5) Don't hate me [2/3]

8.3K 908 33
                                    

'There's just too many things on my mind.'




Author POV



'Bagaimana kabarmu?'

'Apa kau makan dengan teratur?'

'Apa tidurmu nyenyak?'

'Apa saja yang kau lakukan selama aku tak ada?'

Sama persis, baik Jungkook maupun Eunha sama-sama memikirkan apa yang akan mereka katakan saat keduanya bertemu. Tak habis pikir, pikiran dan hati mereka sudah menyatu. Lalu kenapa kata 'berakhir' itu dengan mudah terucap? Baiklah, anggap saja perjalanan mereka sedang mengalami proses yang disebut dengan cobaan. Bukankah selalu ada rintangan dalam perjalanan yang hebat? Jika boleh jujur, tak satupun dari mereka menginginkan semua ini terjadi. Jungkook merasa menyesal, karena bagaimanapun dirinyalah yang patut disalahkan.

Semua bermula dari dia yang selalu mengabaikan gadis itu tanpa tahu apa salahnya. Dari dulu Eunha memang telah berjuang sendirian, hingga sekarang. Jika dipikir, dirinyalah yang kekanakan. Ingin dimengerti tapi tak ingin mengerti. Rasanya, Eunha telah mencoba menyamakan dirinya dengan Jungkook. Berusaha menjadi yang lelaki itu inginkan meski sulit. Usia mereka terpaut dua tahun, hal wajar jika Eunha bersikap sedikit manja karena itu adalah gejala-gejala yang gadis itu jalani pada fase semasanya. Jungkook bodoh sudah menyia-nyiakan Eunha sementara dia ingin Eunha selalu menjadi miliknya, dia sendiri yang menghancurkannya.




***



Rintik, mungkin sebentar lagi hujan akan turun dengan deras. Jalanan sudah sepi, karena waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Siapa yang akan keluar malam-malam begini saat sebentar lagi langit akan memuntahkan isinya? Jikapun ingin keluar tentunya lebih baik mempersiapkan payung atau jas hujan. Tapi tidak dengan gadis yang bahkan tak bisa terkena air hujan sedikitpun itu. Bersama kaki jenjang yang mengantarnya ke suatu tempat, langkahnya mantap tanpa takut hujan akan turun mendadak. Tujuan awalnya sudah bulat, Ia tak mungkin kembali saat sudah mencapai hampir setengah perjalanan. Eunha—gadis itu, berjalan sedikit lebih cepat dari biasanya saat melihat rumah yang menjadi tujuan awalnya sudah didepan mata.

"Kuharap tidak akan mengganggu," gumamnya setelah sampai didepan pintu dan menekan tombol intercom.

"Siapa disana?" suara Yuna terdengar serentak saat Intercom tersambung.

Eunha tersenyum, rasanya sudah lama sekali tidak mendengar suara gadis yang ia klaim sebagai sahabatnya itu. Eunha merindukannya, sangat. "Jangan banyak bertanya. Buka pintu dan biarkan aku masuk eonni."

Eunha menekan kata di akhir kalimatnya. Dia yakin disana Yuna tengah membelalakkan matanya mendengar dirinya mengucapkan kata 'eonni' barusan. Meskipun berbeda dua tahun, Eunha jarang sekali memanggil Yuna dengan sebutan seperti itu apalagi disertai aksen menggemaskan seperti tadi. Jujur dia merasa geli mendengar mulutnya berkata demikian.

Grept!

Tubuhnya tertarik secara tiba-tiba oleh Yuna. Ia segera menarik tangan gadis itu menyadari jika ia tidak sedang berkhayal dan meyakini jika itu benar-benar Eunha. Tatapan bingung milik Yuna malah dibalas cengiran tanpa dosa dari Eunha. Dia tahu Yuna bingung tentang kenapa dia berada dirumahnya sekarang? Atau mungkin bingung mengenai hal lain?

Bunny Couple [Eunkook] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang