Chapter 15

527 76 6
                                    



















   Pagi ini Jeonghan datang di kelas pagi dengan wajah pucat. Semalam ia tidak bisa tidur karena banyak hal yang dipikirkan. Hingga pagi menjelang kedua matanya masih saja terbuka. Dan malah saat sedang kuis matanya tertutup hingga tertidur sebentar, membuat dosen mengetuk kepalanya dengan gulungan kertas. Hal itu membuat beberapa orang tertawa.

Jeonghan sendiri mengumpat dalam hatinya. Bukan karena sakit dari pukulan sang dosen botak itu tapi karena rasa malu ketahuan tertidur saat kuis sedang berjalan.

   "Sedang ada masalah?" tanya Mingming.

   "Ah tidak, hanya semalam tidak bisa tidur." jawab Jeonghan lemas.

   "Mau kuantarkan ke dokter untuk konsultasi?"

   "Tidak usah berlebihan Jun, aku tidak papa lagian hanya butuh tidur."

   "Jika ada sesuatu kau bisa menghubungiku, mungkin aku bisa membantu."

   "Sebaiknya kita pergi ke kantin sebelum penuh karena aku benci menunggu."

Setelah mengatakan itu Mingming meninggalkan Jun dan Jeonghan yang masih di kelas. Tapi tak berlangsung lama karena keduanya langsung menyusul ke kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar.

Sambil menguyah takoyaki dimulutnya Jeonghan membalas pesan-pesan yang masuk ke ponselnya. Dari keluarganya hingga Joshua yang hanya mengucapkan selamat pagi padanya. Yang membuat sedikit senyuman tercipta dari bibirnya.

Tingkah laku Jeonghan tersebut tak lepas dari pandangan Jun dan Mingming. Keduanya saling melemparkan pertanyaan lewat tatapan mata yang kemudian menaikkan bahu mereka masing-masing karena tidak tahu jawabannya.

   "Kau Yoon Jeonghan kan?"

Seorang laki-laki berperawakan tinggi serta berparas tampan berdiri tepat dihadapan Jeonghan. Membuat tiga orang yang berada dimeja itu menatap ke arahnya.

   "Iya. Ada apa menemuiku?" balas Jeonghan mengernyitkan dahinya.

   "Kau Vernon kan? Temannya Seungcheol si brengsek itu." Jun menyahut membuat Jeonghan mendelik kearahnya dan Mingming menginjak kakinya.

   "Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Hanya berdua." ucap Vernon tanpa mengalihkan pandangannya dari Jeonghan, tidak memperdulikan Jun yang menatapnya kesal.

   "Ya, kau mengusir kita berdua? Seharusnya kau yang pergi karena mengganggu acara makan siang kita." Jun terlihat ingin memakan orang.

   "Baiklah, aku akan menyusulmu di taman nanti."

   "Tidak tidak. Ini sangat mendesak."

Jeonghan melirik ke arah Mingming, meminta untuk menyeret Jun pergi dari kantin agar tidak menimbulkan perkelahian dengan si cuek Vernon. Membuat Jun akhirnya menatap tajam Vernon yang dibalas dengan tatapan datar miliknya.

Setelah kepergian Jun dan Mingming, Vernon langsung duduk dihadapan Jeonghan yang menatapnya dengan bingung. Masalahnya selama ini mereka berdua tidak pernah mengobrol bersama, hanya bertemu sebentar dan itupun ketika ada Seungcheol.

   "Aku tidak ingin berbasa-basi. Apa kau melihat Seungcheol selama dua hari ini?" Vernon menatap Jeonghan dengan tatapan serius.

   "Kenapa memang?"

   "Jawab saja." balas Vernon mendesak Jeonghan.

   "Tidak. Lagipula bukankah biasanya selalu bersamamu? Kenapa kau menanyakan padaku?" Jeonghan dengan santai menjawab sambil memasukkan makannya lagi ke dalam mulut.

   "Ya, kau kan kekasihnya kenapa tidak tau dia ada dimana?"

   "Siapa yang kau bilang kekasihnya? Aku sudah tidak bersamanya."

   "Aishhh bocah itu menyusahkan."

Tanpa mengatakan apapun lagi Vernon meninggalkan Jeonghan yang menatapnya dengan aneh. Tapi tunggu, dia bilang tadi apa? Seungcheol? Bukankah kemarin Joshua juga mengatakan tidak bisa menghubungi Seungcheol? Kemana perginya si berengsek choi itu?

   "Kenapa aku jadi ikut mengkhawatirkan dia? Itu kan tidak ada hubungannya denganku lagi." gumam Jeonghan lalu melanjutkan makan siangnya.

✳✳✳✳✳


   Seokmin yang saat ini sedang bersama Soonyoung tengah gelisah menunggu kabar seseorang. Ponselnya terus saja ia genggam padahal biasanya akan meletakkannya ditas atau disaku celana jeans.

Dan karena itulah Soonyoung mendiamkannya. Berfikir pasti Seokmin sedang menunggu kabar dari kakak sepupunya, Jeonghan. Padahal sebenarnya tidak begitu.

   "Daripada kita bertemu untuk berdiam diri seperti ini lebih baik aku pergi. Percuma menunggumu. Harusnya tadi aku pergi bersama Wonwoo atau Jihoon."

Mendengar pernyataan kekasihnya tersebut Seokmin mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Kemudian menaruhkannya pada saku jaket jeansnya. Dan menggenggam kedua tangan Soonyoung, mencegah agar tidak pergi dari hadapnnya.

   "Aku hanya menunggu kabar ibuku, tadi pagi beliau menelponku tapi tidak aku angkat karena sedang ada kelas. Sekarang aku mengirimi pesan tapia tidak ada balasan juga."

   "Kau tidak sedang membual padaku kan?" Soonyoung menatap Seokmin dengan pandangan curiga.

   "Tentu saja tidak kau bisa mengecek ponselku." Seokmin menyerahkan ponselnya pada Soonyoung tapi ditolak.

   "Aku percaya padamu. Tapi jangan abaikan aku karena aku benci diabaikan olehmu."

   "Aku tau."

Drtdrtdrtdrttttt

Ponsel Seokmin bergetar diatas meja, menunjukkan pesan masuk.

xxxxxxxxxx

Berhenti ikut campur jika tidak ingin nyawamu mati ditanganku.

Wajah Seokmin seketika mematung setelah membaca pesan itu. Soonyoung yang melihat itu kemudian meminta penjelasan namun hanya senyuman secerah matahari balasannya. Mengatakan jika teman sekelasnya mengajaknya mengerjakan tugas kelompok nanti malam di rumahnya.

Tak lama kemudian Mingyu menghampiri mereka, menanyakan keberadaan kekasihnya karena sedari tadi ia tak menemukannya ditempat-tempat yang biasa mereka kunjungi. Padahal mereka sudah sepakat akan pergi ke mall bersama setelah kelas pertama selesai.


























TBC

Masih mau double update??

Please Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang