"Aduh... ssss. Aw.. sakit " ucapnya dengan mengernyitkan dahi karena kesakitan."Kalo jalan pakek mata. Atau kalo lo itu lebih cocok pakek kacamata bulet kayak Bu Anik. Hahaha... Udah ya gue cabut" Ashka menyambar tasnya dan meninggalkan Alrai maupun Dicky. " Tega banget sih!" kesal Alrai kepada Ashka.
"Oi... lo bakal liat sesuatu ! Lo tunggu okay!" ucapnya keras di depan pintu kelas.
Sebuah tangan terulurkan dari balik tubuh Alrai. Yeah benar saja . Itu Dicky.
"Nggak penting banget kalo lo harus nanggepi dia. Lo harusnya bijak." sambil Dicky menunjuk pada pelipisnya sendiri , dengan sedikit menyunggingkan bibirnya. Entah dia puas atau meremehkan. Ah , tak tahulah."Lo tadi tersandung kakinya kan ? Tangan lo kena meja kan? Sini gue bantu berdiri" ucapnya menolong.
"Thanks ky."
"Okay um... gue keinget sesuatu dari cara lo bicara deh?"
"Apa emang?"
"Ah enggak apa-apa kok . Yuk pulang"
"Hmmm okay..."Alrai berbelok ke kanan dan Dicky berbelok ke kiri . Walaupun mereka mengambil arah yang berbeda , tujuan mereka sama yaitu pulang hehe...
Alrai melewati lorong sekolah yang sepi itu untuk membawanya menuju gerbang sekolah . Hari itu para guru pulang cepat. Ya memang masih ada beberapa namun guru-guru yang memang biasanya lembur.
Alraipun ingin segera menuju rumah mengingat hari ini ia berjalan kaki. Yeah walaupun lumayan jauh. Tapi , ia memang menginginkan hal itu. Setidaknya dengan berjalan kaki ia mengetahui hal-hal lain ketika berjalan.
1/2 perjalan lagi Alrai akan segera sampai di ujung lorong dan menuju halaman depan sekolah.
Dan ya tidak sampai 2 menit ia sudah berada di ujung lorong. Dan harus berjalan di sekitar lapangan basket.
Alrai melihat seseorang di depan Alrai sekitar 10 meter darinya , yang baru saja keluar dari belokan. Ia menoleh pada Alrai dan tersenyum . Namun, senyuman itu segera sirna setelah mendongak keatas. Alrai mengerutkan dahi. Dia langsung meletakkan buku dan tas yang dibawanya dibawah pohon.Dia berlari menuju Alrai. Sebelum Alrai melihat ke atas."Alrai...!"
"Hah?! Ap"Byyyuuurrrrr...
Ternyat para gadis dari atas yang berada di lantai 2 menyiramkan 3 ember air secara bersamaan tepat dimana Alrai sekarang ini.
Namun, yang terjadi Alrai sudah berada di dalam rengkuhan dan lindungan seseorang.
Para gadis itu melongo dan langsung menutup mulut mereka terkejut. Mereka tahu yang sekarang terjadi.
GAGAL! Karena bukan Alrai yang terkena."Di... Dicky..."walaupun Alrai memanggil Dicky yang sekarang sedang merengkuhnya itu , ia masih belum melepaskannya. Macam tak rela si Dicky ini. Dicky merasa nyaman begitu dekat dengan Alrai.
"Hahaha...! Hahaha! Kena juga lo ... kan gue udah bilang jangan pernah lo! Ngelawan gue" pada saat itu Dicky langsung melepas rengkuhannya.
"Ashka!!! Lo lo kejam! " ucap Alrai.
"Lo sekarang udah tahu gue kan! Gue bisa lakuin apapun okay. Yeah walaupun GAGAL tidak masalah. Gue udah seneng bisa nunjukin diri gue ke elo!"Dicky yang sedari tadi diam . Dia hanya menatap mereka dan segera mengambil tas serta bukunya.
"Alrai yuk pulang sama gue..."
Dicky menggapai tangan Alrai dan membawa Alrai menuju mobil Dicky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Hati
AcakHari mulai pudar dari keberadaannya , semakin senja dan gelap . Burung-burung tak lagi menampakkan suaranya , sebagaimana seseorang menunggu datangnya pagi . Keadaan memang ya.. terkadang bisa sesuai dengan hati . Namun , tak jarang selalu berbandi...