Tiga Belas

43 7 0
                                    

Satu bulan sebelum ujian nasional, Leon menyibukan diri pergi ke toko buku. Tunjuannya ya membeli bahan soal ujiannya.

Setelah selesei mendapatkan beberapa buku, Leon pergi ke kasir. Dan menyerahkan beberapa lembar uang kertas.

Setelah sudah dibayar, Leon kelaur dari toko buku.

Ah, sepertinya langit sedang tidak bersahabat hari ini. Belum saja Leon menapakan kakinya ke aspal, Rintik hujan sudah menyerbu bumi. Alhasil Leon tidak bisa berjalan ke parkiran.

Leon menunggu hujan redah sambil memainkan ponselnya.

Kegiatannya terhenti ketika seseorang mengajaknya berbicara.

"Permisi. Apa aku boleh meminjam ponsel milikmu? Hanya sebentar menghubungi supirku."

deg..

Gadis itu. Gadia yang ia temui saat hujan turun. Gadis bermata coklat. Sekarang gadis itu mengajaknya berbicara. Mata mereka bertemuan. Sehingga Leon dapat melihat warna mata gadis itu dengan jelas.

"Bagaimana?" Ucap gadis itu kembali.

"Oh.. silahkan." Ucap Leon sambil menyerahkan ponselnya.

Saat ini gadis di sebelahnya sedang menempelkan ponsel di telinga kanannya.
Pandangan Leon tetap di depan. Sungguh, saat ini ia sangat ingin memandang gadis di sebelahnya. Tapi apalah daya, rasa ketakutan terus meluapi dirinya.

"Arghh.... kemana mereka semua." Decak gadis itu.

"Sebentar ya coba ku ulangi sekali lagi." Ucap gadis itu lagi.

Leon hanya mengangguk saja. Dan kembali menatap hujan yang mengguyur kota.

"Arghhhh..., ini ku kembalikan ponselmu. Terima kasih." Gadis itu mengembalikan ponsel Leon.

"Apa orang yang kau hubungi mengangkat panggilanmu?"

"Tidak. Entah dia kemana." Jawab gadis itu dengan pasrah.

Leon hanya bungkam. Ia tidak tahu apa yang ia ingin tanyakan lagi.

Lalu gadis itu berusah menerobos hujan. Tapi Leon berhasil mencegah gadis itu dengan memegang erat tangannya.

"Tunggu. kau tidak bisa menerjang hujan. Hujan ini sangat deras." Pintah Leon.

"Tapi ini sangat mendesak. Aku harus mengirim beberapa file kepada perusahan tetangga." Ucap gadis itu.

"Apa ini sangat mendesak?" Tanya Leon sedikit ragu.

"Jika ada kata lebih dari sangat mungkin aku akan menggunakannya." Jawab gadis itu dengan datar.

"Begini saja. Dimana tempat yang akan kau tuju?"

"Apartemen ku."

"Berap menit dari tempat yang kita pijak sekarang?"

"Mungkin sepulub menit jika tidak macet." Jawab gadis itu sambil mengira-ngira.

"Apa apartemenmu dekat restoran susi terkenal itu?"

"Ya! Tepat sekali. Tunggu. Mengapa kau terlalu banyak menanyaiku?" Sekarang posisi tubuh gadis itu tepat di samping Leon. Jantung Leon berpompa kencang. Jika gadis ini memiliki pendengaran tajam, mungkin ia bisa merasakan jantung Leon yang berdetak kencang.

"Aku hanya ingin mengantarmu. Lagi pula apartemenmu tidak terlalu jauh dari rumahku." Ucap Leon dengan datar.

"Benarkah? Aku boleh menumpang denganmu?"

"Ya nona."

"Oke tak perlu basa-basi lagi kita harus pergi sekarang. Dimana kendaraanmu.?"

"Di sana." Leon menunjuk mobilnya yang terpatkir di dekat toko kue.

ANTARA HUJAN DAN SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang