Our Last Hope

133 10 0
                                    

Aku tidak pernah menyangka. Bahwa petulangan aneh ku bersama Magdalena dan teman-teman. Menjadi akhir dari perjalanan kehidupan ku.

Aku meninggalkan semua orang-orang yang berharga bagiku. Mereka semua menangis...
.
.
.
.
Ibu dan Kak Violin terlihat tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Sementara ayahku hanya membisu sambil merangkul ibu dan Kak Violin. Tidak bisa di bayangkan bila harus kehilangan putri bungsu yang mereka sayangi...

Tapi tunggu,dimana Kak Leo? Kenapa dia tidak ada diantara semua orang-orang yang hadir?

Kembali lagi aku melihat teman-teman ku. Hellen,Jeni dan Daisy,mereka juga menangis histeris ketika meratapi kenyataan pahit ini.

Disisi lain aku juga melihat Edward dan Magdalena. Edward menatap batu nisan ku dengan mata berkaca-kaca. Dan Magdalena,dia hanya dengan tatapan kosong.

Magdalena tidak menyangka orang yang telah menyelamatkan nyawa beberapa jam lalu. Harus berakhir hidupnya dengan tragis. Dan tak ada,ucapan maaf sebelum orang itu pergi untuk selamanya...

"Ini,ini semua salahku! Aku tidak becus menjaga adik-adikku! Dan konyolnya kenapa aku membuat Leo ikut meregang nyawa!" Ujar Kak Violin terisak dan menyalakan dirinya sendiri.

"Tidak ini bukan salahmu Violin! Ibu tahu kamu sudah berusaha yang terbaik! Lagi pula kamu juga tidak tahu hal buruk ini akan terjadi..." Ujar ibu memeluk Kak Violin.

Langit menjadi kelabu seakan ikut bersedih atas kepergian kami. Esok hari tak akan seperti biasa,yang ceria dan hangat.

Kak Violin yang biasa selalu ceria,sekarang menjadi pemurung. Dia telah kehilangan senyumannya. Bahkan dia tak pernah mau mengucapkan sepatah katapun kepada semua orang.

Sejak kejadian itu semua orang semakin yakin. Jika kastil tempat kami tinggal tidak hanya berhantu,tapi juga terkutuk.

"Tok! Tok! Tok!"

Pintu kastil pun terbuka. Aku melihat kedua sahabat kesayanganku. Ya,Si Kembar Riana dan Liana datang. Tanpa berkata apapun Kak Violin mempersilahkan Si Kembar masuk.

"Kak Violin,maaf ya aku dan Liana baru mengunjungi kalian.... Aku juga turut berdukacita sedalam-dalamnya. Atas kehilangan Lolyta dan Kak Leo... Teman sekaligus sahabat kami..."

Kak Violin hanya diam. Dia seakan tak menggubris perkataan Riana. Riana hanya tersenyum pahit. Dia sangat paham bagaimana perasaan Kak Violin saat ini.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakak? Aku harap kakak masih sehat selalu..." Ujar Liana sambil mencairkan suasana.

"Iya..."

Setelah jawaban singkat yang menyayat hati itu. Kak Violin beranjak menuju jendela dan memandang keluar sambil merenung bersama angin.

"Maafkan Violin ya... Sejak kematian kedua adiknya dia menjadi pendiam seperti itu..." Ujar ibuku yang berjalan dari dapur.

"Ya,tidak apa-apa tante kami paham. Kami juga turut berdukacita cita atas kepergian Lolyta dan Kak Leo." -Riana.

"Ya, terima kasih atas belasungkawa kalian. Kalian adalah teman yang baik. Maafkan anak kami, Lolyta dan Leo jika mereka pernah ada salah kepada kalian."

"Tenang saja tante kami sudah memaafkan semua kesalahan Lolyta dan Kak Leo. Kami juga minta maaf kalau ada salah." Ujar Liana mencoba tersenyum.

"Ya, tidak apa.... Ngomong-ngomong apakah kalian ingin berkunjung ke makam Lolyta dan Leo?" Ujar ibu sembari duduk berhadapan dengan si kembar.

"Tentu,kami sangat ingin sekali mengunjungi sahabat yang berharga bagi kami..." Ujar Riana yang disertai anggukan Liana.

"Baiklah,tante akan bersiap-siap dulu. Violin,apakah kamu mau ikut nak???" Ujar ibu dengan lembut.

I am freeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang