empat

7.6K 1K 55
                                    

Suga menarik selimut tebal milik putrinya hingga sedada saat putrinya itu sudah terlelap setelah didongengkan olehnya. Ya, semenjak istrinya meninggal, Suga lah yang harus menggantikan posisi 'Ibu' bagi putri kecilnya.

Pria tersebut beranjak dari kasur Yoonji. Ia berjalan dengan pelan keluar dari kamar anaknya.

"Yoon, Ibu ingin bicara sebentar." Nyonya Min berkata setelah wanita itu hampir semenit menunggu Suga keluar dari kamar Yoonji. Lantas dia berjalan menuju ruang keluarga diikuti Suga dibelakangnya.

Anak dan Ibu tersebut duduk saling berhadapan. Keduanya hanya diterangi cahaya remang-remang dari lampu ruang makan.

Untuk sesaat keadaan diantara mereka berdua hening sampai dehaman Suga membuat Nyonya Min akhirnya membuka suaranya.

"Ibu pikir sebaiknya kita kembali ke rumah lama," katanya dengan pelan.

Alis Suga menyatu. "Maksud Ibu kita kembali lagi ke Daegu? Lalu, apa gunanya kembali ke Seoul dan tinggal di apartemen?"

"Bukan itu maksud Ibu. Kita kembali ke rumah lama. Tuan Hong sudah tidak mengontrak lagi. Ibu pikir juga sayang kalau kita menjualnya. Jadi, bagaimana kalau kita kembali tinggal di rumah itu?"

Sekarang Suga mengerti rumah lama mana yang Ibunya maksudkan ketika wanita tersebut menyebut Tuan Hong. Rumah yang ia tempati lebih dari 8 tahun. Rumah yang bersebelahan dengan rumah Wendy.

Kalau begini, mana mau Suga menolak? Dia benar-benar merindukan rumahnya itu. Apalagi jendela yang menghadap langsung ke arah kamar Wendy. Ah, Suga jadi ingat saat Wendy sering menegurnya dulu.

"Bagaimana? Apa kau mau?"

Suga tanpa sungkan mengangguk. "Tentu saja aku mau."

♥♥

Wendy menguap selebar mungkin saat Dosen Kang sedang menerangkan materi di depan kelas. Entah sudah berapa kali Wendy menguap dalam lima menit. Yang jelas wanita itu benar-benar mengantuk sekarang. Persetan dengan materi.

Mata Wendy melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya. Masih ada 15 menit sebelum kelas berakhir. Waktu terasa berjalan lama, apalagi dalam keadaan mengantuk seperti ini.

"Psst!"

Dengan mata setengah mengantuk, Wendy menoleh ke kanannya. Kedua alisnya terangkat seolah bertanya-kenapa-memanggilku-?

"Setelah ini kumpul di studio. Kita akan latihan," kata Sehunㅡyang memanggil Wendy barusan.

Kedua mata Wendy mendadak segar. Alisnya menyatu. "Kenapa mendadak?  Bukannya pelatih Son bilang sebentar malam?" tanya Wendy berbisik. Lagi, ia menguap. Dan tanpa menutup mulutnya.

Sehun memutar kedua bola matanya, "Aku'kan ketuanya. Turuti saja apa yang aku katakan. Kau beri tahu Seulgi, okay?"

Wendy menghela napas lalu menganggukkan kepalanya. Ah, padahal dia berencana untuk pulang ke rumah dan tidur setelah kelas Dosen Kang usai. Sayang, dia tidak berjodoh dengan kasur.

"Lalu, sudah kau ajak Jongin untuk bergabung?" Wendy bertanya, lagi.

Kepala Sehun menggeleng sebagai jawaban. Pria itu lalu bersuara, "Kau'kan sahabatnya kenapa tidak kau saja, sih?"

Tuhkan lagi-lagi aku yang disuruh-suruh. Menyebalkan sekali.

"Sehun dan Wendy! Apa kalian menyimak apa yang aku katakan barusan?"

Keduanya sontak gelagapan saat Dosen Kang menangkap mereka berdua sedang mengobrol.

"Iya, ssaem. Kami menyimak," bohong Wendy. Mendengar jawabannya itu Dosen Kang pun lalu kembali menerangkan materi, tidak curiga bahwa sebenarnya Wendy tadi berbohong.

Mommy | WenGa (II) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang