Louis

107 9 1
                                    

"yah.. ini rumahku, kau bisa duduk di situ." kataku sambil menunjukkan ruang tamunya. Louis sepertinya kedinginan. 

"Lou, kau mau cokelat panas?" tanyaku.

"oh, boleh. kau baik sekali ve.." puji louis. baru kali ini aku dipuji 'baik' oleh orang. hoho..

aku membuatkan louis cokelat panas, ketika aku membuatnya tiba tiba atap rumahku ada yang bocor. memang bocor dari dulu sih, dan dad tak mau membetulkannya karena males. ketika aku mau mengambil gelas di rak gelas, aku terpleset dan untungnya Louis sudah menangkapku. kami sempat bertatapan lamaaaa sekali.

"Ve.. kau cantik sekali. aku baru sadar." ucap louis.

"lou, kamu bilang apa'an sih?"  balaku lalu mencoba berdiri lagi.

"i love those eyes. " puji Louis.

"thanks, " jawabku lalu mengambil cokelat panas yang kubuat tadi.

kami berdua meminum coklat panas di ruang tamu, sambil berbincang bincang. Louis ini sangat pintar melawak ternyata, dia tak berhenti membuatku tertawa. he's so funny. 

"sudah Lou.. perutku sakit hahahaha..." 

"tapi, ceritanya belum selesai."  kata Louis.

"no.. jangan dilanjutin hahaha.. "

"astaga Vee.. aku gak nyangka bisa ngeliat kamu ketawa ngakak kayak gini. sampe wajahmu merah!"

"kamu sih! haha.. "

"coba kamu bisa ngubah sikap cuekmu dikiiit aja, diganti jadi murah senyum. pasti banyak yang suka sama kamu." kata Louis. aku jadi heran kenapa banyak sekali orang yang protes dengan sikapku. mungkin aku egois? aku coba tanyakan ke Louis.

"lou, menurutmu aku gimana orangnya?" tanyaku. dia langsung berdiri dan menirukan gayaku.

"Judes, Murung, ga pernah senyum, pendiem, Cuek, tapi cantik" 

"apa? segitunya aku ya?" 

"iyaa.. ubah doong sikapmu, manis dikit kek."

"caranya?? aku udah gini dari lahir."

"ikutin aku ya, kamu coba ngaca disitu." perintah Louis sambil menuntunku ke depan kaca.

"kamu tunjukkin sikap kamu yang biasanya." aku mengikuti omongannya, dan ternyata aku sangat jelek pada saat itu. aku gak bisa menyembunyikan kekagetanku. 

"kaget kaan? sekarang coba ketawa." aku mengikutinya lagi, dan lumayanlah dari pada tadi, aku jadi lebih lucu ketika tertawa.

"stop ketawanyaa.. sekarang kamu senyum" 

"lou, udah ah, aku males liat di kaca pas senyum."

"kenapa?"

"keliatan brace nya."

"gapapa, itu yang bikin cakep. coba dulu deh."

aku mencoba saran louis untuk tersenyum. suara louis yang tadi sangat cempreng berubah menjadi gentle lalu dia membisikkan sesuatu ke telingaku.

"Owh.. You.. You're So.. Beautifull ve.. "

"thanks lou.. kamu udah bilang berapa kali kalo aku tuh cantik. bosen tau, tiap orang ketemu mesti bilang gitu. aku ga mau dibilang cewek murahan atau cari perhatian cuma gara gara banyak cowok yang suka sama aku. aku gak mau dituduh kayak gitu! makanya aku males kalo ..." kataku sambil menutup wajahku dan duduk di sofa. Louis membungkuk untuk menyamakan posisinya denganku.

"jadi itu alasannya? gak ve, cantik itu anugerah dari tuhan. biarin mereka yang ngejudge kamu sebagai wanita murahan atau cari perhatian atau apalaah.. pokoknya kamu gak ngelakuin kan? udah, mulai sekarang kamu mesti senyum ya? aku mau liat besok, kamu senyum. jangan murung kayak biasanya . oke? " ucap louis, aku hanya mengangguk tanpa melihatnya.

And It Called As True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang