6.

2 0 0
                                    

-Permata-

"Biar anak-anak kita dengan ku saja. Dan kau beloh pergi dengan selingkuhanmu itu.."

"Jadi itu mau mu? Oke. Aku akan pergi. Aku juga tidak membutuhkan anak-anak sialan itu.."

"Ibu macam apa kau. Tega menghancurkan keluargamu sendiri, demi laki-laki yang tak jelas.."

"Aku melakukan itu semua karna aku muak hidup bersama dirimu.."

"Kenapa tidak dari dulu saja kau pergi.."

"Karna aku masih membutuhkan uangmu.."

Aku melihat kedua orang tuaku bertengkar dihadapanku. Aku dan kakakku hanya bisa diam, aku dipelukkan kakakku dan aku hanya menangis...

Huh!

Aku terbangun dari tidurku. Ternyata aku hanya mimpi, mengapa mimpi itu selalu hadir dimalam-malamku. Rasanya aku sangat lelah. sudah lama kejadian itu terjadi, tapi mengapa aku sulit sekali melupakan kejadian itu.

Aku rasa, cerita yang ibuku buat sangat bagus karna sampai saat ini cerita itu tak pernah hilang dari ingatanku.

"Terima kasih ibuku sayang.."gumamku

*****
Aku terbangun mendengar ketukkan pintu kamarku. Ayah, ternyata ayah yang mengetuk pintu kamarku.

"Ata, ayo bangun.."

"Iya, Yah. Ata bangun!"

Aku segera ke kamar mandi dan bergegas agar tidak terlambat kekantor. Tapi, sebenarnya memang aku sudah kesiangan. Pasti Bian sudah menungguku terlalu lama.

Aku sudah rapi dengan pakaian kerjaku dan aku langsung menuju ruang makan untuk sarapan, karna ayah pasti menungguku.

"Pagi, ayah.."

"Ini sudah siang, bukan pagi!"

"Maaf ayah.."

"Pasti kamu mimpi itu lagi ya?"tanya ayah. Ayah pasti selalu tau jika aku bangun terlambat karna aku semalam bermimpi tentang kejadian itu.

"Iya.."

"Yaudah, cepet habiskan sarapanmu. Karna dua teman priamu sudah menunggumu sejak tadi.."

Aku yang sedang menguyah rotipun tersedak.

"Hukhuk.."

Dua pria? Tapi pasti salah satunya adalah Bian.

Aku sudah menghabiskan sarapanku. Dan berpamitan dengan ayah.

"Ayah. Ata berangkat kerja dulu ya."ucapku sambil memcium tangan ayah.

"Iya, Ata.."

Aku segera keluar menuju ruang tamu. Aku kanget, melihat Dimas ada dirumahku. Dimas duduk aga berjauhan dengan Bian. Aku merasa ada yang aneh dengan mereka berdua.

"Pak Dimas.."

"Pagi, Ata.."ucap Dimas dengan senyum.

"I-ya pa-gi.."ucapku gugup melihat Bian yang sejak tadi menatap Dimas dengan sinis.

"Ata, lu semalem mimpi itu lagi ya, Makanya lu bangun kesiangan?"tanya Bian. Selain ayah, Bian juga tau penyebab aku bangun kesiangan.

"Hehehe, iya.."ucapku dengan cengiran.

Aku melirik Dimas yang dari tadi hanya menatapku dan bergantian menatap Bian.

"Yaudah. ayo, Ta kita berangkat ke kantor.."ucap Bian

"Gak! Mulai hari ini Ata berangkat dan pulang kerja saya yang antar.."ucap Dimas denga tatapan serius

"Maaf anda gak berhak ngatur-ngatur hidup orang.."ucap Bian dengan tatapan sinis

"Saya bosnya Ata jadi. Saya berhak atas Ata!"ucap Dimas

"Anda bos jika sedang dikantor. Bukan disini!"ucap Bian

Aku yang melihat perdepatan mereka rasanya aku ingin sekali memukul kepala mereka dengan tanganku.

"UDAH!"teriakku agar mereka diam

"Kalian kenapa sih? Kaya anak kecil lagi rebutan mainan tau gak!"ucapku dengan kesal. Dan mereka berdua menatapku.

"Gue kan emang dari dulu udah anter-jemput lu, Ta."ucap Bian

"Dan saya bos kamu, Ta."ucap Dimas

"Udah deh. Gak usah ribet.."ucapku dengan menarik mereka berdua keluar rumah.

"Aku ada pilihan. Kita berangkat bertiga atau aku berangkat sendiri aja!"

"Yaudah. Kita berangkat bertiga.."ucap Bian pasrah.

"Iya sama.."ucap Dimas dengan wajah lesu.

"Oke.."ucapku senang.

"Naik mobil Bian saja. Mobil saya bensinnya gak cukup."

"Yeh, ngajak bereng tapi gak punya bensin.."ucap Bian

"Diam kamu!"ucap dimas kesal

Walaupun harus ada ribut kecil, tapi akhirnya kita berangkat menuju kantor. Tapi, sekarang ada masalah baru lagi.

"Nih pak bos yang bawa mobilnya.."ucap Bian dengan memberi kunci mobil ke Dimas

"Enak aja, kamu. Emang saya supir kamu!"ucap Dimas

"Ya kan bapak numpang dimobil saya. Ya bapaklah yang bawa.."ucap Bian

"Berani ya, kamu nyuruh-nyuruh saya?"ucap Dimas kesal

"Ya beranilah.."ucap Bian

Aku merasa sudah sangat terlambat ke kantor dan mereka masih saja berdebat hal yang gak jelas.

"Udahlah, Ian. Lu aja yang bawa..."

"Yaudah, tapi lu duduk didepan.."ucap Bian

"Enak aja! Ata dibelakang sama saya.."ucap Dimas

"Yeh, emang saya supir bapak.."

Rasanya kepalaku ingin pecah mendengar pertengkaran yang sangat tidak penting.

"Udah, biar Pak Dimas aja yang didepan. Gue biar dibelakang.."ucapku langsung masuk kedalam mobil dan duduk dikursi belakang.

Dimas dan Bianpun juga ikut naik kedalam mobil dengan posisi, Bian yang menyetir dan Dimas duduk disamping Bian.

Aneh sekali tingkah mereka. Seperti anak kecil. Dan Dimas, kenapa dia menjemputku?Batin Ata.

Kenapa harus ada cinta?

Kenapa Harus Ada Cinta? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang