Tiga Puluh Delapan

4.1K 489 21
                                    









Tiga Puluh Delapan

Setelah hampir seminggu nggak bisa ketemu hanya untuk sekedar, ngobrol sebentar, akhirnya Jimin dan Jungkook bisa melepas rindu di kafetaria kampus mereka.

Tau sendiri gimana kalo uke udah lama nggak ketemu.

Pelukan, cium pipi kanan pipi kiri, duduk deketan, bisik-bisik dan berakhir di ranjang.

Eh, nggak deng.

Ada juga mereka ribut gegara rebutan siapa yang masukin dan siapa yang dimasukin.

Jadi Jimin cerita tentang segala kejadian antara Yoongi sama dirinya sendiri selama dia nggak ketemu sama Jungkook. Semuanya. Tanpa terkecuali. Termasuk ungkapan rasa sayang Yoongi dan kecemburuannya yang berakibat luka fisik di siku Namjoon, sepupunya.

Jungkook nggak kaget. Anak itu justru iri berat sama Jimin yang bisa narik perhatian cowok dingin, sok cool sekaligus ngelunjak kayak Yoongi sampe rela nerjang orang begitu.

Jungkook iri.

Jungkook cemburu.

Kapan Taehyung bisa begitu juga ke dia?

Hah, mimpi macam apa itu. Bahkan ngelirik Jungkook pun Taehyung nggak mau.

Selesai Jimin cerita, kini giliran Jungkook yang cerita. Nggak banyak, sih. Sebagian besar tentang keluhan tentang dosen dan tumpukan tugas menumpuk yang ngikutin di belakangnya. Sisanya tentang Taehyung.

Kim Taehyung, orang yang bikin Jungkook patah hati bahkan sebelum dia maju.

"Udah gua bilang sosor aja," Respon Jimin setelah Jungkook selesai cerita. "Lagian siapa sih gebetan Kak Tae?"

Jungkook menghela nafas pelan sebagai usaha ngontrol emosinya. Tapi dia nggak bisa nahan diri untuk nggak ngumpat di dalem hati. Anju lah.

"Lo kira gua apaan main nyosor gitu? Gini-gini gua masih punya harga diri, Jim." Ujar Jungkook. Kalimatnya emang sinis, tapi nyatanya dia lemes.

Jimin ngangkat bahu, "Gua cuma ngasih saran aja. Kalo nggak mau ya nggak papa."

"Aish, ogeb juga gua. Kenapa gua harus suka sama orang aneh nan belagu kayak Kak Taehyung, sih?"

"Siapa yang lo bilang belagu?"

"Ya Kak Taehyung lah. Siapa lagi?"

"Oh, jadi gua orang aneh nan belagu, ya?"

Jungkook langsung ngangkat kepalanya hanya untuk nemuin Taehyung yang lagi diri tepat di samping kursinya, berdedekap.

Rasanya kata 'mamvush' aja nggak cukup untuk Jungkook sekarang.

"Padahal tadinya gua mau ngajak lo baik-baik, tapi gua berubah pikiran." Tutur Taehyung dingin. "Ikut gua sekarang. Kalo nggak, gua akan ngerobek proposal tugas lo. Yah, itu sih kalo lo nggak lupa bahwa gua ini asisten dosen kesayangan lo."

Jungkook keringet dingin di tempatnya. Sedangkan Jimin mau ngakak tapi kasian.

Jimin makin nggak bisa nahan ketawa waktu Jungkook narik ujung kemejanya di bawah meja, tanda sahabatnya bener-bener takut sekarang.

Lagian salah sendiri kenapa nggak liat situasi dan kondisi dulu.

"Hai, sayang. Ikut gua sebentar, yuk."

Jimin yang tadinya udah mau ngetawain Jungkook beneran malah ikut kicep.

No, no, no. Not now. Please.

"Kalo lo nggak mau, gua bisa nyium lo di sini atau ngurung Namjoon di gudang kecil tanpa makan dan minum. Gimana?"

Dari ancamannya aja, Jimin udah tau siapa itu tanpa harus liat mukanya. Dia jadi ikutan keringet dingin dan megang ujung kemeja Jungkook juga.

Kayak dua anak ayam di dalem kukungan dua serigala.

"Jimin...!"

"Jungkook...!"

Setelah itu, mereka diseret sama predator masing-masing ke arah yang berlawanan.

Do'a-in aja mereka bisa selamet. Paling nggak pas bangun besok pagi bajunya masih lengkap.

Karena bisa jadi mereka tewas di ranjang dua serigala malem ini.



-SsS-








Maaf kemaleman.

Gua capek.

YoonMin Chat and Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang