Chapter 18

496 76 3
                                    








   Disebuah ruangan pribadinya, seseorang tengah menatap lembaran-lembaran foto dan informasi terkait dengan seseorang. Sesekali ia mengumpat kata-kata kasar dan mengacak rambutnya. Tidak hanya itu layar komputer di depannya juga menampilkan video-video yang membuatnya bertambah kesal.

   "Sialan!! Sebenarnya siapa orang itu?"

   "BERENGSEK KAU?!!!" teriaknya sambil menggebrak meja kerjanya memperhatikan sebuah video.

Kemudian jari-jari panjangnya menari-nari diatas keyboard mengetikkan beberapa kata yang rumit dan tak lama kemudian menampilkan data-data yang sulit dipahami oleh orang awam namun ia dapat mengerti itu. Bahkan ia hafal diluar kepala.

Beberapa menit setelahnya, seseorang datang ke hadapannya. Dan mereka memulai sesi percakapan yang cukup panjang dengan bahasa kasar dan penuh umpatan. Dan suasana di ruangan itu begitu panas hingga pendingin ruangan pun sepertinya tidak lagi berguna.

   "Membunuhmu sepertinya bukanlah hal salah." ucap salah satu orang itu penuh dengan penekanan.

✳✳✳✳✳

   Saling berbagi cerita masing-masing adalah kebiasaan yang selalu dilakukan oleh orang-orang ketika bertemu dengan sahabat atau teman lama setelah sekian lama tidak bertemu. Begitu juga halnya dengan Jeonghan dan Joshua yang.

Banyak hal yang mereka bicarakan. Termasuk kenangan yang memang pernah dilakan dimasa lampau. Kenangan yang indah hingga mereka akan selalu mengingatnya hingga sekarang.

   "Baiklah, aku tidak akan memanggilmu Joshua lagi tapi Jisooji."

   "Kalau begitu aku juga akan memanggilmu Hani."

   "Yakkk!! Jangan gunakan itu bodoh. Aku tak suka."

   "Kau pikir aku peduli?"

Kemudian terjadilah adalah kejar-kejaran antara Jeonghan dan Josh-Jisoo. Raut wajah merek tampak bahagia, sangat bahagia. Dan sepertinya alam mendukung karena meskipun sudah sore menjelang malam langit masih cerah. Hari ini mereka habiskan untuk bersenang-senang. Tak ada raut kesedihan disana.

Hingga malam tiba Joshua mengantarkan Jeonghan hingga ke dalam apartement. Bersantai sambil menikmati hangatnya coklat panas dan camilan di ruang keluarga. Acara televisi yang menarik semakin membuat suasana menjadi nyaman.

Ditengah suasana yang kondusif, Jisoo menanyakan boneka beruang yang diletakkan pada sofa ruang tamu. Bukankah seharusnya boneka sebesar itu diletakkan di kamar??

Jeonghan hanya menjawab dengan gelengan. Ia tidak pernah suka dengan hal-hal berbau boneka seperti itu. Lagipula itu hanya hadiah dari seseorang yang -mungkin- tak dikenalnya. Rasanya ingin membuang tapi takut jika sang pengirim malah memakinya. Makanya ia biarkan saja.

Sementara Jisoo tidur dengan tenang di kamar tamu, Jeonghan tidur dengan gelisah. Dia bermimpi jika akan ditinggalkan oleh seseorang namun ia tak bisa melihat dengan jelas siapa itu. Perasaannya menjadi kosong akibat rasa kehilangan yang begitu mendalam.

   "Kenapa bermimpi seperti ini?!" Jeonghan memukul kepalanya kesal. Kemudian mencoba untuk terlelap lagi.

Pagi telah tiba, setelah sarapan Jisoo mengajak Jeonghan pergi bersama ke tempat mereka kecil dahulu. Walaupun perjalanan membutuhkan waktu yang tidak tingkat tapi rasa lelah itu tergantikan dengan pemandangan laut biru yang nampak indah memanjakan mata.

Menghabiskan waktu dengan bermain di pantai dengan air laut yang dingin. Bahkan hingga sore menunggu matahari terbenam datang. Kemudian mengabadikan moment berdua dengan latar pemandangan langit orange kekuningan khas sunset.

Mereka makan malam di restoran dekat lokasi, dengan menu seafood sebagai hidangannya. Makanan yang sungguh menggugah selera. Jeonghan dan Jisoo dengan lahap menghabiskan semua hidangan itu tanpa sisa hingga membuat perut mereka serasa ingin meledak karena menampung banyak makanan.

   "Ahhh aku jadi malas berjalan jika seperti ini. Hanya ingin langsung tidur dengan nyaman." Jeonghan mengelus perutnya yang sedikit membuncit akibat terlalu makanan yang ia makan.

   "Menginap saja disini. Aku tak masalah." Jisoo memandang Jeonghan dengan tatapan herannya.

   "Enak sekali bicaramu Tuan Hong, aku masih kuliah omong-omong."

   "Makanya cepat lulus." ejek Jisoo yang mendapat lemparan tisu.

Drt drttt drrrtttttt

Ponsel Jisoo bergetar di meja. Menampakkan satu pesan masuk. Sang empunya langsung membuka pesan itu. Sedetik kemudian wajahnya mengeras membuat Jeonghan yang ada didepannya mengernyit bingung dengan perubahan wajah Jisoo.

   "A-pa sesuatu yang buruk telah terjadi?" tanya Jeonghan hati-hati, takut apabila menyakiti perasaan Jisoo.

   "Hhmm. Sebaiknya kita segera bergegas pulang. Hari sudah malam aku tidak ingin kau sakit."

Jisoo menuju ke mobil terlebih dahulu meninggalkan Jeonghan yang memandangnya penuh tanda tanya. Sedetik yang lalu wajahnya ceria dan sedetik kemudian wajahnya tanpa ekspresi. Benar-benar membingungkan.

Tetapi Jeonghan hanya diam mengikuti dibelakang tanpa protes. Bisa saja ia ditinggalkan disini.

Selama perjalanan suasananya diam tanpa kata, tidak seperti pada saat awal berangkat tadi pagi. Dan itu membuat Jeonghan merasa tidak nyaman. Sehingga ia hanya mengecek ponselnya seolah-olah sedang bertukar pesan dengan seseorang. Padahal itu hanya alibi.

Sesudah sampai di apartement Jeonghan, Jisoo mampir sebentar karena mendadak kepalanya pusing dan butuh sebentar untuk beristirahat. Ia hanya bersandar sofa sebentar sementara Jeonghan mencarikannya obat agar bisa meredakan sakit kepalanya.

   "Sebaiknya kau menginap lagi jika pusingnya belum reda."

   "Tidak, aku harus menyiapkan sesuatu untuk acara besok pagi." jawab Jisoo tanpa mengalihkan pandangannya dari satu titik tertentu.

   "Sepertinya sudah cukup. Terima kasih obatnya, aku harus kembali sekarang."

   "Ohhh hati-hati."

Jeonghan mengantarkan Jisoo hingga depan pintu. Dan sebuah pelukan hangat dari Jisoo membuat Jeonghan terkejut. Sambil memeluk, Jisoo membisikkan sebuah kalimat yang mampu membuat Jeonghan terdiam.

   "Jaga dirimu baik-baik. Sebentar lagi semuanya akan berakhir, jadi tenang saja."













TBC

Maaf kalo ada typo bertebaran ya 😂😂 dan ffnya makin ngebosenin buat kalian 😭😭😭

Please Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang