Chapter 5

1.3K 129 4
                                    

   Entah karena sedang dalam mood yang baik hingga terlalu semangat, Jeonghan berlari menuju kelasnya. Meskipun dengan udara dingin, tidak mematahkan semangatnya untuk mengikuti mata kuliah pagi ini.

   Setelah memasuki kelas, ia tak menemukan sahabatnya sejak semester pertama kuliah. Dengan lesu ia keluar kelas dan melangkah menuju loker berwarna merah maroon yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Hanya berniat untuk mengambil sebuah novel tebal yang sengaja disimpan disana karena malas membawanya kembali.

   Setelah mendapatkan apa yang inginkan, ia menghampiri mesin minuman otomatis untuk membeli satu cup kopi panas agar sedikit menghangatkan tubuhnya. Meskipun sudah memakai jaket tebal dan syal tidak menolak jika udara masih terasa dingin. Musim salju identik dengan hawa dingin yang terkadang membuatmu serasa mati membeku.

   "Berniat untuk mentraktir kami?" sebuah suara mengagetkan Jeonghan yang masih berdiri di depan mesin minuman.

   "Yak!!! Mengapa mengagetkanku?!" bentak Jeonghan kesal dengan dua manusia dihadapannya saat ini.

   "Lagipula mengapa kau berdiri didepan mesin ini sejak tadi??" salah satu pria itu menyahut.

   "Kau tidak lihat aku membeli ini?" Jeonghan mengelak sambil mengangkat kopinya.

   "Baiklah anggap aja begitu. Sekarang biarkan aku menggunakan mesin ini." ucap satu orang lagi.

   Tak lama kemudian, ketiga orang itu melangkahkan kedua kakinya menuju ke dalam kelas mereka sambil ngobrol membicarakan tentang salah satu acara tahunan yang akan diadakan kampus mereka tidak lama lagi.

✳✳✳✳✳

   Sambil mengobrol, Jeonghan membuka novel itu pada pembatas buku yang terletak dimana ia terakhir kali membaca dan menemukan secarik kertas atau bisa disebut surat berwarna merah muda. Tanpa berpikir terlebih dahulu, ia langsung membukanya dan menemukan secarik notes bewarna senada dengan sampulnya. Hanya tiga kata yang tertulis disana.

Senang bertemu denganmu

-J-

   Kerutan di dahi Jeonghan tampak mengernyit seolah bingung dengan pesan yang tertulis rapi pada notes itu. Menanyakan apa maksudnya. Dan tanpa diperintah otaknya mulai menebak-nebak siapa orang yang berada dibalik surat ini. Ada beberapa orang dengan nama berinisial J yang dikenalnya. Itu hanya ada  Jun dan Jihoon teman Soonyoung. Tidak ada yang lain.

   Perlahan, rasa khawatir Jeonghan tumbuh di dalam hatinya. Apa maksud dari notes kecil ini? Apa benar hanya bermaksud berkenalan seperti pada umumnya atau ada maksud tertentu. Terror misalnya. Namun jika teror, seingatnya ia tidak mempunyai mungsuh selama ini. Dan tidak pernah melakukan sesuatu hingga membuat seseorang membencinya -mungkin-.

   Jika diingat, ia memang pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Tetapi itu nyatanya ulah dari salah satu orang yang sekarang menjadi sahabatnya, Wen Junhui.

   Pria berkebangsaan China itu memang terlalu baik, bahkan terkadang kebaikannya dapat membuat orang lain salah mengartikannya sebagai rasa suka. Dan untuk waktu itu Jun mengatakan hanya sebagai langkah awal terbentuknya persahabatan mereka bukan karena ada maksud tersembunyi.

     "Jun, apa kau memberikan sesuatu pada lokerku lagi pagi ini?" Jeonghan bertanya dengan ragu-ragu sambil menatap orang yang dipanggilnya.

     "Apa?"

     Kemudian Jeonghan menunjukkan kertas itu. Dengan segera Jun mengatakan bila ia tak melakukan hal tersebut. Bahkan akhir-akhir ini sejak memasuki area kampus ia sudah bersama Mingming, jadi tak mungkin melakukan hal itu. Dan Mingming juga mengangguk pertanda menyetujui hal itu.

   Jika memikirkan hubungan mereka berdua, Jeonghan hanya ingin tertawa. Mengapa? Karena mereka dulu selalu  meributkan hal-hal tak jelas dan hal yang sepele. Sehingga akan bertengkar dan mengakibatkan kegaduhan. Tapi lihatlah sekarang, saling menempel satu sama lain seperti sepasang sepatu.

   Pada akhirnya Jeonghan memilih untuk melupakannya karena tidak berhasil menebak sang pelaku. Kemungkinan bahwa orang jahil yang mengerjai dirinya juga ada. Lagipula ia tak akan mengurusi hal-hal yang tidak penting lagi. Mengurus diri sendiri terkadang belum bisa bagaimana mungkin ia akan mengurusi orang yang tidak dia kenal.





TBC

Please Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang