Seriously

754 63 6
                                    

JIMIN POV

Kepalaku terasa berputar-putar. Mataku terasa berat untuk terbuka. Badanku pun terasa sulit digerakkan seperti diikat erat dengan sesuatu. Dapat kurasakan bagian belakang tubuhku sedikit tidak nyaman karena aku tidur di atas tempat yang keras dan sedikit dingin. Dapat kurasakan bahwa disekitarku mungkin ada dua atau tiga orang berdiri mengelilingiku.

Perlahan kucoba membuka mata agar dapat melihat keadaan yang sesungguhnya. Memang berat, tapi harus kucoba. Semakin aku berusaha membuka mataku, rasa sakit dikepalaku semakin menjadi dan tubuhku pun semakin terasa lemas. Rasanya seperti terbangun setelah dipukul dan diberi obat bius.

Ketika mataku berhasil terbuka meskipun hanya sedikit, dapat kulihat sebuah cahaya terang yang mirip dengan cahaya lampu operasi. Aku pun melihat sekeliling dan terkejut bukan main, karena aku sepertinya benar-benar berada di meja operasi. Sekitar tiga orang mengenakan pakaian hijau khas pakaian operasi.

Oh! Dia sudah sadar. Apa yang harus kita lakukan?” ucap salah satu orang yang berada di samping kiriku.

“Tidak ada perintah untuk membuatnya tetap tertidur. Kita mulai saja prosedurnya!” ucap seseorang disamping kananku yang sudah siap mengangkat kedua tangannya.

Tapi tunggu sebentar. Apa ini? Apakah semacam simulasi? Tapi, simulasi apa? Lalu, prosedur? Prosedur apa? Tidak ada yang memberitahuku tentang ini. Aku ingin bertanya namun entah kenapa mulutku tidak bisa terbuka sedikitpun.

“Baiklah, kalau memang harus dilakukan” ucap seseorang yang datang entah dari mana.

Orang tersebut membawa sebuah pisau bedah dan memberikannya pada orang disamping kananku. Aku menggeliat tapi tidak bergerak sedikitpun. Mereka benar-benar mengikat tubuhku begitu erat. benda itu semakin dekat ke tubuhku, dan

ARGHH!” suaraku dapat keluar dengan kencang.

Aku semakin berteriak kesakitan. Entah tubuhku bagian mana yang disyat, namun rasa sakitnya terasa di seluruh tubuhku. Mereka terus melakukan kegiatan mereka pada tubuhku, dan rasa sakit itupun semakin menjadi. Bahkan dapat kurasakan keringat keluar sangat banyak di seluruh tubuhku. Cahaya lampu diatasku terlihat sedikit meredup kemudian terang kembali dan tiba-tiba pecah.

ANDWAE!” teriak seseorang entah siapa.

Aku terbangun dan benar-benar berada di dunia nyata, katena dapat kurasakan aku berbaring di atas kasur yang sangat lembut. Mataku benar-benar tebuka begitu lebar karena terkejut. Napasku begitu tidak beraturan dan keringatku benar-benar keluar begitu banyak.

“Itu tadi hanyalah mimpi. Tapi, rasanya sangat nyata” ucapku lirih.

Kuseka beberapa keringan di dahi dan perlahan kucoba bangun sambil memegang kepalaku karena rasanya masih berputar-putar. Setelah benar-benar pada posisi duduk, aku menggeleng pelan untuk menetralkan rasa sakitnya.

Aku mulai bangun dan berjalan perlahan menuju pintu. Perlahan ku buka pintu kayu itu dan benar-benar keluar dari tempat tadi. Semua orang tengah berkumpul dan menatapku bersamaan.

Eoh! Kau sudah bangun?” Tanya Hoseok hyung.

Eum, kurasa. Kepalaku masih terasa berat” jawabku jujur.

“Apa perlu ku panggilkan Seokjin lagi?”

“Tidak usah, Yo sunbae-nim” balasku dengan senyum.

Semenjak Hoseok hyung memanggilnya sunbae, aku ikut memanggilnya sunbae, karena aku tidak tahu harus memanggilnya dengan apa. Ia tidak mengijinkanku menambahkan –ssi dibelakang namanya. Jika ku memanggil langsung namanya, itu sanagtlah tidak baik karena aku jauh lebih muda. Dan jika ku panggil hyung, aku belum sedekat itu. Tapi Ia juga tidak mau jika aku terlalu formal. Dan akhirnya ‘Yo sunbae-nim’ lah yang menjadi titik tengahnya.

Suspected Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang