Belum genap tigapuluh menit dalam kehangatan,ia harus dihadapkan oleh kenyataan pahit. Di dalam sana,ibunya sedang berbicara dengan seorang perempuan yang baru pulang dari pekerjaan nistanya. Binar mata sang ibu saat bertutur dengan perempuan itu sangat berbeda dibandingkan saat berbicara pada Hana. Hana bisa merasakan kehangatan dari tiap kalimat yang diucapkan wanita paruh baya itu. Berbanding terbalik jika sedang berbicara pada Hana. Penuh kebencian seakan Hana adalah kecoa yang harus segera dimusnahkan.
Hana memilih mengabaikan kedua orang yang larut dalam canda tawa itu dan menggerakkan tungkainya menuju kamar. Tapi sebelum tangannya menyentuh gagang pintu berbahan besi itu, ibu memanggilnya.
"Hana!"
Pupus sudah harapannya untuk menenangkan diri di kamar. Ia pun berbalik dan bertemu pandang dengan wanita yang sudah berumur setengah abad itu.
"Buatkan minum untuk kakakmu ya. Kasihan dia capek setelah pulang kerja."
Mata Hana kembali memanas. Tidak tahukah ibunya bahwa ia juga capek setelah pulang sekolah? Ditambah baju yang basah membuat udara dingin menusuk kulitnya. Di sebelah sang ibu,kakaknya sedang tersenyum mengejek ke arahnya.
Hana mengalah dan berjalan ke dapur untuk membuatkan minuman. Ingin rasanya ia mencampurkan sianida atau amoniak pekat agar kakaknya itu cepat meregang nyawa. Hana bahkan tidak sudi memanggilnya kakak lagi. Kakaknya yang ia kenal sangat menyayanginya. Mengajaknya bermain barbie atau membelikannya permen kapas saat mereka kecil. Melindunginya dari laki-laki jahat yang sering mengganggunya di persimpangan jalan.
Kakaknya berubah saat mereka beranjak dewasa. Mungkin karena ibu yang sangat menyayangi Hana membuat Nara--kakak Hana iri . Nara jadi sering memukuli Hana saat ibu mereka tidak ada di rumah.
Saat tahun pelajaran baru dimulai,kakaknya mulai jarang pulang ke rumah. Hana merindukan kakaknya. Ia ingin kakaknya pulang dan menyanyikan lullaby sebelum Hana tidur. Seperti yang sering dilakukannya saat Hana masih kecil.
Ketika Hana bertanya pada ibu kemana perginya sang kakak, ibu akan menjawab "kakakmu sedang bekerja. Ia mencari uang untuk biaya sekolahmu dan keperluan kita. Lihatlah,dia masih SMA tapi sudah bisa menghasilkan uang. Tidak sepertimu yang hanya meminta saja. Aku menyesal sudah memanjakanmu dulu."
Ibunya sudah dibutakan dengan uang. Tanpa tahu pekerjaan apa yang ditekuni perempuan yang umurnya terpaut 3 tahun dari Hana itu.
Ketika pengumuman kelulusan,kakaknya pulang ke rumah. Hana senang. Ia pikir kakaknya akan membawakan sesuatu atau sekadar memeluk Hana dan bilang bahwa ia merindukan adik kecilnya itu.
Hana salah. Kakaknya bukan lagi perempuan baik-baik yang ia kenal. Bukan lagi perempuan pemberani yang selalu menjaga Hana. Disana,diatas sofa merah maroon ibu,kakaknya sedang melakukan hal bejat dengan seorang laki-laki yang tidak Hana kenali. Bau alkohol menguar dari tubuh mereka berdua. Hana ingin menangis. Dimana kakaknya yang dulu? Yang katanya tidak akan membiarkan dirinya dan Hana disentuh lelaki manapun? Atensi Hana justru menangkap sang kakak yang sangat menikmati permainan laki-laki kurang ajar itu. Atau mungkin kakaknya yang kurang ajar?
Hana bergerak mendekati kedua pasangan yang tetap pada posisinya.
"KAKAK!" sentak Hana. Kedua orang itu menghentikan aksinya dan menatap Hana malas.
"Sayang,aku rasa cukup sampai disini. Besok kita lanjutkan lagi."bisik Nara sensual pada lelaki itu. Ia mengangguk dan memakai pakaiannya sebelum pergi.
"Hei bocah tengik! Kau sudah membuatku kehilangan uang!" Suara kakaknya memenuhi ruangan kecil itu.
"Uang? Jadi inikah pekerjaan kakak? Kakak tidak tau bahwa itu pekerjaan ini kotor? Ibu pasti sedih jika tahu anaknya begini. Sadarlah kak!" Hana mengguncang badan kakaknya sambil menangis.
PLAK!
Bukannya sadar. Nara justru menampar pipi mulus Hana. Menciptakan bekas merah yang menyakitkan.
"Kau jangan sok menceramahiku! Ini hidupku! Kau tidak berhak mengaturnya! Dan jangan pernah bilang pada ibu! Kau dengar?"
Hana tertegun. Baru kali ini ia mendengar kakak yang ia sayangi membentaknya. Padahal dulu kakaknya selalu berbicara dengan suara yang lembut bagaikan gumpalan cotton candy .
"Ya,kak." Hana menjawab. Terdengar pilu dan menyakitkan. Ia takut jika melawan,kakaknya akan melakukan hal yang lebih dari ini.
Sejak saat itu Hana membenci kakaknya.
Ia kembali pada fokusnya membuat coklat hangat. Ia ingin cepat ke kamar dan mengganti bajunya yang lembap. Ia menggigil. Mendadak ia rindu pelukan hangat seorang Kim Taehyung.
Ia menggeleng dan mengantar coklat itu ke ruang depan. Segera berlalu ke kamar. Ia tidak ingin bertemu kakaknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody To You /j.j.k
Fiksi RemajaPernahkah kalian mengalami friendzone? Sakit,bukan? Ya,hal itu juga dirasakan Hana saat ini. Ia terjebak friedzone dengan Jungkook,sahabatnya sejak mereka masih suka bermain hujan. Sejak perasaan lebih dari sekadar kagum itu muncul pada diri Hana...