Is It Because of Me?

997 58 10
                                    

     Jimin mengayunkan jasnya ke belakang dan memakainya dengan elegan. Pergelangan kemeja dan jas dirapikannya secara bergantian. Ditepis pelan debu yang tak nampak pada jas depannya. Jemarinya perlahan menelusuri rambutnya secara perlahan dari depan hingga belakang.

     Mulai ujung kepala hingga dagunya nampak begitu sempurna. Sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas mengukir senyum yang khas. Secara perlahan, tubuhnya memutar 180 derajat dan berpose layaknya model professional. Sorotan lampu dari belakangnya menambah kesan elegan dan sangat menusuk mata.

     “YA! Kau menghalangi lampunya! Bikyeo!” (minggir!)

     Bentak Nami secara tajam dengan tatapan membunuh. Gadis itu tengah mengangkat sebuah kertas kosong  yang ingin dilihatnya melalui sorotan cahaya. Beberapa detik kemudian Ia  meletakkan kertas itu dengan kasar di atas meja.

     Jimin yang terkejut sedikit menyentakkan bahunya dan menatap Nami malas. Jimin hendak beralih dari tempatnya namun Nami segera berlari dan menghadangnya. Jimin secara spontan berhenti dan menatap Nami. Gadis itu tersenyum manis yang dibuat-buat membuat Jimin mengangkat sebelah alisnya.
    
     “Kau tidak berniat pergi dengan penampilan seperti ini kan?” tanya Nami masih tetap dengan senyum manis terpaksanya.

     “Wae?” balas Jimin dengan ekspresi menantang.

     Seketika senyuman manis itu hilang dan ekspresinya berubah tajam.

     “Baboya?. Memangnya kau mau kemana, huh?”.

     Gadis itu menarik dasi hitam milik Jimin hingga membuat Jimin sedikit menunduk dan mendekat ke arah Nami. Nami langsung memasangkan sebuah kacamata hitam berlensa normal dan kembali menarik dasi Jimin hingga membuat tatapan keduanya semakin dekat.
Jimin yang terkejut hanya bisa membulatkan matanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tatapan gadis itu membuatnya seakan terikat oleh tali yang erat dan membungkam mulutnya rapat. Bahakan saat ini Jimin tidak berani bernapas karena ia takut hembusan napasnya akan bertukar dengan hembusan napas Nami.

     Nami yang melihat ekspresi Jimin pun sedikit menggodanya dengan tersenyum licik. Perlahan sebelah tangannya menyentuh rambut Jimin dan mengusapnya pelan membuat pemiliknya sedikit tersentak. Jemarinya kemudian menyusuri rambut Jimin dan menekannya kuat secara perlahan. Detik berikutnya, ia meremas dan menarik rambut Jimin hingga membuat Jimin memekik.

     “Akh!”

     “ Jangan mencoba terlihat tampan, Arasseo?” Bisik Nami yang langsung menarik dasi hitam Jimin dan membawanya menuju kamar Namgil.
 
     Nami membuka pintu kamar Namgil dengan kasar dan menarik Jimin masuk sambil menatapnya tajam. Detik berikutnya, pandangannya beralih ke depan untuk memastikan agar ia tidak menabrak sesuatu yang keras yang akan membuatnya tersungkur. Namun bukan benda yang harus ia masalahkan, pemandangan di depannya membuatnya dan Jimin berhenti sejenak. Semua orang yang ada di dalam sana pun ikut terdiam.

     Yoongi dan Namgil berada sekitar 5 meter  dari tempat Nami berdiri, dengan Namgil yang duduk di kursi kayu dan Yoongi yang berdiri tepat di depan Namgil. Kedua tangan Yoongi menelusup di antara leher belakang Namgil dan rumbai-rumbai hiasan dinding tak jelas di belakangnya. Sedangkan kedua tangan Namgil menangkup kedua pinggang Yoongi seperti hendak menariknya. Ditambah lagi, Namgil hanya memakai celana panjang tanpa atasan, membuat Nami memiringkan kepalanya.

     Sementara itu, posisi Jungkook dan Seokjin tidak jauh beda, saling-berhadapan. dengan Seokjin yang membelakangi pandangan Nami dan Jungkook yang menghadap ke arah Nami. Secara posisi, keduanya lebih dekat dengan tempat Nami berdiri sekarang.  Jungkook berdiri tegap sambil berkacak pinggang, dan Seokjin yang sedikit membungkukkan badannya hingga setinggi perut Jungkook.

Suspected Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang