Hate You No More

1.1K 107 14
                                    



Siapa yang tahu apa itu rahasia waktu? Dan apa rencana takdir?
Cuma yang aku mau suatu saat bila aku berbeda, kuharap kau masih tetap sama.


"Biarkan seperti ini dulu, hyung. Biarkan sampai kau mereda"


YOUR's POV

Jimin semakin membenamkan wajahnya dalam pelukan itu, semakin mengeraskan isakannya didada Jungkook.

Jungkook tidak mengerti, mungkin belum mengerti akan sakitnya hati mendengar Jimin semakin pilu dalam dekapannya.

"Aku butuh kau, hyung" Kini entah tangisan siapa yang paling memilukan di atap itu. Mereka seakan melombakan isakan pilu masing-masing.

"Harusnya aku tak membiarkanmu mendekat Kookie" Jimin sadar akan tindakannya kini. Hanya akan semakin mempersulit dirinya melepaskan namja tampan ini kelak.

"Tolong tetap sama seperti sebelumnya. Aku butuh kau yang tetap sama. Aku butuh kau untuk memutar memori-memori kita disaat aku tak mampu mengingatnya" Jungkook menjauhkan wajah Jimin dari dadanya, menatap lekat mata yang membuat candu setiap kali dia menatapnya.

"Apa sesusah itu membantuku untuk mengingat? Apa sesulit ini hubungan kita?" Jungkook menghapus pelan air mata Jimin dengan ibu jarinya.

"Kau tak tahu, Kookie. Manusia macam apa aku kini dihadapanmu" bibir bahwa Jimin hanya mampu bergetar.

Jungkook tidak lagi berusaha menanggapi ucapan Jimin. Perlahan dia mendekatkan wajahnya ingin menggapai bibir indah Jimin sekedar memastikan perasaannya kini dan meyakinkan otaknya bahwa hatinya benar.

"Kookie.." mata Jimin membola.

'Tidak! Tidak boleh dia menciumku.' Batin kalut Jimin.

Beberapa senti lagi mereka akan menyatu bahkan Jungkook sudah memejamkan matanya.

"TIDAK" Jimin bangkit secara mendadak. Jungkook hanya mampu terdiam akan reaksi tak terduga itu.

"Tidak! Kau tak akan paham!" Pikiran polos Jimin merespon bahaya apabila Jungkook menciumnya. Hanya itu isi pikirannya kini.

"Hyung-" Jungkook masih dalam mode blank akan aksi Jimin tadi.

"Maaf, tapi semua bahaya kini yang berhubungan dengan tubuhku"

Jimin berlari menjauh, bukan kelas tujuannya kini. Rumah sakit. Ya, rumah sakit!

-

-

-

"Park Jimin-ssi, silahkan masuk keruangan" seorang suster menyembulkan kepalanya dari ruangan dokter tersebut dan mengintrupsi Jimin untuk mengikutinya.

"Duduklah, Jimin-ssi" Dokter itu tersenyum ramah, dia mengenal Jimin tentu saja. Pasien HIVnya.

"Ada keluhan apa? Apa bermasalah meskipun kau meminum obatnya rutin?"

"Ah anieyeo Uisa-nim. Aku hanya ada beberapa pertanyaan" Jimin menautkan kedua tangannya, sungguh ragu rasanya bertanya tentang ini.

"Teruskan"

"Eung, kau tahu apa sakitku kan dok?" dokter tersebut mengangguk mantap.

"A-apa berciuman bisa membahayakan orang tersebut dok? Apa bila aku menangis ditubuhnya dan dia menciumku bisa menularkan hal yang sama?"

Hyung, Im Broken Inside!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang