Help me

8.5K 318 1
                                    

Gedung tua
13:45 KST
.
.
.
.

"Hm.. Kau tidak berubah, Suga!"

"Oh! Jadi kau tahu!" balas ringleader-muda yang dikenal sebagai Suga dengan dinginnya.

"Ya! Dasar kau bocah, siapa yang tidak mengenalmu dengan tampang yang seperti itu, huh? " jelas pria bersetelan putih dengan tawa halus yang terselip disetiap katanya.

"Tsk! ", Suga membuka tudung jaketnya dan menampakkan rambut pink yang sempat bersembunyi. Suga pun menampilkan senyum smirk nya.

"Cih, dasar bocah! Tak ada gunanya bermanis-manis denganmu. Siapapun pasti tak akan betah dengan mulut batumu itu" seketika tawa halus yang sempat terselip hilang begitu saja berubah menjadi lebih serius.

Pria bersetelan putih tersebut lantas mengangkat tangan kirinya dan menggerakkan jari telunjuk mengisyaratkan kepada anak buahnya untuk memberikan tas hitam mengkilat berukuran sedang yang sudah dipersiapkan.
Setelah tas tersebut menjamah jari telunjuknya, pria tersebut menurunkan tangan kirinya dan mengayun-ayunkan tas hitam mengkilat tersebut.

"Jadi, apa yang akan ku dapatkan?"

Suga hanya melipat kedua tangannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dan mendongak kecil mengisyaratkan orang-orang dibelakangnya untuk membawakan sebuah kotak kecil yang juga sudah dipersiapkan.

" Huh? Hanya itu? Apa kau sedang main-main huh? Ya! Kau fikir sedang berurusan dengan siapa bocah?"
Pria bersetelan putih tersebut langsung menaikkan nada bicaranya mengetahui barang yang ada di depannya tidak sesuai yang diinginkan.

"Aku tahu dan aku tidak main-main. Kau mau atau tidak? " jelas Suga dengan nada serius penuh penekanan tak mau kalah dengan si pria bersetelan putih itu.

" Cih, dasar bocah tengik! Beraninya kau menipuku! "
Pria bersetelan putih tersebut semakin naik pitam.

Namun Suga tidak bergetar sedikitpun. Ia hanya berdecak kecil serta menampilkan senyum smirk dan melanjutkan guluman permen karet yang sejak tadi tetap tersimpan dalam mulutnya.

Pria bersetelan putih tersebut semakin geram dan mengisyaratkan anak buah di belakangnya untuk maju melayangkan beberapa pukulan. Namun belum sempat mereka mendekat, Suga segera merampas kotak kecil dari anak buahnya dan menampakkan wujud yang ada di dalam kotak kepada si pria bersetelan putih tersebut.

Pria bersetelan putih itu hanya bisa membelalakkan matanya dan menghadangkan tangan tanda untuk membatalkan perintah. Pria itu hanya diam memandangi kotak kecil tersebut sambil sesekali tersenyum licik.

Suga hanya bisa berdecak bangga sekaligus malas. Ia lantas menggembungkan permen karet dan meletuskannya hingga menghasilkan suara yang mampu menyadarkan pria bersetelan putih tersebut dari bayangan gilanya.

" Deal? "

" Deal "

Tanpa berlama-lama, sambil melakukan jabat tangan keduanya menyetujui kesepakatan yang sudah disepakati sebelumnya. Suga mendapatkan tas hitam mengkilat dan si pria bersetelan putih tersebut dengan kotak kecil yang isinya mampu membawanya dalam dunia angan yang gila.

Kedua orang tersebut tidak menyadari bahwa kini, sepasang mata tengah melotot dan sesekali mengerjap tak percaya.

" Hyung? Apa yang.. " gumamnya terpotong ketika dering ponsel tersebut berhasil mengalihkan pandangannya. Dengan cepat ia mengeluarkan benda tersebut dari saku celana dan sukses menampilkan bayangannya yang tengah berdiri di samping pintu lebar tanpa penutup tersebut.

"Ya! Tangkap dia! " aba pria bersetelan putih sambil memeluk kotak kecil yang kini sudah benar-benar beralih tangan dan segera berlari meninggalkan tempat tersebut.

" Sial! " Suga hanya mampu mengeluarkan umpatan kecil sambil menaikkan tudung jaketnya kembali dan berlari meninggalkan gedung tersebut sambil membawa tas hitam mengkilat hasil pertukaran dengan pria bersetelan putih tadi.

Sementara itu sepasang mata yang tengah terkejut mendengar sentakan dari pria bersetelan putih langsung melarikan diri meskipun ia sebenarnya tidak sepenuhnya atau bahkan sama sekali tidak memahami kejadian yang tidak sengaja dilihatnya.

"Apa lagi sekarang? " eluhnya sambil mengacak rambutnya kasar. Ia pun segera berlari menanggalkan posisi. Sementara itu benaknya masih mencerna kejadian yang tak sengaja dilihatnya tadi .

Beberapa langkah ia berlari, ponselnya kembali bergetar. Matanya membelalak melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dengan susah payah ia berusaha mengangkatnya.

"Ne-h Hyung-hh "

"Ya! Park Jimin! Dasar bocah, di mana kau!! "

"Tolong aku hyung!! "

"Mwo?? Hey, ada apa dengan suaramu?? "

"Aku-hh tidak bisa-hh menjawabph sekaranghh!!!"

"Ya!! Berhenti beralasan! Di mana tanggung jawabmu, eoh??"

"AKU SERIUS HYUNG!!!! AKU AKAN MATI!!! "

"M-mwo? Sepertinya serius.. Ya! Park Jimin!? Di mana kau? "

"Aish!! Aku ada di-"

Srett

Grebb

Percakapan Jimin terpotong ketika seseorang tiba-tiba menariknya dan membawanya bersembunyi. Jimin hanya diam membiarkan ponselnya mengeluarkan suara ocehan tak jelas. Ia masih terkejut memandangi sosok yang tengah membelakanginya.

Merasa terganggu dengan ponsel Jimin, orang tersebut membalikkan badannya dan dengan cepat menyambar ponsel tersebut. Ia membantingnya ke tanah dan menginjaknya hingga hancur.

"Mwo?? Apa yang kau-" pekik Jimin yang berhasil dibungkam oleh si-penghancur ponselnya.

"Diam kau!! " Bisik orang tersebut seketika membuat Jimin terdiam.

Jimin semakin melotot tak percaya melihat sosok yang tengah bertatapan dengannya. Perlahan sosok tersebut melepaskan bungkamannya dan kembali melihat situasi. Jimin mencoba meraih punggung orang tersebut agar kembali menatapnya.

"Hyung? "

.
.
.
.

# # # # # - - - - # # # # #

This is my first story ♡

Please vote & comment. ♥
(sangat dibutuhkan!! 😂)

Kalimat gak jelas? Typo? Harap maklum 😀

So...

Keep my story please

Author~♥~
➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡➡▶

Suspected Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang