Am I That Stupid ?

1.1K 117 29
                                    

Berlari ? apa bisa kakiku berlari sedangkan hatiku tertinggal ?


______________________________________________________



'hyung, kalau kau berpikir aku akan menjauhimu setelah mengetahui penyakitmu maka kau salah besar' 

Jimin tertawa samar disela tangisnya. Perkataan Jungkook sewaktu memeluknya bagaikan lelucon dihatinya.

"Kesalahan besar, eh? buktinya kau diam saja melihatku menjauh" Jimin merapalkan isi hatinya. Sudah jauh taksi ini membawanya tanpa tujuan.

"Emm, maaf tuan kita harus kemana?" Sang supir berkata  lirih takut mengganggu penumpangnya yang terlihat lumayan memilukan itu.

"Lanjut saja pak, sampai jalan buntu atau bensin ini habis" Jawab Jimin,

"Maaf tuan?" Sang supir tadi kembali bertanya, menuntut jawaban rinci dari sang penumpang.

"Yasudah pak, ini alamat saya. Antarkan kesini" Supir itu sigap memasukkan alamat tersebut pada GPSnya dan kembali fokus pada jalanan.


Jimin kembali larut dalam pikirannya, terlalu larut dalam memikirkan Jungkook dan ekspresi terkejutnya.

'kau takut pada penyakitku,kan? Haha, aku bahkan lebih takut darimu' Jimin menangis kembali, air matanya semakin kompak dengan hatinya. Saling menyuarakan satu sama lain.

"Em, pak. Bagaimana menurutmu tentang seseorang yang mengidap HIV? apa mereka menakutkan?" Jimin bertanya ragu ke sang supir.

Mendapat pertanyaan mendadak seperti itu membuat sang supir terkejut, dia memperhatikan Jimin dari kaca diatas tengah mobilnya, membersihkan tenggorokannya sebelum menjawab.

"Ekhem -maaf aku tak terlalu tahu banyak. Tapi menurutku -err bukankah mereka yang mengidap lebih rentan tertular panyakit dari mereka yang sehat? Jadi, ya aku tidak takut" Supir tersebut tersenyum, mempertegas garis penuaan disudut matanya. Jimin juga tersenyum mendengar jawaban supir taksi .

"Kau benar. Seharusnya tidak perlu takut" Jimin memilih diam selama sisa perjalanan, kembali hanyut dengan pemikirannya.



-SKIP-



"Busan?!" wanita paruh baya itu mendekati sang anak, berharap telinganya salah.

"Ne, eomma. kukira udara disana bersih dan aku bisa lebih -emm sehat?" Jimin menatap ragu-ragu kearah eommanya, dia sudah memprediksi kemungkinan reaksi yang diberikan oleh wanita didepannya ini.

"Hiks, bahkan anakku yang tinggal satupun memilih menjauh hiks" Jimin kalang kabut mendapati sang ibu yang menangis tersedu diantara telapak tangannya.

"Eomma~ bukannya aku meninggalkan. eomma kan tahu aku juga menyayangi eomma, aku hanya ingin tenang. Itu saja" Jimin memeluk bahu bergetar sang ibu.

"Sekolahmu? Pengobatanmu? dan siapa yang menjagamu sendiri di vila kita?"

Benar, sekolah dan pengobatan. Jujur saja Jimin sendiri merasa tubuhnya kurang sehat akhir-akhir ini. Bahkan persendiannya sering ngilu.

"Aku bisa cuti atau pindah sekolah. Masalah pengobatan aku rutin seminggu sekali kesini eomma" Eomma Jimin tampak ragu, mana bisa membiarkan putra kecilnya yang tengah sekarat dalam sehat ini sendirian, dia hanya menggeleng lemah namun tatapan meyakinkan sang putra meluluhkan hatinya.

Hyung, Im Broken Inside!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang