Dua Sisi

229 44 5
                                    

    Taehyung masih memeluk Hana sambil sesekali mengusap pucuk kepalanya. Ia senang bukan main. Rasanya seperti berada di langit ketujuh. Bertemu para bidadari cantik di kayangan. Lalu,kembali lagi ke bumi dan dilimpahi harta yang tak terhitung jumlahnya.

    Ini mungkin berlebihan. Tapi,nyatanya kamu sudah membaca paragraf ini sampai habis.ㅡ Oke,abaikan. Kita kembali lagi ke cerita.

    Seperti itulah deskripsi perasaan Taehyung sekarang. Walaupun ia juga merasa sedikit gugup,tapi ia bisa menutupinya dengan baik. Ia ingin menjaga image di depan Hana.

    Lain Taehyung,lain lagi Hana.  Syaraf otaknya menyuruh jantung untuk berhenti berdetak cepat. Tapi,sayangnya organ dengan empat ruang itu tak bisa diajak kerja sama.

    Bel masuk menghentikan aktivitas mereka. Dengan tenaganya,Hana nekat mendorong dada bidang sang pemuda. Yang didorong merasa tak terima. Tapi,ia tak bisa melakukan apapun selain menuruti kemauan si gadis. Dilihatnya wajah Hana yang memerah dan terus melihat sepatu kecilnya. Taehyung gemas. Pipi Hana tak ubahnya seperti tomat yang sering ibunya beli di pasar. Ingin rasanya ia menggigit pipi perempuan ini.

    "S-sunbae,aku ke kelas duluan ya." Dengan satu kalimat yang penuh kegugupan itu,sang gadis langsung mengambil langkah seribu menjauhi Taehyung. Ia tak ingin lama-lama lagi disini. Sudah cukup pelukan tadi saja yang membuatnya hampir tak bernapas normal.

    Taehyung tersenyum senang. Ia masih bisa mencium aroma strawberry_____bekas rambut Hana tadi. Taehyung lalu kembali ke kelasnya.

    Ingar-bingar teman-teman sekelas langsung menyapa saat Hana menginjakkan kaki di kelasnya. Kelasnya memang terkenal memiliki murid-murid yang aktif. Cakap dalam bidang akademik. Begitu aktif sampai tak bisa mengontrol suara mereka sendiri. Tapi,itulah yang Hana suka dari kelasnya ini. Tak ada image yang harus dijaga. Semuanya jujur pada kepribadian masing-masing. Tak ada yang harus ditutupi.

     Di kursinya,Hana mendapati Jungkook yang tampak marah. Tapi,kenapa? Apa Hana membuat kesalahan?

"Jungkook,kau kena-

"Tak usah urusi aku!" Satu kalimat. Tapi,sudah cukup membuat Hana terenyak. Suara Jungkook begitu menusuk hatinya. Dalam sekejap,pelukan hangat Taehyung tak terasa lagi. Baru kali ini Jungkook kasar padanya. Biasanya,ia selalu mengatakan hal-hal manis yang bisa membuat Hana tersipu.

  Ia berasumsi mungkin Jungkook ada masalah dengan pacar kesayangannya itu. Jadi,ia memutuskan untuk membiarkan Jungkook tenang dan duduk di kursinya.

   Pelajaran dimulai saat Miss Alea memukul penggaris kayu ke meja guru. Ia mulai menerangkan materi energi. Katanya,energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Hana jadi teringat sesuatu. Dulu,ia selalu berusaha membuat Jungkook peduli padanya. Memberikan kode-kode agar Jungkook peka. Tapi,Jungkook masih tidak mengerti perasaan Hana. Ia hanya menganggap Hana sahabat. Kemampuan Hana untuk mendapat cinta Jungkook pupus setelah adanya Krystal. Perempuan bertubuh bak model itu mendekati Jungkook dan menyakiti Hana. Ia sering mengunci Hana di kamar mandi sekolah atau menjambaki rambut Hana sampai rontok beberapa helai. Hana waktu itu yakin Jungkook tidak akan jatuh cinta pada jalang seperti Krystal. Jungkook sudah berjanji tidak akan berpacaran dengan Kylie Jenner kelas bawah seperti Krystal. Tapi,Jungkook mengingkari janji mereka.

   Sehari setelah menyatakan janjinya itu pada Hana,ia justru melihat Jungkook dan Krystal berpelukan mesra. Hati Hana mencelos. Beginilah risiko punya sahabat yang tampannya sebelas duabelas dengan Cameron Dallas. Harus bersaing demi mendapatkan hatinya. Dari Jungkook,Hana belajar satu hal. Di zaman sekarang,jangan mudah percaya pada janji orang lain. Sekalipun itu adalah orang yang sangat dekat dengan kita.


       Waktu berlalu. Sekarang saatnya pulang sekolah. Jungkook masih mendiamkannya. Hana menghela napas. Ia pikir,jungkook butuh waktu untuk tenang. Jadi,Hana berlalu keluar dari kelasnya.

    Di parkiran,ia bertemu Taehyung dengan ducatinya. Ia sangat tampan. Dengan rambut coklat yang tertiup angin dan almamater yang terbuka kancingnya.

   Tiba-tiba, manik kelam Taehyung menyapa netranya. Hana langsung gugup. Ia ketahuan memandangi seniornya ini.

"Hana,sini!" Taehyung menyeru sambil melambaikan sebelah tangannya.
Hana ingin lari,tapi otaknya menyuruh untuk mendekat pada Taehyung.

Dengan langkah berat,Hana berjalan ke arah Taehyung dan motor besar merah menyalanya. Ia gugup. Saat istirahat tadi sudah merasa seperti ingin mati,sekarang apa lagi?

"Ayo,Hana. Kuantar pulang." Kata si senior tampan saat Hana sudah di depannya.

"T-tidak usah s-sunbae. Aku naik bus saja."

"Aku tidak menerima penolakan. Ayo cepat naik!"
Taehyung memerintah sesuka hatinya. Ia memberikan Hana sebuah helm warna biru. Warna kesukaan Hana! Apakah ia sengaja membeli helm ini untuknya?Tsk,jangan terlalu percaya diri Hana. Mungkin ini untuk adiknya. Batin Hana.

Tapi,tunggu dulu! Ia akan naik motor ini? Di belakang punggung Taehyung? Lalu,bagaimana nasib roknya yang mungkin akan berkibar saat terkena angin nanti?

Lamunannya buyar saat Taehyung memanggilnya. Ia naik ke motor Taehyung dengan hati-hati. Tiba-tiba saja Taehyung menjalankan motornya sehingga Hana menubruk pinggang si senior dan refleks memeluk perutnya. Taehyung tersenyum senang di balik kaca helmnya.

   Mereka lalu meninggalkan sekolah dengan Hana yang masih deg-degan.

    Di perjalanan,ia melihat Jungkook dan Krystal. Mereka tertawa bahagia. Seperti tak ada masalah. Kenapa Jungkook tadi tak mau melihat kearahnya? Tapi sekarang malah bersenang - senang dengan perempuan itu?

   Dada Hana kembali sakit. Air matanya sudah jatuh. Mengabaikan kecepatan motor Taehyung yang semakin bertambah.

Somebody To You /j.j.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang