Sore itu menjadi sore yang paling membahagiakan bagi raka, mereka ketawa tawa kadang menjahili satu sama lain. Bener bener ga beda jauh sama dulu. Ralat bahkan ga berubah.Pagi ini raka bangun dengan senyum yang tak luput dari wajah nya yang beler sehabis bangun tidur. Bahkan raka pulang nya bukan ke apart nya zikri, melain kan kerumah menemui bunda dan aura.
Raka bergegas mandi dan berangkat kesekolah. Saat sampai meja makan , raka menyempatkan diri untuk makan roti yang dibuat kan bunda.
"Tumben lo.. " ucap aura nyindir karena abang nya ini ga pernah sarapan tiba tiba sarapan gini.
"Emang napa?" raka membalas perkataan aura bukan nya judesin balik malah tetap senyum. Aura yang melihat itu pun heran.
"Lu sakit bang? Lu dari tadi senyum senyum mulu. Lu ga kesambet kan?" tanya aura panik. Bunda yang melihat anak bungsu nya yang panik segera menghampiri kedua anak nya yang lagi di meja makan.
"Kamu ga panas kok." tangan bunda terulur ke kening raka.
Raka mengambil tangan bunda yang masih setia dikening nya dan mencium tangan."bun aku ga sakit kok." raka berdiri dan segera mencium kening bunda. "Aku berangkat bun" raka berbalik dan menghadap aura yang mengamati raka dari tadi.
"Salim lo ama gua!" ucap raka sambil mengulurkan tangan nya untuk di cium aura. Aura salim sama raka tapi muka nya cengo. Ga biasanya abang nya kaya gini."Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam."
Raka bergegas untuk berangkat.
Mungkin bukan raka saja yang bertingkah aneh, namun ketiga gadis ini pun sama aneh nya. Ralat, bukan aneh tapi bahagia karena bisa berkumpul lagi.Sekarang raka bersyukur mereka mau memaaf kan raka terutama dita. Raka menggelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran itu karena akan berbahaya jika sedang berkendara. Raka memfokuskan konsenterasinya ke jalanan yang ada dihadapan nya saat ini.
Tingkah laku ketiga teman nya itu ga beda jauh sama raka. Senyam senyum sendiri. Mereka seneng akhirnya raka balik lagi.
****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, empat orang cewe sedang menuju caffe sebrang sekolah.
Mereka memasuki caffe dan duduk dimeja yang sering mereka tempati. Kebetulan caffe saat ini lagi sepi, mungkin pada menyusun rencana buat besok.
Ya besok.. Dita dan kedua teman nya ga mungkin lupa."Eh iya. Besok lu ada acara ga nes?" tanya vina semangat yang dibalas innes dengan anggukan. Seketika lala, vina, ama dita kicep. Mereka langsung diem.
"Loh? Pergi?" tanya dita yang lagi lagi dijawab anggukan oleh innes.
"Seriusan?"
"Iya. Gua nginep. Minggu sore baru balik. Gua kerumah sodara gua. Kenapa?" innes bingung melihat teman teman mereka yang agak sedikit syok mendengar jawaban dia.
"Kita mau ngajakin lo jalan. Ama raka." kata lala.
"Lah? Kalian udah-"
"Yagitu deh. Kemarin raka minta maaf trus janji mau ngajak jalan." dita memotong ucapan innes.
"Oh... Bagus lah. Lagian lu ngapain ngajak gua? Gua kan ga ada sangkut paut nya ama masa lalu kalian. Kalo gua ikut kan jadi gimana gitu." seketika mereka menyender kesenderan kursi sambil bersedekap.
"Ya... Tapi kan lu sahabat kita. Masa kita jalan tapi lu ga ikut." ucap lala, innes menatap mereka dengan tatapan bersalah.
"Ya gua minta maaf. Sorry gua bener bener ga bisa ikut. Lagian kalaupun gua ikut, gua jadi akward gitu ama raka. Kan gua belom kenal banget." innes berkata jujur. Bener juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Is Change
Teen FictionTiga tahun berlalu. Mereka bertemu lagi. Satu sekolah lagi. Namun mereka berbeda. Bukan mereka tapi raka. Hanya raka. Raka berubah.