Enam Belas

1.4K 65 4
                                    

"Ini bu,yg saya takuti dan ternyata terbukti akhirnya" ucap Dokter itu pasrah.

"Maksud dokter?"

"Nak Angga..." dokter itu menggantung kalimatnya. Mama Yuli sangat  penasaran mendengarnya.

"maaf bu kami harus memberitahukan bahwa sel Kangker Hati yg ada ditubuh Angga aktif lagi bu" Ibu Yuli membekap mulutnya sendiri. Kaget sangat.

Penyakit yg telah lama hilang itu ternyata sudah kembali lagi. Entah bagaimana mungkin bisa terjadi.

Angga masih belum bisa sadarkan diri ,sedangkan Adzwa sedang menunggu kesadaran Angga itu sambil menangis karena iba. Jujur Adzwa mengetahui bahwa Angga merupakan laki² yg kuat. Tapi jika melihatnya terbaring seperti ini ,Adzwa sendiri seperti tdk mengenali sosok kakanya itu.

"Bang bangun ,jgn kaya gini. Abng kuat. Abang ga boleh lemah. Nanti siapa yg berantem sama Wawa tiap pagi ? Kan cuma Abang. Abang juga bilang kan abang punya rasa kagum sama kak Manda,trs nnti kalo Abang gasadar gimna abang bisa perjuangin ka Manda. Bang pls bangun demi aku, Bunda, ka Manda, dan demi semua orang yang kaka sayang " ucap Adzwa terisak, sambil menggoncangkan tibuh Angga yg terbaring dan memeluknya.

"Sudah nak, biarkan kaka kamubistirahat dulu. Abang kamu itu kuat " ucap Bunda Yuli yg tbtb di belakang Adzwa. Mengelus pundak Putri nya untuk menenangkan.

"Bun, Bang Angga knp?Bang Angga gaboleh Sakit Bun. " Adzwa semakin terisak dan kini berada dipelukan bundanya.

"Angga..." Bunda Yuli tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Namun dia harus tetap melanjutkannya.

"Kamu harus janji jgn bicara ini kepada kaka mu ya nak?"

"Kenapa Bun Kenapa?Bang Angga gapapa kan? Kenapa abang gaboleh tau?" tanya Adzwa mulai gelisah.

"Sel kangker hati kakakmu aktif lagi Wa" Adzwa tercengang mendengar perkataan ibundanya ,jujur ia tidak ingin kakanya menderita seperti dahulu. Sudah cukup masa kecil kakaknya itu. Dipenuhi dengan penderitaan. Mengapa disaat seperti ini juga kakanya harus mengalaminya lagi?

"Ga Bun, gak mungkin. Abang itu udh sembuh. Gaada Sel kangker lagi di tubuhnya. Bunda inget kan kata dokter 6 tahun yg Lalu?" Ucap Adzwa masih tidak percaya.

"Semua manusia punya takdirnya masing-masing. Tidak ada satupun yg bisa menghindari takdir itu,justru kita harus menghadapinya. Begitupun dengan kaka mu,dia lelaki yg kuat bukan? Maka dari itu tuhan ingin mengujinya seberapa besar dan sampai mana kekuatannya itu. Percayalah sayang, dibalik ini semua akan ada hikmah yg baik. Jujur Bunda awalnya Tdk bisa terima. Tapi jika terus begini, justru kita akan mempersulit kesembuhan kaka mu. Jadi Bunda mohon ya nak, jgn beritahu kaka mu dulu.

"Kenapa Abang gaboleh tau Bun, jika terus ditutupi seperti ini pasti Abang juga akan tahu nantinya" jelas Adzwa. Bunda Yuli tersenyum simpul. Lebih tepatnya senyum miris. Mungkin.

"Kita bukan tidak memberi tahu, tapi ini hanya bukan waktu yg tepat untuk memberi tahu" Lalu Adzwa mengangguk mengerti.

****

Hari ini memang Angga sengaja ijin ke kampus, dikarenakan dirinya yg masih do rawat di rumah Sakit. Beda halnua dengan Amanda yg Sudah datang sekita 20 menktan yg Lalu, tapi dengan kegelisahannya. Entah appa yg membuat gadis itu berbeda Hari ini? Mungkin karena rasa khawatirnya kepada Angga.

Sebenernya mata kuliah akan dimulai masih sekitar 45 menitan lagi. Jadi Manda lebih memilih untuk ke loteng gedung. Dia menikmati udara pagi di atas sana. Sesekali rambutnya beterbangan dan menutupi wajah mungilnya. Ia juga berfikir, mengapa diri sebegitu khawatirnya bersama Angga. Tapi tiba-tiba saja ia mendengar keramaian di bawah sana. Ia memutuskan untuk turun, dan melihat ada apa sebenarnya.

Ternyata Ini Sesaat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang