Dalam ketidaksadaran yang mengusaiku. Aku bermimpi. Mimpi mengerikan yang terasa nyata dalam kegelapan, ketika kakiku membawa langkahku menyusuri hutan yang gelap penuh kabut tebal. Kemudian keadaan berganti, aku melihat semua orang tergeletak bersimbah darah. Raja Artinus, Ratu Vallery, Winny ,dan Pangeran Lean. Dalam hitungan detik semuanya pun kembali berubah, kali ini aku melihat Fallerya dipenuhi oleh benih kegelapan. Semua tumbuhan mati, tak ada tanda-tanda kehidupan sejauh mata memandang.
Kemudian sebuah suara menggema disekitarku.
"Lyra, jangan biarkan benih kejahatan Arora berkuasa. Selamatkan rakyatmu, selamatkan Fallerya."
Aku terbangun dengan satu tarikan napas panjang, menyentuh wajahku yang basah oleh airmata. Bahkan saat sadar pun, aku masih bisa merasakan kepedihan akibat mimpi buruk itu.
Aku segera turun dari ranjang dengan napas dan debaran jantung yang tak beraturan, melangkah ke arah jendela. Memandang hamparan bunga lavender dengan berbagai macam pertanyaan dalam benakku.
Setiap indra yang aku miliki kini berfungsi lebih dari manusia biasa. Apa yang aku lihat, yang aku sentuh, yang aku rasakan, dan apa yang aku dengar. Semua tampak menakjubkan. Aku bisa mencium wangi mawar, tanah basah, rerumputan, dan berbagai macam bunga.
Sesuatu menyadarkanku, membawa langkahku ke depan cermin, terpaku menatap pantulan diriku di depan cermin. Rambut panjangku yang semula berwarna coklat gelap, kini telah berubah warna menjadi pirang keemasan.
"Jangan terkejut, putri."
Aku berpaling, mendapati Ratu Vallery melangkah mendekat.
"Rambutmu berubah karena kau sekarang sudah mendapatkan kekuatanmu. Kau sudah menjadi seorang Fairies."
•••
Hari ini sebelum berlatih dengan pangeran Alfried—yang dikatakan Ratu Vallery adalah kakak Pangeran Lean. Aku akan terlebih dahulu menemui Lean. Brenda mengatakan padaku jika dia sudah sadarkan diri. Jadi, pagi-pagi sekali aku sudah sibuk di dapur dibantu oleh Brenda dan beberapa pelayan lainnya untuk membantuku membuat makanan kesukaan pangeran Lean.
Sesampainya dipintu kamar Lean, aku berhenti sejenak untuk menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu.
Berusaha setenang mungkin, aku masuk ke kamar Lean diikuti Brenda. Aku mendapati Lean yang sudah sadarkan diri dan tengah bersandar dipunggung ranjang. Namun langkahku terhenti saat menyadari ada orang lain yang sedang berbincang akrab bersama Lean. Aku tak bisa melihat wajahnya karena pria itu duduk memunggungiku.
"Pangeran," panggilku pelan untuk mengalihkan perhatiannya. Lean menoleh ke arahku, seperti biasa, ia tersenyum lebar padaku lengkap dengan kerlingan jahilnya. Sesaat membuatku lupa bahwa ia baru saja selamat dari kematian.
"Maaf mengganggu. Aku hanya ingin menjengukmu dan mengantarkan makanan ini."
"Tidak, My Lady. Aku justru sedang menunggumu."
Aku mengangguk, beralih membawa nampan yang sejak tadi dibawa oleh Brenda untuk meletakkannya ke dekat meja di sisi tempat tidur.
Namun baru dua langkah aku berhenti saat pria yang tadi duduk membelakangiku berbalik.
"Perkenalkan My Lady ... dia adalah kakakku, Pangeran Alfried."
Aku membeku di tempatku saat pria yang ia sebut sebagai Pangeran Alfried tersenyum penuh arti padaku.
Tidak! Tidak mungkin!
Dia ... Pangeran Alfried?
Seketika nampan yang ada ditanganku terjatuh dengan suara nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLERYA : Legend of Fairies
FantasíaAilyra Nixy Cansaster, seorang gadis bangsawan yang sangat ceroboh dan menginginkan kebebasan. Suatu hari, tanpa sengaja ia membuka portal dalam buku kuno yang menghubungkannya ke dimensi lain. Membawanya ke sebuah negeri bernama Fallerya. Ia tertah...