PART 8
Musim semi 2016
SinB POV
Pagi –pagi sekali aku bangun, aku sudah terbiasa bangun pada jam seperti ini. Aku bergegas gosok gigi dan memakai jaket serta celana training. Kemudian keluar dari rumah dan mengeluarkan sepeda tua milik ahjumma.mengayuhnya dengan semangat. Aku harus pergi mengantar Koran dan susu. Kukira uang itu pasti cukup untuk membeli beberapa peralatan sekolah. Selagi ahjumma tidak ada, aku bisa bebas mencari uang. Aku bahkan berniat untuk bekerja di supermarket dekat rumah, gajinya benar-benar menjanjikan untuk kutabung dan biaya kuliah nanti. Karena bagaimanapun juga aku tak harus bergantung pada ahjumma, hidup ahjumma sudah sulit, aku tidak mau menambah beban untuknya.
Mungkin usai liburan, aku harus membicarakan hal ini pada ahjumma, aku harus mencari uang untuk melanjutkan pendidikan, aku akan bekerja setelahnya dengan layak, aku harus mengubah hidupku yang menyedihkan ini.
Aku berhenti di depan kios, turun dari sepeda dan masuk kedalmnya. Seorang ahjussi pemilik kios memeberikanku setumpuk Koran dan satu kardus susu. Aku dengan sigap mengambilnya dan kemudian membawanya ke sepeda. Bersiap menghantarkan keduanya ke tempat tujuannya.
Aku mengayuh sepeda berkeliling. Menaruh Koran dan susu dia tiap-tiap rumah sesuai pesanan. Aku menyusuri kompleks dan gang-gang sempit. Lumayan agak jauh juga. Hitung-hitung olahraga juga taka pa. sampai pada akhirnya Koran terakhir, sudah tergeletak di depan teras rumah. Aku lega, pekerjaan pagiku ini selesai. Aku pulang dan mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga.
Untuk memepersingkat waktu, aku mencari jalan pintas menuju rumah. Jalan yang basa aku lewati sepulang sekolah agar cepat sampai rumah, guna mengantisipasi agar ahjumma tidak ngomel kalau aku pulang terlambat.
Ketika aku melewati sebuah jembatan, aku berhenti. Ada seseorang yang kukenal sedang jogging disana. Aku berhenti dan terpaku, diam. Aku gugup karena tak ada yang bisa aku lakukan. Dia mengalihkan pandangan kearahku yang sedang mematung ini. Dia tersenyum dan melambaikan tangan. Aku membuang muka dan memutar balik sepeda. Aku harus pergi dari sana, ya benar.
Oh Tuhan, kenapa dunia ini sempit sekali?
Terdengar langkahnya berlari mendekat, aku semakin kencang mengayuh sepeda berusaha menjauh. Semakin kencang, dan kencang, sampai pada akhirnya, mataku yang kurang awas ini menabrakkan sepeda pada sesuatu. Dan..
Sepedaku terguling. Aku terjatuh.
Musim semi 2004
Author pov
"SinB ya.. kita harus pindah rumah," ujar eomma. Mereka berdua sedang makan siang bersama.
"pindah rumah? Waeyo?" Tanya SinB.
"rumah ini terlalu besar untuk kita berdua, eomma lelah jika harus membersihkan sendirian," jawab eomma.
"aku akan bantu eomma memberishkannya, eomma jangan khawatir."
"baiklah, bantu eomma mengemasi barang di gudang, kita akan pindah besok," jawab eomma santai.
"eomma... " sinB merengek. "eomma bilang, rumah ini besar dan nyaman, dan layak untuk dihuni. Kenapa harus pindah?"
Eomma tersenyum. "kita harus pindah sayang,"
"eodiseo?" Tanya sinB lagi
"kita harus pindah ke rumah ahjumma," jawab eomma.
"shireo! Rumah ahjumma tidak dekat dengan sekolah."
"kau tahu, ahjumma sedang membuka toko ayam, dia baru buka kemarn, kita harus membantunya, bukankah kau suka ayam?" jawab eomma "kau bisa makan ayam sepuasnya disana,"