Bab 5

1.2K 133 4
                                    

Setelah mereka berlalu dari pandangan kami, aku bertanya kepada Putri.

"Put, lo ngerasa ada yang janggal gak?"

"Nggak tuh."

"Masa sih? Kok ceweknya Michael kayak kenal kita?"

"Heh, lo itu anak populer. Mana mungkin dia gak kenal lo. Apalagi kita kan selalu bareng. Dia pasti kenal gue juga."

Benar juga.

"Yuk kita pulang."

"Oke."

***

Kami tiba dengan selamat (?) di depan rumahku.

Putri melambaikan tangan ke arahku dan melajukan motornya menjauhi rumahku.

Aku melempar tasku ke sofa terdekat. Aku menenteng kantong plastik berisi dress menuju ruang belakang rumahku.

Di sana, aku menyalakan air keran dan mengisi ember hitam yang biasa kupakai untuk mencuci baju.

Setelah ember terisi penuh, aku menaburkan bubuk deterjen putih ke dalamnya.

Aku pun mulai mencuci dress tersebut.

Kujemur dressku itu di balkon belakang rumahku.

Angin sepoi-sepoi membuatku terlena. Aku memejamkan mataku dan pikiranku penuh dengan prom night.

Akankah prom night besok akan menyenangkan?

Mengapa perasaanku gak enak ya?

Ah, paling aku yang terlalu paranoid.

Sambil menunggu dressku kering, aku bersantai-santai ria di kamarku.

Besok adalah hari yang kunanti-nantikan.

Aku harus berdandan yang cantik dan menawan besok. Aku berharap Michael melirikku...

Eh, tidak boleh-tidak boleh! Aku gak mau jadi perusak hubungan orang.

Tapi, gak ada salahnya kan aku berharap? Aku cuma ingin dilirik saja kok...

Tumben, mengapa hari ini aku tidak dihantui rasa bersalah?

***

Hoam.

Sudah hari Jumat ternyata...

Seperti biasa, aku menjalankan rutinitasku sehari-hari. Hari ini tidak ada rapat OSIS. Semua sibuk mempersiapkan prom night nanti malam.

Jarum pendek sudah menunjukkan angka enam.

Aku bersiap-bersiap untuk prom night.

Mandi.

Berdandan.

Berpakaian.

Menyiapkan tas.

Sampai memakai high heels.

(Gila, aku ribet banget!)

Aku menelpon Putri.

"Put, jemput gue dong."

"Sabar, gue lagi pakai sepatu nih."

Aku terkekeh.

"Lo pake sepatu sambil nelpon? Keren juga lo."

"Iya dong! Gue!"

Lima menit kemudian, Putri datang.

Aku mengunci pintu pagar dan naik ke jok belakang motor Putri.

Sekolah sudah ramai sekali.

Para cewek memakai dress yang bagus-bagus.

Para cowok memakai kemeja putih yang tampak cocok dengan black suitnya.

Mereka semua memakai topeng yang nyaris membuat mereka tak dikenali.

Oh iya, aku lupa memakai topeng.

Aku membuka tasku dan mengobok-obok isinya.

Ta-da!

Topeng hitam cantik berhiaskan bling-bling emas.

Aku memakainya dan Putri berdecak kagum.

"Gila. Lo seperti putri aja."

"Masa gue mirip lo?"

Aku terkekeh.

"Maksud gue bukan itu bodoh."

Dan kami berdua tertawa sampai suara kami habis.

***

Acara prom night dimulai.

"Selamat malam, guru-guru yang saya hormati, serta teman-teman yang saya kasihi."

Gila. Formal benar...

"Saya selaku ketua OSIS dengan ini membuka acara prom night."

"Saya harap acara ini berkenan di hati kalian."

"Terimakasih."

Semua orang mulai berdansa.

Kecuali aku, tentu saja.

Aku tidak menemukan seorang pun untuk diajak berdansa.

Tiba-tiba...

Sebuah tangan menggenggam bahuku dan kuketahui tangan itu adalah milik Michael.

"Mau berdansa denganku?"

Aku mengangguk.

Kami mulai berdansa.

Tanpa kami ketahui.

Prom night malam ini menjadi awal malam yang terkutuk.

The Meaning of Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang