengan lau pauknya.

Kinan mengunyah perlahan, lalu mencerna. Kemudia ia meminum segelas air mineral.

"Leon mana?" Rio membuka percakapan.

"Aa mungkin di kamarnya." Jawab kinan dengan terbata-bata.

"Panggil kakakmu suruh ia turun kebawah lalu sarapan bersama."

"Baik."

Setelah menuruti kata papanya. Kinan menaiki anak tangga satu-persaru untuk sampai di kamar Leon.

Kinan mulai mengetuk pintu perlahan.

Sekali mengetuk. Tidak ada jawaban.

Dua kali mengetuk. Tidak ada jawaban.

Baru akan mengetuk yang ketiga kalinya, tiba-tiba Leon membuka pintu dengan kasar.
Hal itu membuat Kinan terkejut.

"Ada apa?" ucap Leon kasar dan raut muka yang dingin.

"Kakak tak ingin sarapan?"

"Gak" Leon menjawab dengan dingin. Lalu ia menutup pintu dengan kasar.

Hal itu membuat jantung Kinan berdegub kencang. Kali ini badannya sedikit gemetar. Entah, mengapa akhir-akhir ini Kinan seperti ini.

Kinan kembali ke ruang makan. Di kembali duduk dan memakan makanannya kembali.

"Leon dimana? Ia tak mau makan?" Kali ini mamanya yang bertanya.

"Aa nanti katanya." Kinan berusaha melindungi Leon dengan alasan lain. Setidaknya Leon tak di marahi lagi oleh kedua orangtuanya.

⚫⚫⚫

Aroma kopi di kafe ini sangat menyengat. Baunya yang khas mampu menghipnotis para pengungjung.

Siang ini penghuni kafe itu tak terlalu banyak. Lelaki berkemaja rapi itu sedang menunggu seseorang. Sesekali ia menyeruput kopinya.

Tak lama menunggu, orang tang di tunggu lelaki itu datang.

"Maaf sudah lama menunggu." Ucap lelaki yang baru datang itu.

"Tak apa. Kita langsung ke permasalahannya saja." Adrian mulai menegapkan badannya yang tadinya bungkuk.

"Kau sudah tau kan tentang keponakan ku yang ku buang di pinggir sungai?" Adrian kembali berbicara.

"Lalu?" Lelaki itu berusaha mendengar dengan baik.

"Aku menyesal apa yang sudah ku perbuat. Tolong bantulah aku mencarinya."

ANTARA HUJAN DAN SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang