tiga

7.5K 1K 69
                                    

Suga keluar dari kedai dengan panik saat pria itu menyadari bahwa Yoonji tak berada di depan kedai. Berbagai firasat buruk melintas begitu saja di kepala Suga.

Yoonji diculik, Yoonji di bawa om-om pedofil, Yoonji pergi ke tempat lain dan segala macam.

Namun, kepanikkan dan firasat buruknya hilang seketika ketika ia melihat putrinya itu duduk di bangku seberang jalan bersama seorang wanita yang tidak Suga kenali.

Kaki Suga melangkah mendekati mereka. Pria itu melihat anaknya sedang menunjuk ke arahnya diikuti oleh si wanita yang kemudian berbalik badan ke arahnya.

Langkah Suga tertahan. Senyum tipis yang tadinya mengembang itu perlahan hilang berganti dengan ekspresi terkejut tetapi mencoba untuk tetap terlihat cool.

"Nah, itu ayahku, bibi!" celetuk Yoonji. Ia berlari terpincang-pincang menghampiri Suga lalu memeluknya. "Ayah, bibi itu tadi menabrakku dan dia bilang akan mengobatiku," ujar Yoonji.

Suga masih belum bisa mengalihkan perhatiannya. Matanya masih terpaku pada wanita yang sama syoknya dengan dia. Sesuatu didalam hati Suga kembali muncul setelah sekian lama ia menguburnya demi pernikahan yang tidak diinginkan. Suga seolah merasakan kembali jatuh cinta.

"Ayah? Ayah kenapa melihat bibi itu terus? Ayah menyukainya?" suara cempreng Yoonji segera menyadarkan Suga dari lamunannya. Gadis kecil itu kemudian menarik Suga, membawa ayahnya itu mendekati wanita yang tak lain adalah Wendy.

Oh, Wendy pun tak berbeda jauh dengan Suga. Dia juga syok saat tahu bahwa anak kecil yang ia tabrak tadi adalah anak dari crushnya saat kelas satu SMA. Anak dari pria yang Wendy tak bisa lupakan bahkan hingga saat ini.

Suga duduk saat Yoonji duduk. Pria itu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia enggan menatap Wendy lama-lama. Yang ada dia bisa mati malu.

"Bibi, kenalkan, dia ayahku. Namanya Ayah Yoongi." Yoonji meraih tangan kanan Wendy lalu meraih tangan kanan Suga pula. Gadis kecil itu lalu menjabat tangankan kedua orang tersebut.

Wendy gelagapan. Wanita itu pada akhirnya hanya bisa tersenyum kecil pada Suga. Aku harus apa, Tuhan?

Suga pun tersenyum kikuk. Ia menarik Yoonji lalu memangkunya di paha kanannya. "Apa masih sakit?" tanyanya pada Yoonji.

Seketika Wendy teringat bahwa dia harus mengobati Yoonji. Segera Wendy membuka tasnya, mencari plester dan obat luka yang selalu ia letakkan di dalam tasnya. Begit dapat, dia mulai mengobati Yoonji.

"Maafkan, bibi, ya? Bibi benar-benar tak sengaja. Bibi jadi merasa tak enak padamu dan--" Wendy menatap Suga, "--ayahmu."

Suga seakan terkena heart attack saat Wendy menatapnya cukup lama. Pria itu segera menggendong Yoonji setelah Wendy memberinya obat merah. Dia tidak ingin berlama-lama disini. Suga tidak tahan jika harus terus menatap Wendy. Semakin lama disini, perasaannya akan semakin membuncah.

"Tuan, tapi, aku belum selesai mengobati anakmu," ujar Wendy saat dia baru saja ingin menempelkan plester pada lutut Yoonji.

"Tidak apa, terima kasih. Aku akan mengobatinya sampai di rumah. Terima kasih, Wendy-ssi." Suga membungkuk sejenak lalu pergi meninggalkan Wendy secepat mungkin.

"Bibi, annyeong!" Yoonji berseru sambil melambaikan tangannya pada Wendy. Gadis kecil itu pun tak lupa menunjukkan senyum manisnya.

Wendy tersenyum tipis dan membalas lambaian tangan Yoonji sampai gadis kecil bersama ayahnya itu sudah menghilang dari pandangannya. Wanita itu lantas kembali berjalan menuju mobilnya.

Mimpi apa aku semalam sampai bertemu dengan dia lagi? Aku harus beri tahu Jongin!

❤❤

Suga mendudukkan Yoonji disebelahnya sesampainya mereka di dalam mobil. Pria itu segera menyalakan mesin mobilnya. Dan tak lama mobil sedannya itu mulai bergerak.

"Ayah, kenapa pergi tiba-tiba? Bibi tadi'kan mau menutup lukaku," celetuk si kecil sembari menatap Suga yang sedang fokus dengan jalan raya. "Bibi tadi cantik, ya, Yah?"

Kepala Suga menoleh sejenak, menatap putrinya yang mulai cerewet. Pria itu mengangkat tangan kanannya kemudian mengacak-acak rambut Yoonji gemas.

"Ayah tidak mau merepotkan bibi itu. Menurutmu dia cantik?" tanya Suga dengan lembut. Pria itu tak mengelak perkataan Yoonji. Wendy masih tetap cantik seperti dulu. Bahkan wanita itu masih berhasil membuat jantungnya berdegub kencang.

"Iya! Sangat cantik. Andai, ibu bisa melihatnya pasti Ibu akan mengatakan hal yang sama. Iya'kan?"

Sesaat Suga tidak mampu untuk menyahut. Pria itu tidak tahu harus berkata apa. Namun, secepat mungkin Suga segera membuka suaranya. "Menurut Yoonji, siapa yang lebih cantik? Ibu atau Bibi tadi?" tanyanya.

Yoonji terdiam, sedang memikirkan jawabannya. Tak perlu waktu lama bagi gadis mungil itu untuk menjawabnya, "Ibu tetap yang lebih cantik!" suaranya terdengar senang. Tentu, Yoonji tidak akan pernah meragukan kecantikkan Ibunya.

Suga hanya mampu tertawa kecil. Sekali lagi, ia mengacak-acak rambut Yoonji dengan gemas.

Bagi ayah, tetap saja bibi yang kau lihat tadi yang paling cantik, Yoonji-ah.

❤❤

"Hoaaam, dasar tukang kibul. Jangan banyak menghayal!" Hongbin berceletuk sembari menatap Wendy. Pria itu meletakkan kepalanya dibantal sambil menatap ke arah kekasih dan kedua temannya yang sedang duduk bersama.

PLUK PLUK

Beberapa kulit kacang tak lama mendarat tepat di wajah Hongbin, membuat pria itu meringis kesakitan dan kesal. "Aish. Ya! Jang Eunji! Hentikan itu!".

Eunji yang disemprot marah oleh Hongbin hanya masa bodoh. "Jadi, kau bertemu Suga dan anaknya?" tanyanya pada Wendy. Yang ditanya hanya mengangguk sambil memakan kacangnya.

"Sudah ku bilang'kan? Itu pasti anaknya. Bukan anak tetangganya," ujar Jongin dengan memberi penekanan pada kata 'anak tetangganya', bermaksud menyindir hipotesis Wendy waktu itu.

Wendy sadar dirinya disindir, tetapi wanita itu tak menghiraukan dan sibuk dengan kacang-kacangnya. Toh, kalau ia angkat suara yang ada dia malah bertengkar dengan Jongin.

"Siapa nama anaknya?" tanya Eunji.

"Yoon...Yoonji? Ah, iya, Yoonji!"

Kening Eunji mengerut. Wanita itu rasa-rasanya pernah mendengar nama itu. Tapi, dia lupa dimana ia pernah mendengarnya.

"Yoonji...bukannya tetangga saudaramu yang ada di Daegu?" suara Jongin membuat tiga pasang mata sontak menatap ke arahnya. Pria itu kebingungan saat ditatap bersamaan.

Eunji pun menjentikkan jarinya. "Matta! Kau benar. Tapi, kenapa aku tak tahu dia anak Suga?"

Wendy mengernyit bingung. Sejujurnya dia tak tahu apa yang dikatakan Jongin karena saat liburan beberapa bulan lalu Wendy bertolak ke Toronto. Jadi, dia tak tahu apa yang terjadi diantara teman-temannya yang waktu itu berlibur ke rumah saudara Eunji di Daegu.

Kenapa Korea terasa begitu sempit? Bahkan mereka sampai tahu tetangganya.

Mommy | WenGa (II) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang