Suga berjalan menuruni beberapa anak tangga menuju kantin sendirian.
Sejak mendengar nama Syuin, pikiran pria itu menjadi kacau. Semua yang ia lakukan menjadi tidak benar. Bahkan, mengetik pesan untuk Ibunya saja malah hampir seperti mengirim pesan penuh amarah. Untungnya pria itu cepat sadar kepada siapa ia mengirim pesan, karena kalau sampai pesan itu terkirim habislah ia di rumah.
Mata Suga mengedar mencari sosok Gongdae yang mungkin saja sedang makan bersama karyawan lainnya. Selang beberapa detik, Suga masih belum bisa menemukan ayah mertuanya itu. Tak lama ia pun mendapati pria yang dicarinya itu sedang duduk dipojok kantin sendirian.
Suga merapikan dirinya terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya mendekati mertuanya itu.
Untuk sesaat Suga bingung harus memanggil Gongdae apa. Ayah atau Tuan. Pria itu tak tahu apakah di waktu istirahat seperti ini Gongdae mengizinkannya untuk memanggil dirinya Ayah atau tidak.
"Tuan," panggil Suga sopan. Ia lalu duduk di hadapan Gongdae.
"Akhirnya kau datang. Sudah memesan makan?" tanya Gongdae.
Suga hanya menggeleng.
"Kalau begitu pesan lah dulu. Aku menunggumu disini."
"Ah, tak perlu, tuan. Aku bisa makan nanti," tolak Suga dengan halus. Bukannya apa, Suga sangat malas untuk bolak-balik. Apalagi dia benar-benar canggung kepada mertuanya sekarang. Mungkin, sekalinya Suga memesan makanan, ia akan tetap di sana dibandingkan mati canggung di sini.
"Baiklah. Jadi, aku memintamu bertemu untuk membahas kontrak kita."
Glek!
Suga menelan salivanya. Sejak kematian Dayeon, hal ini lah yang ingin Suga hindari. Kontrak bodoh yang dibuat ayah mertuanya.
"Ye, ada apa dengan kontrak itu?" Suga bertanya dengan hati-hati.
"Aku mau kita memperpanjangnya."
Bagai disambar petir, Suga kaget bukan main. Dia pikir setelah kontrak yang sebelumnya ia setujui berakhir, dia akan terbebas dari Gongdae. Namun, apa yang ia dengar tadi membuat keinginannya untuk bebas menghilang.
Suga tersenyum kaku. "Maaf sebelumnya, tuan, tapi aku berencana untuk tidak memperpanjangnya," tolaknya.
Raut wajah Gongdae seketika berubah masam. Wajahnya menunjukkan bahwa ia tak suka mendengar penolakan dari Suga barusan.
"Apa kau tidak ingat yang dikatakan ayahmu sebelum dia meninggal?"
Tangan Suga seketika terkepal kuat di bawah meja. Dia benci jika semua yang ia lakukan untuk Gongdae harus disangkutpautkan dengan permintaan Ayahnya.
Suga tahu, ia ada di perusahaan ini berkat Ayahnya yang meminta agar dirinya membalas semua jasa Gongdae untuk ayahnya. Tapi, apakah setiap keinginan Gongdae yang ia tolak harus membawa-bawa Ayahnya? Toh, jika bukan karena permintaan, Suga tidak akan mungkin menyetujui kontrak itu dan menikahi Dayeon.
Pria muda itu menghela udara pelan. Dia tak ingin emosinya terpancing. "Maaf tuan, kali ini aku benar-benar tidak bisa. Yoonji membutuhkanku di rumah."
"Alasan bodoh macam apa itu? Yoonji juga cucuku, Yoongi. Kenapa kau tak buatkan dia ruangan kecil di dalam ruanganmu? Aku memberi kebebasan padamu untuk membuat apa yang kau mau dengan ruanganmu.
Yoonji sudah besar. Lagipula, Ibumu menjaganya dengan baik sampai dia membuat cucuku itu lupa bahwa aku juga salah satu kakeknya."
Sabar, Suga. Sekarang bukan saatnya untuk meledak di hadapannya. Inhale. Exhale. Sepertinya besok aku harus menyantetnya.
"Baiklah jika itu keinginan, tuan. Apa yang harus aku lakukan untuk memperpanjang kontrak?"
Senyum bahagia langsung terpampang di wajah yang mulai mengerut milik Gongdae.
"Menikahlah dengan Syuin."
❤❤
Wendy keluar dari dalam mobilnya setelah ia memarkirkan mobil tersebut di garasi. Wanita itu segera berjalan masuk ke dalam rumah tanpa mengucap salam ketika melihat pintu rumahnya terbuka lebar.
Langkah kakinya menuntunnya ke kamar. Wendy segera menutup pintu kamar begitu ia sampai.
Wanita itu berjalan menghampiri kasurnya lalu membaringkan tubuhnya di kasur. Sneakers putih yang ia pakai masih melekat di kedua kakinya. Bahkan, kacamata baca yang biasanya ia lepas sehabis belajar juga masih bertengger di hidungnya.
"Kenapa rasanya hari ini berat sekali, Tuhan?" Wendy bergumam sembari memejamkan matanya. "Lalu, kenapa pula sosok model itu mengisi kepalaku?"
Wendy bangun dari posisinya. Dengan segera wanita itu mengambil ponselnya di saku jaketnya. Dia lalu membuka mesin pencari di internet dan mengetik nama Yoon Syuin di kolom pencarian.
Tak butuh waktu lama, semua artikel tentang Syuin langsung muncul. Karena Wendy masih belum tahu apapun mengenai model majalah itu, akhirnya ia memilih membuka profil mengenai Syuin.
Yoon Syuin. Lahir tanggal 12 Februari 1996 di Daegu, Korea Selatan. Syuin memulai karirnya sebagai model majalah yang diedarkan di Daegu saat berusia 14 tahun.
Yoon Syuin merupakan anak dari Yoon Gongdae, pemilik Yoon Corp. Dia juga merupakan adik dari Yoon Dayeon yang berprofesi sama.
"Yoon Dayeon?"
Wendy segera mengklik nama tersebut, kemudian muncul lah profil milik Dayeon.
Yoon Dayeon
Lahir : 3 Juni 1993
Wafat : 3 Maret 20XX
Profesi : Model
ㅡㅡ
Ayah : Yoon Gongdae
Ibu : Han Yejin
Suami : Min Yoongi
Anak : Min YoonjiWendy bagai ditampar ratusan tangan saat itu juga. Ia terkejut dengan fakta yang baru ia baca. Berulang kali wanita itu mengucek matanya, mencoba meyakinkan bahwa yang ia lihat di layar ponselnya bukan merupakan halusinasi. Tapi, ternyata benar.
"Kalau Dayeon adalah istri Suga yang meninggal, maka Syuin adalah iparnya?"
Mulut Wendy menganga. Dia tak bisa mempercayai apa yang dibacanya. Dia juga tak menyangka bahwa Suga pernah menikah dengan seorang model dan merupakan mantu dari seorang CEO.
Wanita itu keluar dari mesin pencari kemudian mengunci ponselnya. Dibaringkannya lagi badan mungilnya itu di atas kasur.
Mimpi apa aku semalam sampai hal ini bisa terjadi.
ㅡㅡ
Tbc yaw :3
Gak tau kenapa tiba2 kepengen bikin per chap itu cuma 800+ words ato 900+ words. Tapi, tergantung ide juga sih.
And this part, beta cuma bisa nulis segitu. Bukannya stuck juga sih cuman males panjangin soalnya sampe bagian Wendy itu aja udh 800+ words. Kalo nambah bisa 1500+ kali ya wkwk.
Kebanyakn bacot kayaknya :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy | WenGa (II) ✔
Fanfictioncerita Wendy sebelum akhirnya menikahi sosok Suga yang telah beranak satu itu.