Chapter 19

508 68 3
                                    
















   Awal musim semi identik dengan bunga bermekaran dan udara ringan menyegarkan. Di musim ini pula banyak sekali keluarga dan pasangan yang bertamasya menikmati pemandangan alam yang memanjakan mata. Tak terkecuali dengan Jeonghan. Ia dan kekasihnya akan berkencan hari ini mengunjungi festival cherry blossom yang selalu diselenggarakan setiap tahun apabila musim semi datang.

Jeonghan yang sudah selesai bersiap memutuskan akan berangkat terlebih dahulu ke tempat tujuan. Meski berangkat lebih awal dari apa yang sudah dijanjikan ia tak masalah. Lagipula bisa menikmati pemandangan bunga yang sedang mekar terlebih dahulu sebelum berjalan berdua.

Sambil berjalan sesekali Jeonghan memotret pemandangan yang tersaji dihadapannya. Tak jarang pula mengabadikan moment yang tercipta dari sebuah keluarga yang juga tengah menikmati suasana musim ini. Senyuman tak pernah terlepas dari bibirnya.

Tak jauh dari ia berdiri sekarang ada sebuah jembatan kayu yang dibangun diatas aliran sungai. Tidak ada salahnya bukan pergi ke sana juga sembari menunggu sang kekasih datang?

Aliran sungai yang tidak terlalu deras membuat beberapa ikan kecil berenang disana. Ahh adapula guguran kelopak bunga yang mengapung. Membuat aliran sungai itu tampak lebih indah meskipun sedikit membuat air jernih itu tidak terlihat. Jeonghan yang memegang kamera tidak ketinggalan untuk memotretnya juga.

Sedetik kemudian ada seseorang yang melingkarkan kedua tangannya ke perutnya sembari memeluknya dari belakang. Dan sebuah bucket bunga mawar muncul di hadapannya. Tanpa membalikkan badannyapun Jeonghan sudah tahu siapa pelakunya. Siapa lagi jika bukan kekasihnya.

   "Maafkan aku terlambat  lima menit."

   "Apanya yang lima menit, ini sudah lima belas menit kau tau. Tapi terima kasih bunganya cantik."

   "Tentu saja cantik. Tapi tidak lebih cantik darimu."

Sambil bergandengan tangan mereka berdua berjalan mengelilingi tempat itu. Ditengah keramaian tak sedetikpun kedua tangan itu berlepas seakan sama-sama tak ingin kehilangan satu sama lain. Hal sederhana namun memiliki makna yang mendalam.

Setelah kelelahan berjalan, sang kekasih mengajak Jeonghan duduk di dekat bunga sakura yang sedang mekar sembari menikmati makan siang sederhana yang ia buat tadi. Membuat Jeonghan terlihat sedikit kesal karena tak menyiapkan apapun untuk kencan mereka kali ini.

   "Tak apa. Lagipula menyenangkan menyiapkan bekal untuk kita berdua."

   "Apapun yang berhubungan denganmu pasti akan kulakukan. Karena itulah yang seharusnya terjadi."

✳✳✳✳✳


  Hari ini Jeonghan kembali kuliah dengan wajah kusutnya. Setelah mendengar ucapan Jisoo semalam Jeonghan terus memikirkannya hingga mimpi yang tidak diharapkan datang. Mimpimpikan berkencan bersama Seungcheol. Padahal setelah putus,  dengannya ia tak pernah memikirkan dia. Benar-benar aneh. Dan lagi kenapa memimpikan bagian itu??!

Sambil menunggu dosen datang, Jeonghan yang dalam suasana buruk melanjutkan membaca novelnya yang sudah lama tidak baca lagi. Jun yang duduk tak jauh darinya sibuk dengan notebook miliknya dan Mingming ntahlah. Jeonghan maupun Jun tak ada yang tau keberadaanya mungkin membolos karena tak ada kabar.

   "Tumben sekali kau sibuk dengan notebookmu? Tidak menghubungi Mingming?"

   "Ohh aku sedang mempelajari sesuatu." jawab Jun tanpa mengalihkan pandangannya ke Jeonghan barang sedetikpun.

   "Apa?? Serius sekali." Jeonghan mendekat ke arah Jun.

   "Ra.ha.sia. Tentu saja harus serius, apalagi jika aku menjalin hubungan denganmu kkkkkk." ucap Jun sambil tertawa.

   "Jangan mengada-ada bodoh." Jeonghan menjitak kepala Jun dengan kesal.

Jun kembali sibuk dengan notebooknya sedangkan Jeonghan yang sudah malas membaca novelnya mulai bermain game pada ponsel. Tak lama kemudian grup kelas memberitahukan jika dosen berhalangan hadir sehingga kelas dibubarkan. Jeonghan yang tidak tau harus kemana lagi -selain pergi ke tempat Jisoo- mengajak Jun makan siang bersama.

Suasana cafe terlihat tidak begitu ramai. Jadi Jeonghan dan Jun langsung bisa mendapatkan tempat tanpa harus menunggu. Sambil menunggu makanan datang, mereka mengobrol materi kuliah yang semakin membuat sakit kepala hingga rasanya ingin segera lulus.

Tiba-tiba ponsel Jun bergetar. Ada panggilan masuk dari seseorang tetapi tidak diangkat karena Jun tidak mau acara makannya diganggu, siapapun itu.

   "Kenapa tidak mengangkatnya? Mungkin itu mendesak."

   "Kau kan tau alasannya. Lagipula aku akan menghubunginya nanti setelah selesai. Tidak perlu khawatir."

   "Ya ya ya." Jeonghan mengerlingkan matanya jengah.

   "Omong-omong apa kau bisa bela diri? Aku tertarik mempelajari taekwodo baru-baru ini. Mungkin mengajakmu tidak ada salahnya."

   "Tidak. Aku tidak berminat sama sekali. Lagipula bukankah kau sudah bisa wushu?"

Sekali lagi ponsel Jun berdering. Membuat sang pemilik menyentuh ponselnya. Tak berselang lama, ia pamit terlebih dahulu karena ada urusan mendadak. Membuat Jeonghan merasa kesepian. Tak ada pilihan lain selain mengunjungi Jisoo.

Namun, kebetulan Jisoo sedang tidak ada di tempat ketika Jeonghan datang. Kata Seungkwan sedang menangani sebuah masalah di suatu tempat dan baru saja berangkat. Maka dari itu Jeonghan membantu Seungkwan mengurus tanaman hias di kebun samping.

Hingga sore datang Jisoo baru kembali ke florist miliknya. Wajahnya tampak kusut ketika masuk ke dalam dan langsung memasuki ruangannya. Tidak ada satupun orang disana yang berani menyambutnya, Seungkwan sekalipun. Sepertinya terjadi masalah yang amat sangat serius pikir mereka.

Saat semua karyawan hampir kembali pulang Jisoo barulah keluar dari ruangannya. Sekarang hanya tinggal Jisoo dan Jeonghan di florist itu. Lantas Jisoo mengajak Jeonghan ke taman belakang setelah menutup pintu masuk. Hanya ada keheningan diantara mereka, tak ada yang mencoba berbicara terlebih dahulu. Dalam hati Jeonghan kesal karena udara semakin dingin apalagi ini sudah malam.

Jisoo tanpa diduga menarik Jeonghan untuk duduk dihadapannya. Kemudian merogoh sesuatu dibalik celana jeans yang ia kenakan. Sebuah kotak berwarna biru navy ada digenggaman Jisoo sekarang. Lalu menyerahkannya pada Jeonghan dan memintanya untuk membukanya.

Sebuah kalung dengan inisial JnJ di dalamnya.

Jeonghan terpaku sesaat kemudian menatap Jisoo dengan tatapan bertanya. Seolah mengerti, Jisoo mengambil kalung itu kemudian berdiri ke belakang tempat duduk Jeonghan dan memakaikan kalung tersebut.

   "Jangan pernah lepaskan benda ini karena aku juga tidak akan pernah melepaskan milikku ini." Jisoo menunjukkan sebuah kalung yang sama dihadapan Jeonghan.

   "Apa maksudnya ini?" tanya Jeonghan bingung.

   "Ahh sepertinya kau kurang suka ya dengan barang couple seperti ini?" canda Joshua.

   "Yaaa apa maksudmu bodoh? Jangan bercanda denganku." Jeonghan menepuk pipi Jisoo

   "Intinya jangan pernah lepaskan kalung ini. Karena aku tidak ingin kehilangan dirimu sekali lagi yoon jeonghan." balas Jisoo kemudian memeluk erat Jeonghan.



























TBC

Please Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang