22) Fake

3.6K 437 19
                                    

'Just pretend like i don't know?'



Eunha POV



Bertingkah seakan tak mau tahu dan tak peduli dengan semuanya, kupikir itu mudah. Tapi pada kenyataannya tidak sama sekali. Sudah kukatakan dari awal bukan? Jika Jung Eunha akan tetap menjadi si bodoh yang sejatinya akan selalu menutup mata dan telinga akan apa yang terjadi kedepan nanti. Seberapa keras aku mencoba untuk melupakannya tapi percayalah, itu tidak mudah. Meski semua yang ia tinggalkan tidak pernah indah atau bahkan manis, namun kenangan menyakitkan itulah yang ternyata mampu membuatku lupa dengan segalanya.

Lucu, mengingat dia yang awalnya memintaku bertingkah egois, menahannya agar tidak membiarkannya pergi begitu saja. Tapi pada akhirnya dia sendiri yang pergi menjauh tanpa kuminta sekalipun.

Jeon Jungkook.

Entah apa yang ia gunakan hingga namanya sulit sekali memudar dari pikiranku. Kata orang, menyibukkan diri mungkin akan sedikit membantu. Tapi mungkin itu pengecualian untukku, entahlah. Aku yang terlalu mencintai Jungkook, atau Jungkook yang terlalu berpengaruh bagiku? Sudah dikatakan aku ini hanya si bodoh.

"Bagamana kabarmu?"

"Baik, setidaknya seperti yang kau lihat."

Tak ada yang tahu kalau sekarang aku tengah memenuhi permintaan seseorang untuk bertemu. Seorang gadis tepatnya, si pemeran utama dalam mimpi maupun kehidupan nyata. Siapa lagi kalau bukan Im Nayeon. Dia memintaku untuk menemuinya disini, alasannya karena ingin membicarakan sesuatu. Bertingkah polos seakan tak tahu kemana arah pembicaraannya, kupikir bukan hal yang buruk.

"Mau pesan sesuatu? Atau mau kupesankan?"

"Tak perlu, kurasa kita hanya bicara sebentar."

Sedikit merasa bersalah saat menjawab pertanyaannya dengan nada dingin. Ayolah, semua orang akan bertingkah sama sepertiku bukan? Berhadapan dengan orang yang Jungkook anggap begitu berarti berhasil membuatku merasa kecil. Visual gadis bernama Im Nayeon ini memang tidak main-main, semuanya sempurna. Dari ujung kepala sampai ujung kaki tidak ada yang cacat sedikitpun, berbanding terbalik dengan penampilanku. Wajar jika Jungkook begitu mencintai gadis ini. Mungkin dengan berat hati aku akan menyetujuinya.

"Jungkook sudah menceritakan semua tentangmu padaku."

"Kalian pasti sangat dekat."

"Setidaknya itu dulu."

"Dulu atau sekarang, bagiku itu sama saja. Kau dan Jungkook akhirnya bisa bersatu."

Dari yang kulihat, Nayeon nampak sedikit tersenyum kecut. Kenapa? Jungkook menyakitinya? Kurasa itu hal biasa, lelaki itu melakukan hal yang sama pada setiap gadis kurasa. Setidaknya mereka masih bisa bersama pada akhirnya, berbeda denganku. Keadaan begitu canggung, sebelumnya Nayeon tidak bilang ingin membahas masalah ini, awalnya kupikir semua akan berjalan singkat dan cepat tapi nyatanya semuanya berjalan begitu lambat.

"Kau mengajakku kesini ingin membicarakan tentang apa? Maaf, tapi waktuku sedikit untuk hari ini, dan untuk besok atau hari selanjutnya jadwalku padat."

Usianya setara dengan Yuna, akan lebih sopan jika aku memanggilnya dengan sebutan eonni. Tapi siapa yang peduli tentang itu sekarang? Bisakah aku cepat pergi dari tempat ini? Perlahan aku mulai gerah.

"Tentang Jungkook, aku ingin me—"

"Aku tahu. Selamat, kuharap hubungan kalian berjalan lancar."

"Tapi Eunha, ini—"

"Maaf, aku harus pergi. Mingyu sudah membuat janji denganku."

Jujur dadaku mulai sesak, mendenga Nayeon mengumbar semua kemesraannya bersama Jungkook adalah pilihan terburuk. Untuk sekarang, menghindar mungkin yang terbaik. Semuanya sudah jelas, tak perlu dijelaskan lebih rinci lagi. Aku cukup mengerti. Namun ada satu pertanyaan yang melintas secara mendadak.

Ku batalkan langkahku saat akan melangkah lebih jauh kemudian kembali menatap wajah cantik milik Nayeon. "Sebelumnya, aku hanya ingin memastikan." berhenti sejenak, tak peduli nantinya perasaan apa lagi yang akan hinggap di tempat yang sebut hati itu. Apakah lega atau perih? Entahlah. "Apakah Jungkook menerimaku hanya sebagai pelampiasan? Saat itu kau pergi meninggalkannya, apa itu benar?"

Kumohon.

Nayeon terlihat begitu terkejut, kepalanya menggeleng pelan sebelum akhirnya menjawab, "aku tidak tahu."

Baiklah.

Anehnya, tak ada perasaan sedih atau lega yang datang. Perasaan itu lebih ke arah kosong. Jika biasanya aku akan menangis dengan mudah. Kali ini tidak lagi, mungkin air mataku sudah kering. Atau mataku yang sudah terlalu lelah.

"Aku permisi. Ah, kalau nanti kalian menikah tidak perlu repot-repot mengundangku ke pernikahan kalian."







'Karena aku tidak akan sanggup melihat kalian berdampingan nanti.'











See you next chapter✌✌✌

P.s-> Nothing Eunkook moment again *scream😲* !
Please, visit my new project 'Just Once'

Bunny Couple [Eunkook] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang