Chapter 6

1.2K 128 7
                                    

   Dikarenakan dosen hari ini sedang berhalangan untuk datang mengajar, para mahasiswa dan mahasiswi mulai membubarkan diri. Beberapa memilih untuk kembali ke rumah karena memang pada hari ini hanya satu mata kuliah saja yang harus didatangi lalu lainnya memilih untuk pergi ke perpustakaan kampus yang lengkap dengan buku-buku.

   Jeonghan sendiri memutuskan pergi ke kantin mengisi perutnya yang lapar karena sedari pagi tadi ia tidak sempat sarapan. Karena Soonyoung dan dirinya terlambat bangun pagi. Di belakangnya diikuti oleh Jun dan Mingming yang hanya ingin menemani sambil masih tetap mengobrol membicarakan hal-hal random. Kemudian jika ada yang menarik bahkan lucu akan membuat mereka tertawa berdua.

   Suasana kantin belum terlihat begitu ramai mengingat ini masih memasuki jam mata kuliah. Hanya beberapa orang yang disini, salah satunya sedang mengisi perut mereka bahkan ada yang sambil mengerjakan tugasnya. Tanpa menunggu lagi, mereka duduk disudut pojok kantin ini dan mulai memesan sesuatu.

   Tak perlu lama menunggu, pesanan mereka datang dengan segera. Dengan lahap Jeonghan mulai menghabiskan makanan dihadapannya. Jun yang melihatnya hanya menggelengkan kepala. Mingming bahkan terang-terangan mengejeknya seperti tidak makan selama  beberapa hari namun dihiraukan.

   Namun saat akan menghabiskan minumannya, kedua bola mata Jeonghan menemukan pemandangan yang membuatnya jengah. Choi Seungcheol sedang bersama dengan seseorang yang bernama Vernon tak jauh dari meja yang ditempatinya sekarang. Hansol Vernon Chwe. Seorang pria blasteran Korea Amerika yang Jeonghan kenal sebagai salah satu teman terdekat Seungcheol.

   Tanpa berniat berlama-lama di kantin Jeonghan dengan segera mengambil tasnya kemudian bergegas meninggalkan Jun dan Mingming yang menatapnya aneh. Namun sesaat kemudian Jun menyadari bahwa Jeonghan baru saja melihat Seungcheol. Dipikirannya, kenapa tidak menghampiri Seungcheol namun meninggalkannya? Bukankah biasanya ia akan langsung menghampiri tanpa berpikir terlebih dahulu.

✳✳✳✳✳

   Saat tengah berada di koridor, Jeonghan memilih untuk pergi ke perpustakaan terlebih dahulu sebelum pulang. Menyempatkan untuk meminjam beberapa novel lagi untuk bahan persediaan bacanya karena besok pagi ia tak ada kelas kuliah dan memutuskan hanya ingin membaca novel.

   Sesampainya pada sebuah rak besar berisi kumpulan novel, Jeonghan langsung tenggelam dalam dunia bacaannya. Hingga tak terasa beberapa lembar sebuah novel berjudul With You telah dibaca dengan serius.

   Karena lelah bediri terlalu lama, ia memutuskan untuk duduk di tempat tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Entah karena sudah terlalu mendalami alur atau malas kembali pulang sekarang Jeonghan memutuskan untuk meneruskan bacaannya. Sosok tokoh pria yang dibacanya memiliki sifat yang mengingatkan dengan seseorang yang dikenalnya. Tapi sayangnya hanya dulu itu terjadi, tidak untuk sekarang dan mungkin selanjutnya.

   Tiba-tiba, sebuah buku jatuh diatas meja yang ditempatnya. Tak lupa secarik notes kecil berwarna merah muda menempel pada sampul buku itu.

Lupakan Choi Seungcheol

-J-

   Dengan wajah berkerut Jeonghan mengamati pesan singkat untuknya. Lagi-lagi sosok misterius berinisial J mengiriminya notes. Meskipun kedua matanya sudah mencari tahu sosok yang melemparinya buku, namun tetap tak ditemukan apalagi perpustakaan sedang ramai saat ini.

✳✳✳✳✳

   Sebelum kembali pulang, Jeonghan menyempatkan diri ke minimarket dekat dengan kampusnya untuk membeli camilan dan beberapa kebutuhan lainnya sebelum pulang. Namun entah kebetulan atau apapun itu, Seungcheol juga tengah berada disana untuk mengisi perutnya dengan satu cup ramyeon pedas kesukaannya.

   Melihat itu, Jeonghan terburu untuk keluar dari tempat yang sama dengan Seungcheol. Tetapi sebelum benar-benar keluar dari  minimarket. Sebuah tangan menarik lengannya dengan cepat hingga ia menjauh dari pintu.

     "Temani aku makan sebentar saja. Aku janji akan mengantarkanmu pulang setelahnya."

     "......."

     "Aku tau kau tidak akan menolaknya Jeonghan-ah." tanpa ada penolakan, Jeonghan mengikuti langkah Seungcheol di depannya yang masih aja menggandeng lengannya.

   Setelah duduk saling berhadapan, Seungcheol memakan ramyeon dihadapannya dengan lahap. Sambil mengunyah, dia memberikan salah satu cup kopi miliknya pada Jeonghan. Meskipun tidak ada pembicaraan, namun keduanya masih betah dalam posisi seperti ini.

   Beberapa menit dengan keheningan dan hanya terdengar suara Seungcheol menghabiskan ramyeonnya. Kemudian setelah itu, Seungcheol membuka obrolan yang membuat Jeonghan mengerutkan keningnya.

     "Aku merindukanmu."

     "......."

     "Apa kau juga merasakannya?"

     "......."

     "Ahhh kau membenciku sekarang? Baiklah, sepertinya memang begitu. Aku tidak akan melarangmu."

   Sebenarnya dari lubuk hati yang terdalam daripada membenci,  Jeonghan lebih kecewa dengan sikap Seungcheol selama ini. Sangat berbeda dengan sikap saat pertama kali mereka menjalani hubungan sepasang kekasih. Sikap perhatian dan kasih sayang yang diberikan membuat Jeonghan nyaman.

   Tapi entah mengapa sikap Seungcheol berubah seperti ini. Pernah tiga kali Jeonghan menanyakannya, namun jawabannya membuat  sakit hati sehingga ia tidak pernah lagi menanyakannya.

   Dering suara ponsel Seungcheol memecah keheningan. Tidak menunggu lama, sang pemilik langsung mengangkatnya. Perubahan raut wajah terkejut dan kedua mata yang tidak tenang tertangkap pada indra penglihatan Jeonghan. Entah siapa yang menghubungi pria di depannya itu.

   Dengan terburu, Seungcheol segera menyambar jaket yang ia letakkan pada sandaran kursi. Lalu tak lupa mengambil kunci mobil yang selalu diletakkan pada saku mobilnya. Dan yang terakhir meletakkan ponsel pintarnya pada saku jaket.

     "Lain kali aku akan mengantarmu. Aku ada keperluan mendadak." tanpa mengucapkan permintaan maaf, Seungcheol bergegas meninggalkan Jeonghan yang hanya mampu menyunggingkan senyum mirisnya.

Untuk apa menjanjikan sesuatu jika pada akhirnya kau mengingkarinya

Lebih baik tidak mengatakan apapun jika kenyataannya menambah rasa sakit pada luka yang bahkan belum mengering

TBC

Please Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang