Kyuhyun tengah duduk di kursi kebesaran ruangan kerja pribadi di rumahnya. Beberapa menit lalu, dia mendapat informasi dari orang kepercayaannya yang mengatakan jika seseorang yang ia sayangi saat ini tengah mengandung.
Itu merupakan kabar membahagiakan. Tetapi, tidak bagi Kyuhyun. Dia tidak menginginkan perempuan itu hamil. Katakanlah dia egois, itu benar. Kyuhyun tidak menyangkal.
Kyuhyun memejamkan mata. Kilasan masa lalu itu terpatri jelas di benaknya.
Saat dirinya meninggalkan meeting bersama klien pentingnya tanpa kata. Saat dirinya mengendarai mobilnya menuju bandara dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat itu, Kyuhyun benar-benar ingin meledakkan amarahnya kepada siapapun orang yang ditemuinya.
Pun, ketika dia sampai di negara tujuan, mengabaikan jet lag setelah menempuh perjalanan udara bermil-mil jauhnya, Kyuhyun hampir saja meledakkan amarahnya pada supir taxi yang begitu lamban mengendarai mobil di tengah kemacetan lalu lintas kota.
Dan ketika dia sampai di tempat tujuan, Kyuhyun berlari di sepanjang koridor rumah sakit seperti orang gila. Mencari ruang UGD ditengah kepanikan hebat yang melanda. Seharusnya dia bertanya terlebih dahulu ke bagian administrasi.
Tetapi, bagaimana mungkin dia bisa berpikir jernih ketika mendapati kabar bahwa perempuan yang disayanginya itu terlibat kecelakan tunggal dan mengalami pendarahan hebat?
Bayang-bayang ketika perempuan itu terbaring koma selama dua bulan, membuat Kyuhyun tak henti menyalahkan dirinya sendiri atas kesialan itu. Terlebih, dia menyalahkan pria yang berstatus sebagai suami perempuan itu. Bagaimana mungkin pria itu membiarkan istrinya yang tengah hamil dengan perut besar mengendarai mobil seorang diri?!
Kesialan itu tidak hanya membuat perempuan itu koma, mereka juga harus merelakan janin di dalam perut perempuan itu yang tidak dapat tertolong akibat pendarahan hebat yang dialami perempuan itu.
Kyuhyun benar-benar ingin mencekik leher pria itu hingga mati kehabisan nafas. Biarkan saja jika pria itu mati dan perempuan itu hidup menjanda setelahnya. Itu akan jauh lebih baik daripada perempuan itu harus hidup dengan pria tidak berguna itu. Tetapi sayang, keinginannya mencekik leher pria itu hanya sebatas mimpi ketika Kyuhyun menyadari betapa perempuan itu mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada pria itu.
Kyuhyun tidak ingin kesialan itu terulang kembali. Dia tidak sanggup jika harus melihat bagaimana perempuan itu terpuruk setelah terbangun dari komanya dan mendapati calon anaknya telah tiada karena keteledoran perempuan itu sendiri. Kyuhyun tidak bisa jika perempuan itu kembali mengandung.
Haruskah dia memaksa perempuan itu untuk menggugurkan kandungannya? Tapi, dia tidak ingin menjadi pembunuh. Janin itu jelas tidak berdosa. Tetapi kehadirannya akan membuat segalanya menjadi rumit.
'Oh, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?'
Kyuhyun membuka matanya, menangkup wajahnya dengan kedua tangan dan mengusapnya kasar. Matanya menyipit ketika mendengar pintu ruangannya diketuk. Kyuhyun menghela nafas sebelum mempersilahkan masuk seseorang di luar sana.
Seorang pria berusia kisaran 35 tahun masuk dengan setelan resmi, membawa map biru yang membuat Kyuhyun mengerutkan kening.
Pria itu membungkuk sopan pada Kyuhyun yang masih duduk di kursinya.
"Hasil salinan tes laboratorium Nona Muda yang anda inginkan, Tuan." Pria itu menyerahkan map biru di atas meja kerja Kyuhyun.
Kyuhyun mengangguk sebelum meraih map itu. Sebenarnya, dia tidak perlu membuka map itu karena pria di depannya telah mengetahui bahwa perempuan itu pergi ke sebuah rumah sakit dengan suaminya untuk melakukan tes laboratorium yang ke dua. Tetapi, apa salahnya jika dia hanya ingin membuka map itu? Hasil tes itu sudah bisa dipastikan 100% akurat.
Kyuhyun mulai membuka map itu, matanya menatap lekat setiap tulisan yang menempel, berjajar rapi pada kertas putih itu. Mendesis ketika hasil tes itu menunjukkan jika gadis yang ia sayangi benar-benar hamil. Usia kehamilannya 12 minggu.
Dahi Kyuhyun berkerut dalam. Haruskah ia mengambil keputusan untuk memaksa gadis itu menggugurkan kandungannya?
Kyuhyun menatap sekilas pria di depannya yang menunjukkan raut datar.
"Jadi dia hamil?"
Pria itu menyadari amarah Kyuhyun yang terselip dalam pertanyaan bernada datar itu. Pria itu memasang wajah datar, seolah tidak terpengaruh oleh aura gelap yang memancar dari tubuh Tuannya.
"Benar, Tuan." Jawabnya dengan penuh kehati-hatian.
Kyuhyun melempar kasar map biru itu ke atas meja untuk melampiaskan emosinya yang mulai tersulut. "Dia benar-benar keras kepala." Dia menatap lurus ke depan. Otaknya berputar, memikirkan cara yang tepat untuk menghalangi segala upaya gadis keras kepala itu agar tidak mempertahankan kehamilannya.
Demi Tuhan! Dia tidak ingin melihat perempuan itu menderita lagi. Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Kyuhyun benar-benar tidak ingin kesialan itu terjadi lagi.
"Dia harus menggugurkan kandungannya." Kalimat itu meluncur mulus dari bibir Kyuhyun. Membuat pria di depannya yang masih berdiri, menegang di tempatnya.
"Sudah aku putuskan. Dia harus menggugurkan kandungannya." Ulangnya sekali lagi dengan nada dingin mendominasi.
-oOo-
Kelanjutan cerita, dihapus untuk keperluan penerbitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE | Cho Kyuhyun & Oh Taerin
Fanfiction{ENDING🏁} ♡♡♡ "Kesalahanku adalah tidak mengatakan kebenarannya sejak awal." - Cho Kyuhyun DO NOT COPY MY STORY❎ ===== ===== ===== ===== ==== ===== ===== MINE ©2016, Flaming Teeth Rich