Tanpa sadar,pelukan Hana di perut Taehyung mengerat seiring air matanya yang telanjur jatuh. Hampir saja ia meloloskan isakannya sebelum motor besar Taehyung berhenti di depan lampu merah. Ia cepat-cepat menghapus air matanya dengan sebelah tangan.
Beberapa menit kemudian,mereka sampai di rumah Hana. Taehyung bilang ia ada urusan di rumah,jadi ia minta izin untuk pulang.
Hana masuk ke rumahnya dan menemukan sepasang wedges merah. Milik siapa ini? Pikirnya. Pikirannya terhenti saat melihat ibunya sedang menampar Nara ㅡkakaknya. Tidak sampai disitu,ibunya bahkan mengeluarkan umpatan-umpatan yang biasanya ditujukan pada Hana.
Hana tergugu. Otaknya memproses gerak motorik apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Apakah hanya diam disini dan menonton pertunjukan di depannya itu? Atau berlari ke sana dan menolong kakaknya yang sudah lemas?
Ia hampir melakukan opsi kedua sebelum otaknya kembali berkuasa. Tebersit di ingatannya potongan kelakuan nekat sang kakak. Mulai dari memukulnya sampai melakukan hal bejat dengan lelaki entah dari mana asalnya. Ia mengingat detail semua kejadian itu.
Hana ingin menyaksikan kakaknya itu menderita walau ia tak tahu kenapa ibu mereka melakukan hal itu pada anak kebanggannya. Tapi,ia juga khawatir pada Nara. Bagaimanapun juga,orang yang sedang menangis kencang di seberangnya itu adalah kakaknya. Mereka lahir di rahim yang sama. Bermain bersama sejak kecil.
Hana melawan egonya dan berlari ke sana. Menahan tangan sang ibu yang akan mendarat (lagi) di pipi kakaknya.
"Ibu! Kenapa ibu memukul kakak?"
Hana melihat kilat kemarahan di mata sang ibu. Ia jadi takut."Minggir kau! Jangan halangi aku memukul anak kurang ajar ini! Berani-beraninya dia mempermalukan kita di depan seluruh keluarga! Ia bersetubuh dengan saudara-saudara kita! Lihatlah sekarang! Mereka mencaciku! Mereka bilang aku tidak bisa mendidik anak! Mati saja kau jalang!"
Hana terenyak mendengar penuturan sang ibu . Rahasia terbesar kakaknya selama ini terbongkar.
Ia melihat kakaknya yang menangis semakin kencang. Ia kasihan pada kakaknya tapi juga tidak tahu harus berbuat apa.
"Ibu,maafkan aku. Aku mohon."
Kakaknya berkata dengan suara pelan. Nyaris tak terdengar.
"Aku tidak akan memaafkanmu!"
Sebuah tamparan hampir melayang sebelum tangan kecil Hana menahan tangan sang ibu.
"Bu,sudahlah. Kakak sudah meminta maaf. Walaupun ibu memukulnya seperti ini tak akan ada yang berubah,Bu. Semuanya sudah terjadi. Biarlah ini menjadi pelajaran untuk kak Nara agar ia bisa merubah dirinya menjadi lebih baik."
Kakaknya terdiam. Begitupun sang ibu. Sejak kapan Hana menjadi bijak seperti ini?
Ibunya meninggalkan merekaㅡ Hana dan Nara disana. Ia langsung masuk kamar dan menangis.
Hana yang melihat kakaknya masih menangis di lantai, bergerak merengkuh sang kakak ke dalam pelukannya. Mengikis jarak di antara mereka.
Entah kemana perginya sakit hati akibat perbuatan Jungkook padanya di sekolah tadi. Melihat kakaknya seperti ini justru membuat Hana lebih sakit lagi.
"Sudah,Kak. Jangan menangis."
Kakaknya tak bisa berkata apapun selain menarik pinggang sang adik agar lebih dalam memeluknya. Kapan mereka terakhir kali berpelukan seperti ini? Nara juga lupa. Ia mengeluarkan semua air matanya di atas baju sang adik. Hana tak peduli. Biarlah bajunya basah. Yang penting kakaknya ini tenang. Dulu saat ia menangis kakaknya juga sering meminjamkan bahunya pada Hana. Mengelus kepala sang adik dengan sayang sambil mengucapkan kata 'aku disini. Aku menyayangimu' berulang kali untuk menenangkan sang adik.
Tangan Hana tiba-tiba saja sudah bergerak mengelus surai kakaknya. Hana baru menyadari warna hitam rambut kakaknya ini sudah tidak ada. Digantikan dengan warna merah. Persis seperti rambut perempuan-perempuan genit di sekolahnya. Betapa Hana rindu rambut kakaknya yang dulu. Legam senada dengan irisnya.
"Aku disini, Kak. Aku menyayangimu."
Mendengar suara adiknya yang tulus membuat tangis Nara semakin pecah. Ia merasa seperti orang paling bodoh di dunia. Membenci adiknya yang sangat baik hati ini. Tidak salah dari dulu ibu mereka lebih menyayangi Hana.
Selang beberapa menit,tangis sang kakak berhenti. Nara mencoba menatap Hanaㅡ yang entah kapan sudah bertambah tingginya.
Melihat tatapan sang kakak membuat Hana terkejut dan sakit. Kemana binar mata sang kakak dulu? Binar yang meneduhkan hati Hana saat pertama kali Hana sekolah dan takut masuk ke kelasnya. Binar yang membuat Hana sanggup berlama-lama memandangi kakaknya itu.
Sekarang binar itu telah hilang. Digantikan dengan rasa sakit dan penderitaan. Tak lagi Hana lihat wajah kakaknya yang cerah dan ceria. Hanya keputusasaan yang ada.
"Maafkan aku,Hana-ya. Aku lebih menyayangimu."
Dengan dua kalimat itu,mereka kembali berpelukan. Melepas rindu satu sama lain. Enggan membuat jarak lagi. Mereka ingin kembali seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody To You /j.j.k
Teen FictionPernahkah kalian mengalami friendzone? Sakit,bukan? Ya,hal itu juga dirasakan Hana saat ini. Ia terjebak friedzone dengan Jungkook,sahabatnya sejak mereka masih suka bermain hujan. Sejak perasaan lebih dari sekadar kagum itu muncul pada diri Hana...