Chapter 4

268 24 0
                                    

                    Justin pov .

"Selena.. Wake up, ini sudah siang, waktunya untuk bangun".Aku mencoba membangunkannya.
Dia hanya menggeliat dan setelah itu dia sama sekali tak  membuka  satu matapun . Aku rasa aku harus pakai cara yang ampuh, ucapku dalam hati. 

" Jika kau tak bangun, aku akan memaksamu bangun"!. 

Aku menggendongnya dan membawanya ke bak mandi yang berisi air hangat.
"Jusss..... justinnn"!!?!?!?!
Dia terkejut, ketika aku sudah membawanya ke bak .
Aku hanya tertawa melihatnya seperti  anak kecil, yang susah sekali di atur.
"Aku terpaksa, habisnya kau tak mau bangun.. kau tau berapa lama aku membangunkanmu hah"!? . ucapku
Selena hanya memonyongkan mulutnya, dan memasang wajah yang cemberut. Membuatku gemas ingin menyubit pipinya itu.
" Sudahlah, kau mandi, sesudah itu temui aku di belakang". Ucapku meninggalkannya.
" Aku tak mau mandi justin"!.tolaknya.
aku hanya keheranan mendengarnya.
" hmmmm.. apa perlu ku mandikan, agar kau mau mandi"?ucapku merayunya.
"Ngggg....sudahlah justin, aku geli mendengarnya "!. Rengeknya.
" Hmmm?? jadi kau mau mandi atau tidak"?tanyaku sekali lagi.
" Ya.. baiklah baiklah.. aku mengalah, sudahlah.. lebih baik kau pergi".ucapnya, sambil memberikan senyum padaku.
Aku hanya mengangguk, dan menutup pintu kamar mandinya.
Saat kuturuni tangga, menuju halaman belakang, handphone ku berdering, dan langsung ku angkat.
     
                     Selena Pov

.
.
.
Sekitar lima belas menit, aku mandi, dan bersiap siap aku langsung keluar kamar, dan menemui justin di halaman belakang rumah.
Saat kuturuni tangga, justin sedang berbicara dengan seseorang di telfonnya.
Justin melihatku yang sedang memperhatikannya, dan memberikan kode agar aku menunggunya di kursi taman belakang rumahnya.Aku hanya mengangguk dan menuju ke taman belakang. 

Kulihat tamannya luas, di hiasi banyak bunga yang berwarna warni, rumput yang halus, sangat nyaman saat telapak kakiku memijaknya.
Kulihat ada kursi yang bertengger di luasnya hamparan taman, dan aku langsung duduk dan menunggu justin.
Hanya lima menit, aku menunggu, dan justin datang menghampiriku dengan sebuah nampan di tangannya. 

" Selamat pagi nona gomez.. lihat apa yang kubawakan ,? Aku ingin kau sarapan, dan habiskan ini".Ucap justin dengan senyum hangatnya. 

Aku hanya tersenyum keheranan, kenapa dia bersikap seperti bahwa aku adalah orang yang spesial baginya? .
Justin duduk di sampingku, dan memberiku sepiring roti panggang, dengan susu coklat.
Senyumnya belum hilang dari wajahnya, dan aku menyukai itu.
" Justin, kau tahu? ya terimakasih". ucapku. Tak tahu apa yang harus kukatakan lagi, tapi dia begitu baik padaku . Tuhan , aku harus membalasnya dengan apa?
"Kau tak harus seperti itu, lagipula kau berhak mendapatkan semua itu ".
Ucapannya membuatku tak mengerti apa yang ia maksud.
Selalu saja berupa teka teki, yang harus ku pecahkan sendiri.

Tanpa memikirkannya, aku langsung memakan roti buatannya.
"Bagaimana? apa kau mau lagi?aku akan membuatkannya lagi untukmu nona".tanya justin dengan lembut.
" Hmmm.. tak perlu justin, ini sudah cukup dan aku sudah kenyang".tolakku
"Ohh baiklah kalau begitu, ".ucapnya singkat.

Kuteguk susu coklat terakhir,.dan aku beranjak pergi menuju dapur untuk membereskannya.

" Heeeii.. kau mau kemana"?
" Aku akan ke dapur untuk membereskan nya".Ucapku
" Tak perlu, kau duduk saja disini, biar aku saja yang membereskannya sendirian". tolak justin
" Justin... aku sudah banyak merepotkanmu, lagipula ini rumahmu .. bagaimana mungkin aku bersikap seenaknya layaknya putri tanpa melakukan apapun"?. Tolakku.
Justin hanya tersenyum dengan senyum miringnya dan menatapku dekat.
,"Kau memang seorang putri nona".Ucap justin dengam senyum genitnya.
Aku melongo mendengar ucapannya seperti ini, dan justin membawa nampannya dari tanganku, dan pergi meninggalkanku sendirian di taman ini.
Ucapannya,sikapnya, dan apapun yang dia lakukan padaku, tak bisa kumengerti sama sekali. Justin sangat berbeda kali ini. Ya sejak denganku dia bersikap seperti ini, malah aneh jika ku perhatikan.

.
.
.
Sudah lima belas menit justin tak kembali, dan aku sudah lama menunggunya.
Tanpa berfikir panjang, aku masuk ke rumahnya dan memastikan dia sedang apa sekarang.
Saat mengelilingi ruangan untuk mencarinya  dan kudapatkan dia sedang berbaring di sofa yang lebar .

Aku hanya menggelengkan kepalaku, dan mengehela nafas saat kulihat dia dari jarak dekat dia tertidur dengan bertelanjang dada.
Ku fikir mungkin dia kekurangan tidur saat malam tadi, jadi sampai saat ini kantuknya belum hilang.
Aku menghampirinya lebih dekat dan duduk di depannya. Aku memperhatikan setiap lekuk tubuhnya, kulihat ada beberapa tato di tubuhnya, terutama di bagian dada, ada tato yang berbentuk salib. Dan aku menyukainya.   
Aku sangat suka jika dia tertidur seperti ini, begitu pulas, dan ada rasa khawatir padanya.. entah itu apa, aku ingin menjadi seseorang yang  bisa menghapus segala bebannya, dan masalahnya.
Aku pun berdiri dan menuju kamar untuk mengambil selimut, memang tak baik jika tidur dengan keadaan seperti itu, justin bisa masuk angin dan sakit.

Setelah kubawa, aku langsung menyelimutinya dengan selimut yang kubawa tadi.
Dia sedikit terganggu saat aku menyelimutinya, dan dia mengerang .
Tapi dia melanjutkan tidurnya kembali.
Aku hanya tersenyum melihatnya manja seperti ini, lucu memang.
Dan aku kembali memperhatikannya dengan posisi duduk di tepi sofa menghadap dengan wajah justin.
Wajahnya yang pulas, rambut yang berwarna keemasan, membuatku ingin sekali berlama lama seperti ini.

Tak tahu kenapa, tapi aku juga merasakan kantuk yang berat .
Aku pun memejamkan mataku dan tertidur dengan posisi masih berada di tepi sofa menghadap justin.

.
.
.
.
                   Justin Pov ..

Ku buka mataku, dan sudah berapa lama aku tidur?
Lalu selena pasti menungguku lama di taman!.
Bodohnya kau justin, kau malah tertidur pulas dan membiarkannya sendirian.
Tap... tapi tunggu, selena tertidur pulas dengan posisi menghadap wajahku,.dan selimut ini? Dia yang membawakanku selimut ini?
Aku membelai pelan puncak kepalanya, dan tak ada respon darinya. Mungkin dia sedang sangat pulas.
Kulihat wajahnya saat tertidur sangat cantik, dia lebih cantik jika tanpa hiasan kacamata.
Memang saat kami selalu bertemu di sekolah, dia tak lepas dari kacamatanya.
Akhir akhir ini hidupku berbeda dan menjadi lebih baik saat selena hadir . Aku tak tahu mengapa, tapi aku bersyukur ada seseorang yang dengan tulus melakukan sesuatu yang baik untukku. Aku akan membalas nya selena, kau tenang saja. Ucapku dalam hati .
Aku kasihan jika dia tertidur lama dalam keadaan yang seperti ini, aku harus memindahkannya ke kamar.

Dengan hati hati, aku menopangnya dan berusaha agar dia tak terbangun.
Aku membawanya kekamarku dan menidurinya , ku selimuti tubuhnya dan aku tidur di sampingnya, dengan menghadap wajahnya.
Aku mengelus pipinya lembut, sangat halus, dan putih.
Apa aku menyukainya?
Mungkin tidak sekarang, ..
Aku tersenyum memperhatikan wajahnya yang pulas di saat tertidur .
Rasa kantukku menyerang kembali, dan aku tertidur dengan tanganku yang masih berada di pipinya .
Aku menyayangimu selena, ucapku dalam hati.

Just Want You.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang