Prolog "When Everything Started"

1K 47 45
                                    

Ada kalanya bunga yang mekar bisa layu dan larut dalam kegelapan. Dan Matahari tenggelam mengkhianati senja.

Berbaring di antara genangan cairan merah yang anyir. Menatap langit-langit bangunan yang tak terlihat asing bagiku.

"Sesungguhnya apa yang sebenarnya terjadi? Siapa aku? Apakah aku masih merasakan denyut nadiku???"
.
.
.
.
Disebuah di rumah pinggiran kota Madrid yang tenang. Hiduplah sepasang suami istri yang bahagia dengan putri tercinta yang berusia 5 tahun,seorang putra yang masih bayi 5 bulan dan calon adik mereka yang baru berumur 1 bulan.

Sang ibu Margaretha Seline Stuerd nampak sangat senang sekaligus terkejut akan kehadiran anak ketiga yang tidak terduga.

"My dear,apakah kehadiran calon bayi kita ini tidak terlalu cepat ya??? Karena Leo putra kita masih terlalu kecil. Aku takut dia akan kekurangan kasih sayang karena jarak kelahirannya dengan calon adiknya sangat dekat."

"Calm down My Candle. Everything is gonna be alright. Justru kehadiran calon anak kita ini merupakan anugerah terbesar dari Tuhan yang tidak bisa kita sia-siakan."

Sang suami Johan Mc Magellan memeluk sang istri sembari mengelus perut wanita yang di cintainya yang semakin membesar.

"Can't you stop calling me 'Candle'. That's not my name!" Ujar Margareth sambil menepuk jidat melihat tingkah suaminya yang kekanakan dan tengil -_-.

"Nope,you always be My Little Candle."

"Aduh -_-."

Margareth hanya bisa sweatdrop melihat tingkah laki-laki yang dia cintai malah semakin bergelayut manja dengan nya.

"Tok...tok...tok"

"Iya sebentar..."

Margareth berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Hai my little sister did you Miss me~?"

Seorang wanita cantik dan beberapa rombongan berada di ambang pintu dengan wajah secerah mentari.

"Kakak,ibu! Ayo masuk!"

"Sis,gimana kabar mu dan jabang bayinya? Sehat-sehat aja kan?"

Wanita cantik yang bernama Eliana Yamagara-Stuerd. Langsung memeluk adik bungsunya dengan rasa rindu.

"Lha kok cuma Candle yang ditanyai sih? Aku kok ngak???" Ujar Johan dengan muka cemberut.

"Idih,suka-suka aku dong. Lagian nanya ke kamu tuh 'ngak penting'."

"Hiks,aku ngak dianggap sama Elin :'v."

Johan hanya bisa muram mendengar jawaban dari kakak iparnya itu.

"Sudahlah Johan. Tidak usah bersedih begitu. Eliana tak bermaksud untuk melupakanmu kok."

Seorang wanita datang menepuk pundak Johan dan menenangkannya.

"Eh,ibu. Sudah lama tak bertemu. Aku jadi rindu denganmu Bu." Ujar Johan sambil memelukku ibunda tercinta.

"Aku baik-baik saja Johan. Kamu tak usah khawatir."

"Ah,kamu ini kekanakan sekali. Masak iya dibilang ngak penting aja udah ngambek. Udah gede kok masih ngambekan. Labil banget ah!"

"Dih,sewot lho Daniel. Bukannya kamu sama saja ya,'paman kecil,'~~."

"Apa!!! Ngak usah ikut-ikutan panggil aku paman kecil bisa ngak sih?!"

"Oh ya,ayah mana??? Apa dia tidak datang? " Ujar Johan celingak-celinguk mencari sang ayah.

I am freeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang