Aku terbangun dengan kondisi mengenaskan, menatap pantulan diriku didepan cermin yang terpasang tepat diseberang ranjang, hampir meloncat turun melihat penampilanku yang sangat berantakan. Rambut coklat sepunggungku acak-acakan, menutupi sebagian wajahku, kedua mataku yang masih sulit dibuka sepenuhnya terlihat sedikit mengerikan dengan lingkaran hitam. Ketika aku mendekat ke arah cermin, aku mendapati ada beberapa bekas air liur yang sudah mengering.
Oh! Bagus sekali. Ini sangat tidak mencerminkan seorang putri.
Sungguh mengerikan!
Aku beranjak dari depan cermin saat kesadaranku perlahan utuh, menyeret kakiku menuju kamar mandi yang jaraknya cukup jauh disudut lain untuk bergegas membersihkan diri. Melakukan ritual bangun tidur yang sedikit membosankan.
"Anda sudah bangun, My Lady."
Aku berpaling sekilas pada pelayan yang sudah berdiri diambang pintu seraya membawa pakaian yang ia siapkan untukku.
"Lord Carlos dan Lady Clareeta sudah menunggu di meja makan, My Lady."
Aku mengangguk sekilas menanggapi ucapannya. Melalui isyarat tangan, aku memintanya pergi dari kamarku dan meletakkan gaun tersebut di atas ranjang. Tanpa diingatkan pun, aku akan segera turun ke lantai bawah untuk sarapan atau lebih tepatnya makan siang. Matahari sudah bersinar terik di atas sana, tak pantas jika masih disebut pagi. Karena aku memang tidak suka bangun pagi. Aku benci bangun pagi.
Seusai membersihkan diri dan mengenakan gaun selutut biru pastel yang sudah disiapkan pelayan. Aku segera menuruni anak tangga dan berjalan menuju ruang makan. Disana sudah ada Lady Clareeta dan Lord Carlos yang sedang menyantap makanan mereka dengan tenang.
Perutku segera bereaksi melihat berbagai macam hidangan yang tersaji dimeja. Hampir saja air liurku menetes jika saja teguran Lady Clareeta tidak menyadarkanku.
"Tidak bisakah sesekali kau bangun pagi, My Lady? Kau seorang putri, perbaiki sikapmu itu."
Aku menanggapinya dengan senyum lebar. Lagi-lagi menyangkut gelarku sebagai seorang putri.
Mengabaikan omelannya yang sudah akrab di telingaku, aku segera duduk dan menghabiskan sarapan sekaligus makan siangku dengan sedikit tergesa. Ibu kembali menegurku karena aku tetap harus menjaga tata krama sebagai seorang putri saat di meja makan. Bahkan jika aku sedang kelaparan sekalipun, aku harus tetap tenang dan bersikap sopan.
Menyebalkan!
Aku tidak peduli dengan aturan-aturan yang terlalu mengikat dan mengekang. Aku sungguh tidak menyukai hal itu. Terkadang aku selalu berpikir untuk kabur dari tempat ini dan melepaskan gelar sebagai seorang putri bangsawan.
Beruntung ayahku, Lord Carlos tidak begitu memperdulikan apa yang aku lakukan. Ia selalu memberikan apa yang aku inginkan. Semuanya. Karena hal itu membuatku semakin muak dengan kehidupan seorang putri. Meski terkadang ia juga menegur dan sekalinya ia berbicara benar-benar membuatku mati kutu.
"Kau itu seorang putri. Bersikaplah seperti seorang putri. Beruntung wajah cantikmu menyamarkan tingkah ceroboh dan serampanganmu," katanya beberapa hari yang lalu saat memergokiku berusaha memanjat pagar pembatas untuk meraih setangkai mawar putih yang tumbuh di luar pagar.
Lalu jangan lupakan ketika aku terjatuh dari ranjang beberapa hari yang lalu dengan posisi yang sungguh memalukan karena tersandung gaun tidurku sendiri. Sialnya ibu memergoki saat aku terjerembab dengan hidung mencium lantai marmer. Tanpa membantuku yang meringis dan berusaha bangun dengan susah payah, ia justru menggeleng di ambang pintu lengkap dengan omelan panjangnya yang sungguh membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLERYA : Legend of Fairies
FantasyAilyra Nixy Cansaster, seorang gadis bangsawan yang sangat ceroboh dan menginginkan kebebasan. Suatu hari, tanpa sengaja ia membuka portal dalam buku kuno yang menghubungkannya ke dimensi lain. Membawanya ke sebuah negeri bernama Fallerya. Ia tertah...