"Jadi, bibi cantik yang ayah maksud bibi yang menolongku?"
Wendy seketika blush saat Yoonji menyebutnya 'bibi cantik'.
"Bibi juga cantik loh, Yoonji." Irene menyeletuk. Ia sedikit tidak terima saat hanya Wendy lah yang dicap cantik.
"Tidak. Bibi Wendy lebih cantik," ujar Yoonji.
Wendy seketika meledakkan tawanya. "See? Anak kecil saja tahu mana yang cantik dan mana yang lebih cantik," kata Wendy. Dia sengaja ingin membuat Irene malu dihadapan anaknya Suga itu.
"Yoonji, nggak boleh gitu. Maaf noona, Yoonji memang kadang suka blak-blakan," ujar Suga sembari membungkuk 45 derajat. Dia benar-benar merasa tak enak pada Irene.
Irene hanya tersenyum sembari mengangguk, berusaha memaafkan walaupun sebenarnya dia benar-benar tak terima bahwa Yoonji lebih mengakui kecantikan Wendy dibanding dirinya.
"Ayah, aku lapar. Boleh makan, tidak?"
"Kau lapar? Ayo, ikut bibi memasak di dapur!" Irene berseru senang. Wanita itu beranjak dari sofa, menarik tangan mungil Yoonji lalu membawanya ke dapur.
Dan.. tersisalah dua manusia yang pernah mempunyai hubungan semasa SMA dulu. Si perempuan tampak malu-malu sedangkan si laki-laki menyunggingkan senyumannya.
Wendy benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Rasanya berbeda saat harus kembali bertemu dengan ex-boyfriend. Bahkan jika dulunya ia sangat pede dan tak tahu malu ketika bertemu Suga sekarang semua itu seakan lenyap. Yang ada justru gugup dan malu.
"Tidak perlu tegang begitu, Wen. Kau seperti baru mengenalku. Santai saja lagi, hahaha."
"Hehe." Wendy menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Duh, aku bahkan tak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dengan Hongbin?"
Wendy menatap Suga. "Kami baik-baik saja."
Suga mengangguk. "Sudah berapa tahun?" tanyanya.
Bingung. Wendy bingung maksud dari pertanyaan Suga barusan. Apanya yang berapa tahun, sih?
"Apa? Kami berteman dari SMA sampai sekarang. Hampir 6 tahun?"
Hening.
"BUAHAHAHAHA!"
Ketawanya astaga. Bisa selebar itu mulutnya, Wendy membatin.
"Kau ternyata salah paham dengan pertanyaanku rupanya. Ingat suratku waktu itu? Aku pernah bilang sesuatu'kan?"
Wendy mengernyitkan keningnya sembari berusaha berpikir. Surat dari Suga itu ia simpan di laci meja sekolah. Iya, saat Suga pindah, Wendy selalu membawa surat itu kemana-mana dan destinasi terakhir surat itu adalah laci mejanya saat ia kelas 3.
"Aku lupa apa yang kau bilang saat itu." Wendy menyengir saja.
Suga menggelengkan kepalanya sembari meredakan tawanya yang meledak tadi. "Ku pikir kalian sepasang kekasih sekarang. Ternyata masih berteman," katanya.
Sekarang baru Wendy ngeh dengan maksud perkataan Suga sejak tadi. Ia lantas tertawa kecil. Malu.
Wanita itu beranjak dari sofanya, hendak mandi dan mengganti bajunya sekalian ingin tidur kalau bisa. Badannya masih sakit-sakit sekarang.
"Mau kemana?" Tanya Suga.
Wendy menoleh. "Aku mau mandi. Badan lengket-lengket habis latihan tadi. Duluan ya."
"Iya, silahkan."
♥♥
Suga merebahkan dirinya di kasur. Tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas. Ia menyalakan ponselnya lalu membuka lockscreen pada layarnya. Jemarinya bergerak diatas layar, menulis sebuah pesan untuk seseorang. Begitu pesannya terkirim Suga kembali mengunci ponselnya dan kembali meletakkannya di atas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy | WenGa (II) ✔
Fanfictioncerita Wendy sebelum akhirnya menikahi sosok Suga yang telah beranak satu itu.