Horror

175 24 1
                                    

Air mata Hana ikut menetes saat mengingat kejadian itu. Saat neneknya dikremasi, Hana berdiri di samping Jungkook kecil yang menangis tanpa suara. Hana belum mengerti tentang kematian pada waktu itu. Jadi, ia hanya melayangkan tatapan aneh pada semua orang yang hadir. Ia hampir bertanya pada ibunya sebelum dentuman keras terdengar. Ia menatap horror ke arah suara itu.

Ternyata suara itu dari Jungkook. Lelaki bergigi kelinci itu menjatuhkan tubuhnya, lalu menghujam kepalan tangannya keras-keras ke tanah. Hana dan ibunya terkejut dan menarik Jungkook. Dan hari itu, Jungkook tinggal bersama mereka.

"Hana?"

Sebuah suara familier menghilangkan memori akan awal kedekatan Jungkook dan Hana sewaktu kecil.

"Nggak beli makanan?"

Hana mendongak. Kali ini, jantungnya dipompa lebih cepat lagi. Ia terdiam sesaat sebelum berlari secepatnya ke luar kelas, dengan cairan bening yang sudah menetes di kedua pipinya. Menyisakan Jungkook yang menatapnya heran.

Hana tak tahu ke mana harus pergi. Kejadian tadi membuat seluruh tubuhnya melemas. Akal sehatnya pun sepertinya sudah tak bekerja normal. Hana memandangi atap sekolah. Begitu tinggi.

Mungkin lebih baik aku ke atas sana dan meloncat, ya? Toh, tidak akan ada yang peduli.


Ia membatin.

Ia pun menaiki tangga dengan sorot mata kosong. Beberapa kali ia bertabrakan dengan murid lain yang datang dari arah sebaliknya.

Ia sampai di atas. Pintu menuju atap terbuka lebar. Padahal, semua murid di sini tahu. Pintu ini belum pernah dibuka sekali pun, karena kabarnya, atap ini angker.

Hana tak takut hantu. Sebentar lagi, ia juga akan jadi hantu. Pintu ini seakan sengaja menyuruhnya cepat meregang nyawa.

Dengan langkah mantap, ia berjalan ke depan. Lalu, duduk di sebuah bangku tua. Di sini, ia menumpahkan seluruh air matanya. Badannya bergetar hebat. Hatinya remuk.

Ini semua gara-gara noda lipstick di bibir Jungkook. Siapa lagi perempuan di sekolah ini yang memakai lipstik tebal-seperti wanita penggoda-selain Krystal? Ia benar-benar tidak bisa menepati janjinya pada diri sendiri bahwa ia akan menjaga Jungkook.

Dengan air mata yang menetes, ia berjalan mantap ke tepi atap. Melihat suasana sekolahya dari atas sini. Sebenarnya, ini pemandangan yang lucu. Semuanya tampak begitu mungil. Ia harus memicingkan matanya demi melihat Seyeon dengan mata bulatnya berlari-lari kecil dan bertanya pada setiap orang. Mungkin, ia bertanya tentang keberadaan Hana. Hana juga bisa melihat Kim Taehyung yang tertawa lepas bersama teman-temannya. Dan Krystal bersama antek-anteknya yang menggoda setiap lelaki yang lewat di depan mereka.

"Bitches!"


Tanpa sadar Hana mengucapkan kalimat itu. Setelah itu, ia merasa tubuhnya diangkat lalu dibuang paksa ke bawah. Mata Hana membesar. Ia tak sempat berpegangan pada apa pun. Semuanya gelap. Hal terakhir yang ia lihat adalah sesosok bayangan hitam menyeringai ke arahnya.


"Bagaimana keadaannya, Rin?" seorang laki-laki dengan headband bertanya cemas. Peluh menuruni pelipisnya.

"Sebuah benturan mengenai tulang keringnya. Tak apa, ia akan sembuh. Tapi, entah kenapa ia tak bisa bernapas normal," ujar Rin heran.

Wajah Taehyung begitu pucat.

"Bagaimana kalau aku bawa dia ke dokter?"

"Hm...boleh juga."

Taehyung mengangkat tubuh Hana dengan cepat. Ia mengacuhkan Jungkook-orang yang menahan tubuh Hana saat hampir menyentuh tanah-yang menatapnya sinis.


"Bulir keringat terus mekuncur dari dahi pasien. Ia berkali-kali mengigau. Berucap 'jangan, jangan'. Apa yang terjadi padanya?" Dokter bertanya dengan dahi mengerut.

"Tadi ia meloncat dari atap sekolah kami, Dokter." wajah Taehyung begitu suram.

"Atap sekolah kalian? Yang terkenal angker itu?" alis dokter terangkat.

Taehyung mengangguk samar.

"Ya ampun!"Dokter berseru. "Bagaimana bisa ia ke atas sana. Penghuni atap pasti tidak senang akan kehadirannya. Lalu, melemparnya ke bawah. Hal ini juga pernah terjadi lima puluh tahun lalu!"

Taehyung mendongak.

"Cerita itu nyata, Dok? Ya ampun, kukira selama ini cuma bualan." wajah Taehyung berubah takut,"Jadi apa yang bisa menyembuhkan Hana, Dokter?"

"Kita harus panggil paranormal,"kata Dokter sambil mengembuskan napas.

Somebody To You /j.j.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang