Lyla and New Friends

61 4 0
                                    

"Ya, pada akhirnya kita kembali berpetualang lagi kan kak, dan sekarang kita telah sampai di Surabaya seperti usulan Ajeng," ujar ku sembari terus berjalan kaki.

"Semakin kita melangkah pergi, pasti ada aja tujuan mu selanjutnya. Kita rencananya hanya ke Jakarta, eh ada lagi tempat baru. Kamu selalu seperti itu!" jawab Kak Leo dingin tanpa menoleh, membuat ku hanya terkekeh meresponnya.

Aku melipat kedua tangan ke atas, "Setidaknya kita bisa mendapatkan berbagai pengetahuan dari tempat-tempat yang kita kunjungi kan. Bukankah itu juga sesuatu yang bagus. Kan kesempatan tidak mungkin datang untuk kedua kalinya~" Kak Leo hanya mendengus melihat sikap santai ku yang berada di tempat asing.

"Kita hanya beruntung bisa bertahan sejauh ini Lolyta. Untung saja teman Ajeng itu bisa dipercaya, jika tidak, mungkin kita bisa mendapatkan sebuah peristiwa yang tidak bisa kita bayangkan."

"Oh ya, ngomong-ngomong soal Ajeng dia berkata pernah pergi ke kota ini sebelumnya. Kira-kira ada perlu apa ya ke kota ini. Saat aku bertanya dia hanya tersenyum dan berkata ingin pergi ke pelabuhan bersama keluarganya. Ke pelabuhan? Apakah dia mencoba pergi ke suatu tempat lain dengan kapal?" pikir ku tanpa mempedulikan perkata Kak Leo.

Kak Leo menghela nafas, "Hah, entahlah mungkin saja dia memang ingin naik kapal. Tapi bisa saja dia ingin mengunjungi anggota keluarga lain di pelabuhan. Sekarang kita tentukan dulu tempat pertama yang aku kita kunjungi," ujar Kak Leo melihat sekeliling untuk memikirkan tempat yang bagus.

"Ah iya! Aku hampir lupa! Bagaimana jika kita mencari tempat istirahat sementara dulu. Baru setelah itu kita lanjutkan perjalanan."

"Ya...aku rasa itu ide yang bagus. Kita sudah lama berjalan kaki, jadi kita bisa mengistirahatkan kaki boneka ini." Aku dan Kak Leo berhenti di sekitar semak sejenak. Masih terus memperhatikan tempat-tempat yang cocok sebagai tempat peristirahatan.

"Hmmm, kira-kira di mana ya?" Apakah kamu punya ide?" tanya Kak Leo menoleh ke arah ku.

Aku terdiam sejenak sambil masih tetap memperhatikan sampai aku melihat banyaknya pohon bambu yang tumbuh dan terdapat batu-batu di sekitarnya. Sekilas aura tempat itu memang tidak cukup bagus, tapi aku merasa itu bisa menjadi pilihan yang terbaik ketimbang harus bersembunyi di antara rumah-rumah untuk bersembunyi.

Aku menepuk pundak Kak Leo menunjuk ke arah sudut jalan perempatan, "Ku rasa tempat pohon-pohon bambu itu bisa menjadi pilihan yang bagus." Kak Leo terlihat menyengitkan dahi seolah tak setuju.

"Kamu yakin? Tempat itu terlihat minim cahaya. Bisa saja terdapat hewan yang bersemayam di sana!" ujar Kak Leo yang tidak melepaskan pandangannya.

"Memang bukan tempat yang bagus. Tapi aku rasa ini bisa menjadi tempat peristirahatan sementara. Kita bisa lebih tenang di sana dari pada harus merasa was-was karena bersembunyi diantara rumah-rumah, melihat keadaannya sekarang aku rasa kita tidak punya pilihan," jawab ku beranjak dari tempat duduk.

Akhirnya kami memutuskan untuk segera berjalan menuju tempat itu. Kami harus bergerak cepat namun hati-hati disaat yang bersamaan karena kami tak ingin kembali dikejar-kejar hewan atau tertangkap basah oleh manusia. Sebuah tantangan sulit yang membuang banyak peluh jika kami adalah manusia saat ini.

Kami harus berjalan melewati setiap rumah yang jelas saja berpenghuni. Mata kami harus benar-benar jeli dan tajam seperti elang memperhatikan orang-orang yang berada di rumah itu. Telinga kami juga harus selalu mendengarkan suara lalu lalang orang-orang dijalan. Jika keadaan benar-benar tidak memungkinkan kami harus kembali menjelma menjadi boneka biasa yang mati kaku tanpa jiwa.

"Kakak...di sana banyak orang-orang. Kebanyakan di antara mereka adalah anak-anak. Apa yang harus kita lakukan?" tutur ku ketika melihat jalan tempat satu-satunya kami lewat harus terhalangi oleh orang-orang dengan berbagai aktivitasnya.

I am freeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang