Lupalah!

1.2K 131 8
                                    


I could stay awake just to hear your breathing
watch your smile while you are sleeping
while you are far away on the dreaming .

________________________________________________________________________________________


Jimin's POV


'Otak manusia pintar untuk menguburkan kenangan pahit dan menyakitkan'

"Amnesia anterograde adalah gangguan memori atau gangguan daya ingat yang masih mampu mengingat peristiwa masa lalu, tapi tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja dialaminya" 

"Melupakan saya apakah mungkin Dok? Saya juga ada kaitan dengan masa lalunya, Dok."

"Tenanglah saudara, jangan paksakan pasien untuk mengingat terlalu keras, kita akan lakukan pemeriksaan lebih lanjut dan menunggu hasilnya. Adapun perkembangan kedepan kita akan segera kabari."

"Apa baik jika saya menjelaskan siapa saya kepadanya, Uisa-nim?"

"Kita lihat dulu perkembangannya. Saudara diharapkan menerima apapun hasilnya nanti. Kemungkinan ini hanya bersifat sementara"


Aku menjambak kasar rambutku. mengapa lorong rumah sakit ini rasanya panjang sekali.
Berlama-lama diruang dokter semakin membuatku putus asa.

"Jimin, apa kata dokter?" Jin dan Taehyung menghampiriku dengan tatapan cemasnya.

"Entahlah, mungkin lebih baik begini" aku hanya melanjutkan jalanku, tak berniat sedikitpun menoleh kepada mereka. Aku hanya semakin tertunduk menatap langkah kakiku sendiri.

Langkahku terhenti "Jimin-ah..."

"Gwaenchana Taetae, aku hanya ingin memastikan seberapa parah lupanya" aku meyakinkan Taehyung yang menahan pundakku.

"ingat, jangan paksakan" Taehyung berbisik lirih kepadaku

"arra"


CKLEK

Ah, aku membuka pintu ruangannya dan menarik napas kasar

"Nugu imnikka?"

"Jungkook-ah, annyeong"

Jungkook dalam posisi setengah duduk dan bersandar pada bantal diatas ranjang itu. Tatapan tanda tanya dari manik matanya membuatku ingin berlari dari ruangan ini.

"Nugu-"

"Park Jimin imnida" 'aku sijahat, kau lupa' tentu saja yang ini hanya ada dalam hatiku.

"Uwaaa, Kau si Jimin yang membuatku pingsan? kemarilah dan ceritakan kisah itu hehe"

Dia menepuk pinggiran ranjangnya mengisyaratkan aku untuk duduk disebelahnya. Aku hanya terpaku di tempat memperhatikannya. Entah harus sedih karena dia melupakanku atau bahagia melihatnya tersenyum dan tak menuntut penjelasan tentang aku yang membuatnya terluka,

"Jimin-ssi?" ssi? aku ingat dia membeciku ketika aku memanggilnya begitu.

"Ah nde" aku berjalan lambat menuju tepat disamping ranjangnya .

"Ceritakan!"

"Eh?"

"Maksudku, kenapa aku pingsan dan siapa dirimu bagiku?"
'aku? aku sibodoh yang menjauhimu dan mengira kau akan baik setelahnya dan tenyata salah'

"Aaahh, Kau hanya- eeum, pingsan begitu saja. Mungkin cuaca terik dan kau kelelahan" Jimin menjambak kasar kepala belakangnya ketika alasan konyol yang dilontarkannya.

"Hm?" Jungkook mengangkat alis matanya sebelah.

"Aigoo Jungkook-ah, sudahlah. Bukankah sebaiknya kita bersukur kau sudah baikan?"

"Panggil aku hyung, aku dua tahun diatas mu, ne?" Aku tersenyum sebisa dan setulus mungkin.

"Ne, Park Jimin hyung"

"Jungkook-ah, aku rasa istrahat akan membuatmu membaik.Beristirahatlah" aku melangkahkan kaki ingin meraih handle pintu sebelum suaranya memanggilku

"Hyung"

Aku membalikkan badan dengan tidak sadar bahwa responku terlalu cepat

"N-ne?"

"Aku yakin kita sangat dekat. Maaf kalau hanya kau yang terlupakan olehku. Maaf kalau kau merasa terganggu dengan keadaanku sekarang, tapi aku yakin hyung mungkin memiliki arti lebih 'disini' walaupun 'disini' mengalami sedikit masalah" Jungkook hanya tertunduk menatap tepian selimutnya, menunjuk dada kirinya dan kepalanya bergantian saat mengatakan kata 'disini'.

"Gwenchana Jungkook-ah, istirahat yang banyak,ne? hyung akan berkunjung besok. Annyeong"

'aku bodoh, memacu diriku berlari dan menyadari tenagaku tak setangguh yang aku bayangkan dan mempermudahkanmu menyusulku. Jungkook-ah, jangan paksa dirimu untuk ingat. Dengan begini aku akan bebas untuk berlari dan tanpa beban meninggalkanmu yang saat ini sudah lupa'

-

-

-

-


"Aku pulang" aku berjalan gontai menuju kamar

"Eoh, Jiminie wasseo?" Eomma menyambutku dengan tatapan heran melihat gelagatku.

"Ne, eomma" aku hanya menjawab singkat tanpa menghentikan langkahku menuju kamar.

"Kau tidak melupakan 'obat'mu kan sayang?" aku menatap ibuku sayu, jelas kalau wanita paruh baya itu kini menatapku sedih.

"Aku tahu, eomma. Tolong jangan ingatkan aku tentang itu, anggap saja hanya obat flu biasa, ne eomma? '

biarkan aku lupa sejenak juga. jangan hidupkan lagi alarm takut dihati ini

"Baiklah sayang. Tapi ingat, sembuhlah" Aku hanya mengangguk kecil dan tersenyum kepada wanita yang sangat menghawatirkan ku itu.

'Pasti!'  seruku dalam hati,

-

-

-

-

tebece

Gaje, mian.

typos haha

masih berkutat dengan tugas.

mendekati UTS dosenpun semakin rajin menanam benih tugas. alhasil tugas satu dan tugas lainnya menjalin asmara, terbentuklah anakan tugas *hapalah*
gitulah pokokn
ya.

paipai


Hyung, Im Broken Inside!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang