Chapter 14

680 82 6
                                    

   Setelah pembicaraan itu berakhir, kepala Jeonghan dipenuhi oleh banyak hal. Bahkan saat Seokmin menanyakan apakah dirinya boleh menginap untuk malam ini, ia mengiyakan tanpa berpikir ulang terlebih dahulu.

Malam semakin larut, namun keduanya tidak dapat tidur. Hanya memejamkan mata sambil memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Suara jarum jam yang berdetak pun masih mereka dengarkan seolah menjadi teman tidur.

Jam saat ini sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Bel apartement Jeonghan berbunyi. Entah siapa orang yang membunyikannya. Yang pasti Jeonghan dan Seokmin yang masih terjaga enggan membukakan pintu itu. Tidak ada yang tau sebenarnya siapa orang dibalik pintu itu.

Seokmin yang semakin terganggu dengan suara bel yang tidak kunjung berhenti itu memutuskan menghampiri Jeonghan di kamar sebelah. Mungkin bisa mengajak mengobrol sebentar.

   "Hyung, kau belum tidurkan?" pintu yang tidak terkunci memudahkan Seokmin masuk ke dalam. Ini adalah pertama kalinya ia masuk ke kamar Jeonghan. Bersih tetapi tidak rapi pada meja dan karpet berbulu yang dipenuhi buku berserakan.

   "Yakk!! Siapa yang menyuruhmu masuk?" Jeonghan tiba-tiba membuka mata saat mendengar suara lain di kamarnya.

   "Ayolahhh, suara bel semakin lama membuatku tidak nyaman."

   "Kembalilah ke kamar tamu. Aku tidak ingin berbagi ranjang padamu." Jeonghan mengusir Seokmin sambil melayangkan salah satu bantal hingga mengenai wajah.

   "Untuk kali ini saja kumohon. Jangan tega padaku. Bukankah kau baik padaku?"

   "Apa kubuka saja untuk menyuruh orang diluar segera pergi." lanjut Seokmin bermonolog.

   "Tapi bagaimana jika itu membawa senjata tajam? Aku masih ingin hidup dan menikah. Lagi pula ini terlalu cepat jika aku harus mati."

Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan Seokmin yang akhirnya membuat Jeonghan menyerah. Ingatkan padanya untuk membungkam Seokmin dengan plester nanti. Benar-benar berisik, seperti Soonyoung. Sekarang ia tau kenapa diantara mereka sangat cocok bersama. Jawabannya sudah jelas, BERISIK. Mungkin anak mereka nanti juga akan seperti itu. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya bukan?

✳✳✳✳✳

   Diruang makan suasananya benar-benar tenang saat ini. Soonyoung yang tadi pagi datang dan memergoki kekasihnya tidur dengan orang lain -saudara sepupunya-  mendadak diam seribu bahasa. Tidak ada tingkah konyol nan berisiknya.

Seokmin juga masih diam sejak mengatakan kebohongan bahwa kemarin Jeonghan sakit kepala dan sedikit demam jadi dia datang dan merawatnya.

Karna jengah dengan keadaan diam seperti ini, Jeonghan memutuskan untuk segera menyelesaikan sarapannya dan pergi dari ruang makan. Membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah mereka sendiri. Mereka sudah dewasa, sehingga tidak perlu bantuan orang lain.

   "Youngi, maafkan aku. Aku bersumpah tidak selingkuh dengan Jeonghan hyung. Lagipula bukankah kau tau jika aku hanya milikmu dan kamu hanya milikku." Seokmin akhirnya mengalah. Mengajak bicara terlih dahulu -lagi- daripada terjadi sesuatu yang lebih buruk dari didiami seperti ini.

   "Jika kau melakukannya sekali lagi, maka aku akan memutuskanmu dan mengebirimu." balas Soonyoung final. Setelah itu ia menyusul Jeonghan, meninggalkan Seokmin yang mendesah lega.

   "Hyung, tadi sebelum aku masuk aku menemukan ini di depan." Tunjuk Soonyoung pada kerdus yang terletak didekat sofa.

   "Siapa yang mengirimnya? Aku merasa tidak membeli barang secara online bulan ini. Lagipula paket ini lumayan besar. Kira-kira apa?"

   "Entahlah, aku tidak tau. Coba saja buka. Aku juga penasaran apa isinya."

Setelah itu, Jeonghan dan Soonyoung membuka paket itu. Hanya berisi sebuah boneka teddy bear berwarna navy blue besar kemudian bunga imitasi beserta pot-nya. Tak ada kartu ucapan seperti biasanya.

Kemudian boneka itu Jeonghan letakkan disalah satuku sofa single di dekatnya dan bunga itu di meja sebagai hiasan. Tidak ada yang aneh.

   "Hyung, aku akan pergi bersama Youngi. Kau tidak apa kan sendirian?" Seokmin muncul dari dapur setelah menyelesaikan sarapannya.

   "Kau pikir aku masih umur berapa hah?" balas Jeonghan disertai lemparan bantal sofa hingga mengenai tubuh Seokmin.

   "Kau akan mengajakku kemana?"

   "Rahasia. Ayo cepat. Kita akan berkencan seharian ini."

   "Hyung, jika terjadi sesuatu hubungi kami." lanjut Seokmin.

Setelah Seokmin dan Soonyoung pergi, Jeonghan memutuskan untuk pergi dari apartement juga. Walaupun tidak tau akan kemana, yang terpenting ia keluar terlebih dahulu.

✳✳✳✳✳

   Ditempat lain, seorang pria tengah tertawa puas disebuah ruangan dengan penerangan minim. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Padahal, yang ia lakukan hanyalah memperhatikan sebuah foto dengan objek seseorang yang ditempelkan pada dinding. Foto itu penuh dengan coretan pada bagian tertentu disertai darah yang telah mengering.

Sebenarnya tidak hanya satu foto di ruangan itu, mungkin puluhan yang hampir memenuhi ruangan. Tetapi objek foto yang sedang ia tatap dengan yang lainnya berbeda.

   "Bermainlah sejauh yang kau bisa sebelum nyawamu kupermainkan." ucapnya disusul dengan tawa yang menggelegar memenuhi ruangan.

Tiba-tiba sebuah derap langkah kaki mendekat terdengar, membuat pria itu terdiam. Menunggu siapa yang datang 'menjenguknya' saat ini.

Begitu pintu itu terbuka, seorang pria lain datang beserta seseorang yang saat ini tengah diseretnya dengan keadaan mata yang tutup, mulut tersumpal kain, kedua tangan dan kaki terikat oleh rantai besi. Jangan lupakan luka-luka yang terbentuk akibat gesekan langsung dengan tanah.

   "Aku membiusnya. Tunggu sebentar lagi maka dia akan sadar."

   "Tidak masalah, asal dia masih bernyawa."











TBC






Hai-hai 👋👋👋

Adakah yang nunggu ff ini??
Maaf aku baru bisa up sekarang karena lagi kena wb buat ngelanjutin ff ini 😢😢 dan sekarang pun juga masih 😭😭

Pokoknya kalo udah nggak kena wb lagi ku janji bakal double update ✌✌✌ jadi tolong tunggu ya #yg mau sih 😂😂😂


Regards,

Cheonsa97

Please Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang