Mos sudah selesai dari seminggu yang lalu dan sekarang belajar seperti biasa. Komunikasi antara raka dan dita hanya pada saat mos hari kedua, sampai sekarang tidak ada yang ingin memulai suatu pembicaraan. Didukung dengan tempat duduk dita dan raka jauh. Dita di bangku kedua barisan sebelah meja guru sementara raka dipojok belakang barisan deket pintu.Suasana kelas ramai karena guru lagi rapat untuk membagi jadwal.
Baru seminggu dikelas ini tapi sudah akrab satu sama lain.
Gimana tidak akrab anak anak nya gokil gokil banget. Saat ini saja lagi pada dangdutan. Andri bawa gendang kecil karena kemarin anak sekelas sudah merencanakan kalo hari ini kita seru seruan soal nya ga ada gurunya ye kan."Sambala sambala balasambalado..." nyanyi bareng bareng ada yang naik di atas meja. Sepertinya sudah tidak pantas disebut kelas yang notabenya digunakan untuk belajar. Soal beginian mah andri, doni, pian, sama kiply maju paling depan.
"Saweran nya dong... "
"Woy ganti lagu woy.."
"Wani piro (berani berapa)"
"Woy ketua kelas ga bener dasar bukannya nyontohin yang bener, malah ikut ikutan."
"Ya ilah bawel lu pada."
"Tarik mang... ''
Dita dan innes hanya ngakak melihat kelakuan temen sekelasnya.
Tapi dita sama innes bersyukur punya temen sekelas yang seperti ini terlebih lagi sama andri dkk.
Dita sadar kalo SMA ga punya temen kaya gitu, SMA nya ga seru.Berbeda dengan rekan nya kiply. Raka justru hanya duduk dan mendengarkan lagu. Raka mau tidur tapi dengan keadaan kelas yang seperti ini. Raka susah tidur. Akhirnya raka pergi meninggalkan kelas dan pergi entah kemana.
Ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikan gerak gerik raka.
Dita melihat raka udah ngantuk banget. Tapi setelah dita berbalik untuk melihat raka ke belakang. Dita melihat raka yang bersiap pergi meninggal kan kelas.
Dari pada dita penasaran mending ngikutin raka. Akhirnya dita juga mengikuti raka diam diam.
Raka melangkahkan kaki nya ke atap gedung. Duduk di bawah dan mengambil sesuatu dari sakunya.
Raka menghisap rokok tersebut dengan santai. Dita mendekat.
Dita duduk tepat disebelah raka.Raka yang terkejut tetapi setelah itu ia mengubah mimik muka nya menjadi datar lagi. Tapi setelah itu raka melemparkan rokok dan mematikan api yang masih tersisa.
Dita mengerutkan dahinya, menatap raka dengan bertanya tanya.
"Loh kok dimatiin? "Raka menatap lurus kedepan.
"Ada elu"Dita memalingkan wajah nya menatap lurus kedepan juga.
"Selow aja kali rak. Udah biasa""Trus lu ngapain kesini? Ngikutin gua?" sambil menaikan alis bingung.
"Kaga. Pengen banget kaya nya diikutin. Orang dikelas bosen ya udah gua kesini." dita setengah berbohong.
"Besok besok kalo ada orang ngerokok itu jauhin bukan malah dideketin" ucap raka mengangkat bahu cuek.
Keduanya sama sama bungkam dan memilih menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajah mereka. Menikmati waktu yang berjalan begitu cepat dan meninggalkan orang orang yang terpuruk tanpa mau menunggu untuk setidak nya bangkit. Waktu yang memberi perubahan pada setiap detik nya. Entah perubahan menjadi lebih baik atau malah sebaliknya.
Raka benci keheningan. Keheningan hanya akan membuat raka terlempar ke masa lalu dan kenangan kenangan pahit itu. Raka tidak bisa melupakan itu. Kenyataan yang begitu menyakitkan dimana dia harus melepas dua orang yang ia sayangi.
Tapi disaat raka bersama dita keheningan itu selalu terjadi.
Keadaan , takdir. Raka benci dengan takdirnya yang menjadikan raka jadi serba salah. Belajar dari semua itu raka harus bisa mengambil hikmah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Is Change
Teen FictionTiga tahun berlalu. Mereka bertemu lagi. Satu sekolah lagi. Namun mereka berbeda. Bukan mereka tapi raka. Hanya raka. Raka berubah.