PART I6
SinB POV
Aku tidak membutuhkan teman yang pergi begitu saja ketika dia tahu aku sedang sengsara. Seenaknya , dia menutup mata dan pura-pura tidak melihat. Bahkan dia pergi untuk waktu yang cukup lama.
Sungguh, aku tidak butuh yang seperti itu. menghilang bagai diterpa angin, manusia egois itu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata. Dan kini dia kembali dengan senyuman manis dan berfikir seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Musim semi yang sangat aku rindukan, mengapa justru menjadi waktu yang sangat hina untuk aku rasakan?
Author POV
PLAK!
Seseorang memukul sinB dengan tangannya. Berharap gadis itu bangun dan sadar dari bius yang ia berikan. Namun usahanya tak membuahkan hasil, sinB hanya jatuh tersungkur tanpa membuka matanya.
Kemudian orang itu kembali melakukan hal yang serupa, kali ini lebih keras, hingga membuat kepala milik sinB itu terantuk begitu keras. Sampai akhirnya dia bangun sambil mengaduh kesakitan.
sinB membuka matanya. Kepalanya sedikit pusing. Pandangannya kabur karena belum sepenuhnya dai sadar. Akan tetapi dalam bayangan matanya yang buram itu, dia dapat melihat seseorang di hadapannya. Seorang wanita muda dengan rambut diikat dan memakai baju serba hitam. Wajah wanita itu ditutupi masker hitam pula sehingga sinB tak bisa mengenalinya.
sinB mengerang lantaran dia mendapati dirinya tengah tersungkur di lantai dengan kaki tangan diikat dan mulut di bekap. Dia melihat sekeliling. Ruangan seperti gudang tua yang pengap. Hanya ada seberkas cahaya dari atap yang berlubang. Debu bertebaran kesana kemari.
"kau sadar juga ternyata? Kukira kau sudah mati?" ucap wanita muda itu.
SinB ingin berteriak tapi dia tak bisa apa-apa selain mengerang dan melototi wanita yang ada dihadapnnya.
"kau masih ingat aku? Kita sudah lama tidak bertemu,ya?"
"kau masih hidup dengan baik sampai saat ini?"
"oh, ya ampun kau masih memakai baju sekolah? Jadi kau masih sekolah?"
"kau bisa lihat aku? Aku bahkan tidak sekolah tapi aku masih hidup dengan baik. Bahkan jauh lebih baik darimu!"
Wanita itu ngoceh sendiri di hadapan sinB yang tengah tak berdaya. Yang sinB lakukan adalah ia hanya bisa berpikir bagaimana caranya di akeluar dari sini. Dan siapa wanita yang mengetahui seluruh kisah tentang hidupnya itu?
"kau sepertinya ingin mengatakan sesuatu?" wanita itu berlutut. Mencoba membantu sinB duduk. Kemudian dia membuka masker yang dari tadi menutup wajahnya.
sinB melotot. Dia melihat wajah wanita itu. dia mengerang ketika tahu siapa wanita itu.
wanita itu kemudian melepas tali yang mengikat kedua kaki dan tangan sinB.
"apa kabar? Sepertinya penglihatanmu masih baik-baik saja. Oh ya ampun, lihat caramu melihatku! Harusnya aku hancurkan kedua matamu itu menjijikan!"
sinB menangis. Dengan sisa kekuatannya dia berdiri menghadap wanita itu. "kenapa kau melakukan ini padaku?" dia terisak. Menghadapi masalah yang tak kunjung usai sepanjang hidupnya.
Wanita itu mundur beberpa langkah sambil merogoh sesuatu dari belakang tubuhnya. "aku tidak mau siapaun itu, membuat ayahku menjadi orang baik. Aku benar-benar membenci fakta jika ayahku orang baik!"
"lalu kenapa harus aku yang disangkutpautkan? Aku tidak meminta ayah untuk menjadi orang baik, aku hanya ingin bertemu dengan dia dan mengatakan aku baik-baik saja tanpa dia. Aku bisa hidup dengan baik tanpa dia."
"PEMBOHONG!"
"aku benar-benar iingin mengatakan itu," ujar sinB yag tak kuasa menahan air matanya.
Wanita itu kemudian meraih sesuatu dari balik punggungnya. Sebuah pistol.
"katakan sesuatu sebelum ajal menjemputmu!" ujar wanita itu sambil mengarahkan pistol ke hadapan sinB.
sinB tak bisa mengatakan apapun selain menangis. Dia berpikir, mungkin ini saatnya dia pergi tanpa harus merasakan hidupnya yang selama ini penuh dengan kesengsaraan.
Wanita itu mulai menarik pelatuk pistol.
"KIM YERI!" teriak sinB.
Dari kejauhan, tampak seorang pemuda berlari mendekati mereka. Pemuda itu lantas mempercepat langkah lantaran dia tahu ada senjata api diantara mereka.
Sampai pada akhirnya jika ia mati karena tembakan yeri. sinB tak akan menyesal. Dia yang memilih hidup ini dan menjalaninya. Apa yang ia lakukan selama hidup adalah sebuah kesalahan. Dalam hati dan pikirannya, dia pantas untuk mati. sinB menutup matanya ketika Yeri mulai melepaskan pelatuk pistolnya.
DOR!
Suara tembakan terdengar. Akan tetapi, sinB tak merasakan sakit apapun. Apakah ....
Chanwoo segera memeluk sinB ketika peluru dalam pistol itu menuju kearahnya. Dia berusaha menghindari peluru itu. namun terlambat, peluru itu sudah bersarang di punggungnya.
sinB membuka mata dan mendapati dirinya baik-baik saja lantaran dirinya dilindungi seseorang. Tapi kemudian dia tahu, orang yang melindunginya ini, tentu saja jauh dari kata baik.
Peluru itu justru mengenai chanwoo yang berusah melindungi sinB. darah dari punggung chanwoo mengalir deras.
DOR!
Tembakan kedua dari yeri yang semakin membrutal.
"ANDWAE!" Teriak sinB sambil terisak.
Dengan sisa kesadarannya. Chanwoo tetap memeluk sinB agar tak terkena tembakan.
DOR!
"TIDAK!! Hentikan! Aku mohon hentikan!!" sinB semakin tidak sanggup melihat chanwoo mengerang kesakitan akibat peluru yang bersarang di kaki kirinya.
Namun bahkan hingga tembakan ketiga sekaligus tembakan terakhir tepat di daerah dada kirinya, Chanwoo masih bertahan untuk tidak tumbang demi bisa melindungi gadis yang dicintainya. Dia memastikan sinB baik-baik saja tanpa terluka satu goresan sedikitpun.
"Chanwoo!!"
Jung Chanwoo nyaris jatuh tersungkur menghantam lantai seandainya pemuda itu tidak tumbang di pelukan sinB. Suasananya menjadi semakin sendu sekarang, lantaran Yeri dibawa polisi dan petugas keamanan. SinB pun melakukan hal yang sama untuk pemuda tersebut, dengan hati-hati menopangkan kepalanya di atas pangkuan.
Chanwoo berusaha bicara meskipun terbatas sesak di antara kedua paru-parunya. "ibu-mu Aku akan menyusulnya untuk—meminta maaf—secara langsung... tapi aku takut—jika dia tidak mau —memaafkanku. Dan... aku minta maaf-karena kesalahanku-membuatmu menderita"
"tolong jangan bicara lagi... kenapa kau melakukan ini kau tidak bersalah.wae?" sinB menangis sejadi-jadinya. Dia tak kuasa menahan air mata yang menggenang dari tadi. Dia terus memeluk chanwoo yang saat ini tengah kehilangan setengah kesadarannya.
Dengan beruarai air mata dan bersimbah darah Chanwoo meraih tangan sinB.
"Jangan menangis—sinB ya. Aku tidak suka—melihatmu—menangis. UHUKK!!"
Batuk dan muntah darah semakin menunjukkan ketidak stabilan kondisi Chanwoo dengan peluru yang bersarang di sekujur tubuhnya. Membuat sinB semakin khawatir dengan kemungkinan terburuk.
To be continue...............
07.54 - 20170330 - Thursday