Chapter 10

780 85 1
                                    

   Keterkejutan Jeonghan tidak berhenti begitu saja. Joshua saat ini mengajaknya makan malam bersama di sebuah restoran italia terkenal sebagai salah satu acara pertama yang menyenangkan sebagai seorang teman. Padahal ia kira bucket bunga mawar tadi sudah terlalu cukup jika hanya sebagai langkah awal dalam hubungan pertemanan.

Sambil menunggu hidangan datang, Joshua mengajak mengobrol beberapa hal pada Jeonghan. Menanyakan hal-hal kecil seputar kehidupannya sebagai seorang mahasiswa. Dan beberapa menanyakan hubungannya dengan Seungcheol. Karena setelah sekian lama baru kali ini lagi. Hanya ada Vernon dan beberapa teman dekatnya lainnya yang Joshua kenal.

Makanan datang dan siap dihidangkan diatas meja. Jeonghan menatap dengan heran apa yang dihadapannya saat ini. Seingatnya tadi Joshua memesan hanya dua porsi untuk mereka berdua, tapi mengapa yang dihadapannya tidak seperti itu? Bahkan ada makanan yang Jeonghan tidak tau namanya. Dan lagi, tidak mungkin kan makanan ini akan habis semua jika hanya dua orang yang menyantapnya? Joshua sepertinya lupa akan hal itu.

   "Josh, tidak kah ini terlalu banyak jika kita habiskan berdua? Tidak baik membuang makanan."

   "Bahkan ini belum seberapa jika aku menyantapnya dengan Seungcheol. Tapi, baiklah kalo begitu. Makan saja sesuai porsimu dan sisanya biar aku yang akan menghabiskan. Mungkin." Mulut Jeonghan kini benar-benar terbuka mendengar pengakuan orang dihadapannya. Meskipun tubuhnya tidak terlalu berisi tetapi makanan yang ia makan dua kali lipat daripada orang biasa -mungkin.

Hanya lasagna yang Jeonghan pilih untuk makan malamnya. Walau sebenarnya Joshua menyodorkan untuk memilih spagetti juga.

Awalnya Joshua memang menerima keputusan itu. Tetapi pada suapan ketiganya, ia menuangkan satu porsi spagetti yang berada di sisi kanannya ke dalam lasagna milik Jeonghan. Sang korban pun melotot ke arah Joshua dengan kesal. Rasanya ingin memaki, bila perlu menjambak rambutnya.

   "Habiskan yang ada di piringmu. Bukankah sebelumnya kau mengatakan jika tidak boleh membuang makanan?" senyuman manis yang Joshua berikan tidak mampu membuat Jeonghan menghilangkan rasa kesalnya.

   "Ayolah, jangan marah seperti itu. Kau tau? Wajahmu akan semakin manis jika begitu. Dan sekarang rasanya aku ingin mencubit pipimu yang merona seperti saat ini." sebenarnya bukan merona seperti perkataan Joshua. Kedua pipi Jeonghan memerah karena menahan amarah yang akan meledak saat ini.

   "Yak!! Jangan menggangguku. Aku tidak suka mengobrol saat sedang makan." Jeonghan mendengus kesal.

   "Baiklah aku tidak akan mengganggumu. Tapi perlu kau tau, kau sangat manis saat sedang kesal seperti itu. Dan..." sebelum Joshua menyelesaikan kalimatnya, Jeonghan membungkam mulut itu dengan suapan besar antara lasagna dan spagetti miliknya.

Meskipun Joshua shock dengan suapan tiba-tiba, namun ia tetap mengunyah dan menelannya. Bahkan tersenyum senang dengan itu. Mengganggu Jeonghan tak buruk juga, pikirnya.

Setelah itu keduanya -Joshua dan Jeonghan- benar-benar diam menikmati makan malam mereka dengan tenang. Tak ada lagi godaan yang keluar dari bibir manis milik Joshua. Dan Jeonghan bersyukur untuk itu. Ia bisa makan dengan tenang.

Hidangan di meja persegi kini telah habis sudah. Namun sepertinya itu belum cukup bagi Joshua, sehingga ia kembali memanggil waitress untuk menghidangkan dua buah dessert. Jeonghan hanya menggeleng sebagai responnya. Perutnya sekarang penuh setelah menghabiskan dua porsi makanan.

   "Kau pasti sudah tidak asing dengan tiramisu. Tapi tidak dengan ini, tartufo. Sekali mencoba pasti kau akan ketagihan."

Jeonghan yang menolak pun percuma, Joshua sudah menyuapkan tiramisu kemudian ice cream yang disebut sebagai tartufo pada mulutnya.

   "Rasanya menyegarkan sekali." aku Jeonghan setelah lidahnya merasakan rasa tartufo pada mulutnya.

   "Tentu saja. Kau suka?" anggukan Jeonghan membuat Joshua tersenyum senang.

   "Suka sekali dengan masakan italia?"

   "Tidak juga. Sebenarnya ketika aku kembali lagi kesini, mulutku merasakan hal aneh dengan cita rasa masakan yang kaya akan rempah-rempah dan rasa pedas. Kemudian hampir selama dua bulan pertama aku hanya bisa makan makanan cepat saji dan makanan instan. Hingga ku menemukan restoran ini dan beberapa lainnya untuk mengakhiri makan makanan cepat saji yang tidak baik untuk kesehatan."

   "Kembali lagi? Kau dari berasal luar negeri? Ku kira kau penduduk asli karena wajahmu sama sekali tidak menunjukkan bahwa kau orang asing."

   "Aku hanya lahir di LA dan tumbuh disana tidak lebih dari itu. Lagipula namaku Joshua bukan? Tidakkah itu sudah menjadi petunjuk?"

   "Lalu untuk apa kembali? Keluargamu pasti juga masih disana kan?"

   "Entahlah, aku rasa aku tidak punya jawabannya untuk saat ini. Ahh mungkin saja untuk bertemu denganmu." goda Joshua lagi.

   "Sekali lagi kau mengatakan hal seperti itu aku akan meninggalkanmu."

   "Dan tentu saja aku akan mengejarmu." Meskipun Joshua baru bertemu Jeonghan untuk pertama kalinya hari ini, tapi rasanya tidak seperti itu. Seakan sudah saling mengenal dari lama.

   "Lalu kenapa kau membuka sebuah florist? Dengan nama dandelion juga, padahal aku tidak menemukan satupun tangkai bunga itu disana. Apa keluargamu tidak mempunyai bisnis disini?"

   "Itu juga salah satu pertanyaan yang tidak bisa ku jawab saat ini karena aku tak tau jawabannya. Tapi jika nama dandelion, kurasa sepertinya karena ada seseorang yang dulu pernah mengatakan jika ia menyukai bunga dandelion. Entah siapa itu, aku tak bisa mengingatnya. Ngomong-ngomong keluargaku memang tidak membuka cabang bisnis disini."

   "Pendek sekali ingatanmu. Aku bahkan masih ingat beberapa nama teman sekolah dasar."

Setelah benar-benar menghabiskan dessert, mereka berdua melangkah menuju mobil yang tidak jauh dari pintu masuk restoran. Keadaan tersebut digunakan Joshua untuk menggoda Jeonghan lagi yang hanya memutar kedua bola matanya malas.

Sesampainya di dalam apartement, Jeonghan merebahkan tubuhnya pada sofa. Sesekali mengingat apa saja yang telah dilaluinya pada hari ini. Kemudian sudut pada kedua bibirnya tertarik keatas. Tak pernah terpikirkan hanya berkenalan dengan seseorang bisa membuatnya sebahagia ini. Padahal sebelumnya biasa saja.

   "Joshua Hong"

Tanpa sadar pula bibirnya melontarkan nama itu. Apa mungkin dirinya menyukai Joshua? Pada pandangan pertama? Tidak mungkin.

Dari -mantan- kekasih pertama hingga Seungcheol tidak ada satupun yang ia sukai pada pandangan pertama. Dibutuhkan berkali-kali perjuangan untuk benar-benar bisa menarik perhatiannya. Bagaimana mungkin hanya bersama beberapa jam bahkah belum sehari ia sudah sedikit menaruh hati pada laki-laki itu.

   Drrrrtttt . . .

SYoung
Besok pagi aku akan berkunjung untuk
sarapan bersama ok?

Aku tidak punya apapun untuk sarapan

SYoung
Aku yang akan menyiapkan semuanya
Jangan menolak!!

Tidak buruk juga besok pagi akan ramai dengan cuitan Soonyoung dan mungkin suara nyanyian Seokmin. Kemudian pertengkaran konyol mereka. Ada tontonan menarik di pagi hari sebelum berangkat ke kampus.


TBC


Adakah yang udah bisa nebak kelanjutannya bakal kayak gimana? 😆😆

Bentar lagi konflik bakal sedikit demi sedikit muncul kepermukaan, eh tapi kayaknya nggak bisa dibilang konflik juga karena . . . . ya gitu 😂😂

Pokoknya tunggu aja yakkk 😁😁

Vote+Comment ditunggu guys^^

Regards,

Cheonsa97

Please Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang