Sebelas

42 9 0
                                    

Hari ke-tujuh musim dingin. Menginjak bulan Desember mungkin bulan yang di tunggu-tunggu oleh Kinan. Karena selain musim dingin, juga ada libur sekolah.

Kinan bangun lebih awal kali ini. Ia ingin pergi ke perpustakaan umum untuk mengembalikan buku yang selesei ia baca.

Sebelum berangkat, Kinan membuka laptop. Ia hanya memastikan apa ada yang berminat untuk mendonorkan ginjal? Nihil. Sampai saat ini belum ada orang yang menghubunginya.

Kinan melihat arlojinya. Astaga. Jangan sampai ia ketinggalan bus pagi. Karena terburu-buru Kinan lupa mematikan laptopnya. Ia berlari dengan cepat ke arah halte. Lalu menoleh kanan kirinya. syukurlah busnya belum datang.

⚫⚫⚫

Leon membuka matanya. Menatap langit-langit kamarnya. Masih ingin bermalas-malasan di ranjangnya.

Dua bulan lagi Leon menghadapi ujian ke perguruan tinggi. Ia harus mengejar keterlambatannya.

Leon pun berdiri dari tampat tidurnya. Melangkah keluar dari kamarnya. Awalnya, Leon ingin mengambil beberapa makanan di dapur. Tapi, langkahnya terhenti ketika melewati kamar Kinan.

Pintunya yang terbuka lebar membuat Leon dapat melihat laptop yang masih menyala. Tunggu, sepertinya Leon tak asing dengan apa yang ada di layar laptop Kinan.

Leon pum masuk kedalam kamar Kinan. Mendekati layar laptop yang menyala.

"Iklan pendonor ginjal?" Ucap Leon sambil mengangkat sebelah alisnya.

Lalu menatap layar seksama.

"Tunggu. Di sini tampak tertulis akun kinan s dengan nomor ponsel Kinan. Arghhh. Gadis sialan itu benar-benar membuatku marah." Nada bicara Leon mulai meninggi.

"Dia pikir aku mau mendapatkan bantuannya yang seperti sampah itu." Leon menutup layar laptop itu dengan kasar.

Lalu ia meninggalkan kamar Kinan dan kembali ke kamarnya.
Leon membanting kamarnya. Lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya.

Kali ini, Leon sudah sangat kesal dengan gadis sialan itu. Leon bergumam. Hatinya sangat memanas.

"Aaaaaa..aaaaa." Ucap Leon kesakitan. Pinggangnya terasa nyeri. Ia terus memegangi pinggangnya itu.

Ia berusaha meraih obat dan air minum di mejanya. Lalu memunum keduanya. beberapa detik pingganya sakitnya sedikit meredah.
Leon pun berbaring kembali ke ranjangnya. Lalu tertidur pulas.

⚫⚫⚫

"Terimakasih telah meminjam buku kami." Ucap penjaga perpus dengan senyum. Setelah mengembalikan buku di perpustakaan umum, Langkah Kinan menuju ke sebuah toko kue.

"Hmmmm." Ucapnya dengan menghirup aroma toko itu.

Kinan berjalan melihat keu-kue yang unik di dalam lemari kaca. Ia terus memandangi kue-kue itu. Pandangannya pun buyar ketika pundaknya di tepuk oleh seorang wanita.

"Kamu gadis imut bermata abu-abu kan?" Ucap wanita itu dengan menepuk bahu Kinan.

"..." Kinan masih diam mematung. Ah iya. Ini kakak yang ramah dan cantik itu.

"Namaku Kinan. Apa kakak lupa?" Kinan mulai bertanya

"Aku sedikit lupa dengan namamu. Tapi aku tidak lupa denganmu." Jawab wanita itu dengan ramah.

"Nama kakak cantik siapa? Sepertinya aku belum tahu."

"Medelyn." Ucap wanita itu dengan seyum di bibirnya.

"Kakak kesini cari kue untuk siapa?" Tanya Kinan penasaran.

"Mmmmmm aku kesini ingin membelikan kue untuk siapa saja yang ingin memakannya."

ANTARA HUJAN DAN SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang