12.

3 0 0
                                    

-Dimas-

Entah sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Ata, rasanya aku merindukannya. Aku tak tau apa yang aku harus aku lakukan, aku takut Ata pergi meninggalkanku.

Tokk..tok..

"Ya, masuk.."

Bian? Ada apa lagi ini?batin Dimas

"Ada apa lagi?" Tanyaku ke Bian.

"Gue kesini bukan, mau nyari ribut lagi sama lu.."

"Lalu?"

"Ada yang mau gue omongin sama lu.."

Aku melihat keseriusan di wajah Bian.

"Yaudah, duduk dulu.."

Bianpun duduk dihadapanku, dengan wajah yang serius aku menunggu apa yang sebenarnya yang ingin Bian bicarakan.

"Ata, cinta sama lu"ucap Bian dengan tegas.

"APA?"

"Iya, Ata juga cinta sama lu.."

"Lu lagi gak ngerjain gue kan?"

"Gak! Ata emang yang bilang langsung kalo dia juga cinta sama lu. Tapi, gue udah kenal Ata dari kecil. Jadi, gue tau dia juga cinta sama lu.."

"Tapi, bukannya lu juga cinta sama, Ata?"

"Gue emang cinta banget sama, Ata. Tapi, lu lah yang Ata pilih bukan, gue.."

"Tapi, Ian. Kalo bener Ata juga cinta sama gue, kenapa Ata nolak gue dan pergi gitu aja.."

"Ada satu hal yang buat Ata kaya gitu. Ata trauma.."

"Iya, gue tau Ata trauma. Tapi yang buat gue bingung sampai sekarang adalah, apa yang sampai buat Ata trauma kaya gini.."

"Ini semua, karna masalah orang tuanya.."

Aku tau, Ata trauma. Tapi trauma apa? Dan apa maksud Bian, dengan masalah keluarga.

"Maksudnya?"

"Ini, semua karna Ata takut. Takut kalo nanti Ata akan dihiyanati. Seperti ayahnya yang dihiyanati oleh ibunya yang meninggalkan  Ata saat masih kecil. Dan ibunya pergi dengan laki-laki lain."

"Tapi, gue gak akan hiyanati Ata.."

"Itu, yang harus lu tunjukin ke Ata. Kalo lu itu memang yang terbaik buat, Ata.."

"Jadi, lu relain Ata buat gue?"

"Iya."ucap Bian singkat

"Kenapa lu relain Ata buat gue?"

"Yang awal gue bilang, karna lu yang dipilih Ata, bukan gue. Tapi, inget! Kalo lu sampe nyakitin Ata. Gue bakal ambil Ata, dan gak bakal gue biarin lu buat ambil Ata lagi.."ancam Bian

"Oke, gue akan buktin kalo gue gak akan nyakitin Ata. Karna, gue memang cinta banget sama Ata. Bian, makasih.."

Aku berdiri dan Bianpun juga berdir. Kami saling berpelukkan. Pelukkan bersaudaraan yang sudah lama tidak kami rasakan.

"Sekali lag makasih, Ian.."ucapku dengan tulus

"Iya sama-sama, bro"ucap Bian dengan senyum.

"Oh, iya. Tapi lu mau kan bantuin gue biar Ata percaya sama gue?"

"Hmm, gimana ya?"ucap Bian dengan ledekkan.

"Ayolah, Bian my bro.."

"Iya dah.." ucap Bian dengan tawa.

"Thanks.."

Aku akan mendapatkanmu, Ata. Dan aku janji akan membuat kamu yakin akan cintaku. Bantin Dimas.


Kenapa harus ada cinta?

Kenapa Harus Ada Cinta? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang