8.

2 0 0
                                    

-Dimas-

Aku melihat perubahan ekspresi diwajah Ata. Aku melihat Ata sangat tidak nyaman atas ungkapanku.

"Maaf, saya permisi dulu.."ucap Ata

Aku kaget dengan reaksi yang diberikan Ata. Aku melihatnya berdiri dan ingin melangkah keluar. Tapi aku segara menahan tangan Ata agar dia tidak melanjutkan langkahnya.

"Kamu mau kemana?"tanyaku kaget

"Saya sudah tidak lapar. Terima kasih. Dan permisi.."ucap Ata pergi meninggalkan aku sendiri di dalam restoran.

Aku merasa melakukan hal yang sangat bodoh sekali. Aku meletakkan beberapa uang dimeja, dan segera menyusul Ata.

Tapi langkahnya terlalu cepat. Aku tidak memenukan Ata. Aku memutuskan kembali ke kantor.

*****
Aku telah tiba di kantor. Saat aku melangkahkan kakiku menuju ruanganku. Aku tidak melihat Ata ada dimejanya. Dan aku sangat khawatir dengannya.

Apa yang sudah aku lakukan, pasti Ata tidak nyaman dengan ucapanku tadi. Batin Dimas.

Akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaanku dulu. Dan setelah itu aku akan kerumah Ata untuk menemuinya dan mengambil mobilku.

Tok..tok

Aku mendengar suara ketekkan pintu. Apa itu Ata? Batin Dimas. Aku segera membuka pintu. Tapi saat aku melihat ternyata, bukan Ata.

"Maaf pak. Ini surat izin cuti dari Permata.."ucap hrd

"Apa!"ucapku kaget karna tahu Ata mengajukan cuti tahunannya.

"Iya pak.."

"Yaudah.."ucapku pasrah dan kembali duduk.

Aku merasa sangat bodoh sekali telah melakukakn itu. Rasanya aku sangat menyesal, sangat.

Tak banyak berpikir lagi aku segera keluar, dan mencari taxi menuju rumah Ata.

*****
Aku sudah sampai dirumah Ata. Aku melihat rumah Ata sangat sepi. Apa Ata belum pulang kerumah, lalu kemana Ata pergi.

Aku mengetuk pintu rumah Ata dan tak lama keluar laki-laki baruh baya. Ya itu adalah om Bram ayah Ata.

"Siang om.."ucapku sambil mencium tangan om Bram

"Siang. Kamu yang tadi pagi kesinikan?"

"Iya om. Saya Dimas, bosnya Ata.."

"Oh gitu, ya sudah ayo masuk kedalam dulu.."ucap om Bram dan mempersilahkanku masuk kedalam rumahnya.

"Ada perlu apa ya, nak Dimas? Samapi datang kerumah Ata. Bukannya Ata sedang di kantor?"tanya om Bram

Kalo sekarang Ata gak ada dirumah, lalu dimana sekarang Ata.

"Ini om.."ucapku gugup.

"Ini kenapa, nak Dimas?"

"Ata gak ada dikantor, om. Makanya saya kesini. Saya kira Ata pulang kerumah.."

"Kok bisa. Memang ada masalah apa dikantor?"

Aku hanya diam tidak tahu harus menjawab apa.

"Bisa kamu ceritakan. Bagaimana itu semua bisa terjadi?"

Aku memceritakan semuanya yang terjadi tadi di restoran dan mengenai aku mengatakan bahwa adalah calon istriku.

"Oh jadi seperti itu ceritanya."

"Iya, om. Maafkan saya.."ucapku menyesal

"Tidak perlu meminta maaf, nak Dimas. Saya paham apa yang kamu rasakan ke pada Ata. Ata memang begitu orangnya, jika ada laki-laki yang mendekatinya pasti Ata selalu menghindarinya. Ata mempunyai sebuah trauma.."ucap om Bram

"Trauma apa, om?"

"Nanti kamu akan tahu sendiri. Tapi menurut om, saat ini kamu berikan waktu saja untuk Ata sendiri.."

"Baik om. Saya pamit dulu om.."ucapku pamit dan mencium tangan om Bram

"Iya, nak Dimas. Jangan khawatir. Ata akan baik-baik saja. Dan jika memang kamu mencintai Ata, maka buatlah Ata yakin akan cintamu.."ucap om Bram dan aku hanya menjawab dengan anggukan sambil tersenyum.

Apa sebenarnya yang membuat Ata trauma. Dimana aku harus mencari tahu itu semua. Tapi satu ketakatku, aku akan menghilangkan trauma itu.

Aku akan memperjuangkanmu, Ata. Batin Dimas.



Kenapa harus ada cinta?

Kenapa Harus Ada Cinta? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang