delapan

5.9K 825 34
                                    

"Jadi orang jangan suka ceroboh! Kau lihatkan apa yang kau buat sekarang? Dia tewas!"

Gadis berusia 10 tahun itu hanya mengerucutkan bibirnya ketika diomeli oleh tetangganya.

"Aku tidak sengaja, kak! Lagipula, kenapa dia berjalan di jalan sebesar ini?" tanya gadis kecil itu.

"Karena ini jalan umum! Semua orang berhak jalan di sini. Jangan sampai kau melukai orang karena kecerobohanmu."

Gadis kecil bernama Wendy itu menatap tetangganya kesal. "Lagipula yang tewas'kan hanya katak! Kenapa aku dimarahi sampai segitunya?"




Kedua mata Wendy perlahan terbuka ketika sesuatu yang dingin menyentuh kulit pipinya. Wanita itu menolehkan kepalanya dan hanya menatap seseorang yang saat ini sudah duduk di sebelahnya.

Wendy mengedarkan pandangannya. Kepalanya masih sedikit pusing akibat menangis terlalu lama.

"Apa kau baik-baik saja?" seseorang disebelah Wendy itu bertanya. Ia lalu menyodorkan air mineral dingin kepada Wendy. "Jangan terlalu dipikirkan."

CIIIIT

DUARRR

Wendy segera menolehkan kepalanya cepat ketika ia mendengar suara mengerikan yang begitu besar. Namun, wanita itu lupa bahwa ia masih berada didalam mobil dan mengendarai mobilnya.

TIIIIN

Mendengar klakson yang begitu panjang, Wendy spontan menolehkan kembali kepalanya. Bola mata wanita itu langsung melebar ketika tahu bahwa dia telah melewati lampu merah saat lampu merah masih menyala.

Wendy seketika menginjak remnya mendadak, membuat mobilnya menghasilkan bunyi yang nyaring. Namun, sayangnya, akibat kecerobohannya dua mobil yang tadi berada dari arah berbeda sekarang saling tabrak.

Yang mengerikan adalah Wendy melihat secara langsung bagaimana kedua mobil itu saling baku hantam dan membuat kedua body mobil tersebut nyaris hancur.

Dan Wendy lah penyebab kecelakaan tersebut.

"Aku bahkan merasa kalau aku telah melakukan dosa besar didalam hidupku," ujar Wendy dengan suara parau.

Sosok disebelah Wendy yang tak lain adalah Irene itu hanya bisa menepuk-nepuk pundak adiknya agar lebih tenang. Dia tahu bahwa Wendy saat ini mengalami syok berat. Tak ada yang bisa Irene lakukan selain menenangkan adiknya.

Wendy terlalu merasa bersalah sampai ia tak ingat bahwa kecelakaan yang ia lakukan ini akan segera diselesaikan di kantor polisi. Bahkan mungkin sampai pengadilan.

Beberapa jam yang lalu, keluarga korban datang dan menemui Wendy dengan amukkan mereka. Dan Wendy hanya menatap kosong ke arah mereka. Sungguh, pikiran Wendy saat itu melayang kemana-mana. Ia tak bisa fokus pada amukkan mereka. Ia terpaku pada peristiwa mengerikan yang ia timbulkan.

"Astaga, jangan melamun, bodoh! Kau bisa kerasukkan setan!" Irene berseru agak keras, membuat Wendy tersadar dari lamunan singkatnya.

Tiba-tiba Wendy teringat sesuatu.

"Yoonji! Irene, aku harus menemui Yoonji!" Wendy seketika panik. Ia baru ingat kalau tadi dia membuat janji dengan Suga. Dengan terburu-buru Wendy merapikan rambutnya dan memakai cardigannya.

"Jangan gila! Urusanmu masih belum selesai dan kau sudah memikirkan anak tetanggamu itu? Diam disini dan jangan kemana-mana!"

"Tapi, janjiku harus aku tepati. Dia pasti menungguku!"

"Lebih penting mana ketimbang orang-orang yang celaka karena ulahmu!?" suara Irene pun meninggi, membuat beberapa orang yang berada di koridor serentak menatap mereka berdua. Bahkan beberapa orang keluar dari ruang rawat.

Mommy | WenGa (II) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang