Perawakan pembunuh itu terbayang di benakku.
Tubuh tinggi.
Bahu lebar dengan jas hitam melingkupinya.
Topeng berwarna hitam menutupi seluruh wajahnya.
Sekilas pembunuh itu seperti seorang cowok.
James?
Masuk akal.
Tapi kalau diperhatikan secara detail, sepatunya memiliki hak yang tinggi.
Aneh untuk seorang cowok.
Aku harus memikirkan bagaimana caranya keluar dari sekolah ini.
Tiba-tiba Putri berteriak.
"Kenapa?"
Suaraku tersendat saat melihat jasad itu.
Matanya terbelalak.
Tubuhnya ditusuk oleh duri-duri dari bawah tubuhnya.
Darah menyembur keluar dari celah-celah tubuhnya.
Rosiana.
Dia adalah ketua tim basket cewek.
"Gila, tragis bo!"
"Santai dong ngomongnya. Kalau dia culik lo gimana?"
"Amit-amit deh."
Aku tidak mengacuhkan komentar Putri.
Aku mengotak-atik laci guru.
Hampir semua laci guru terkunci.
Eh?
"Laci yang ini terbuka."
Kapal pecah.
"Gue ketemu."
"Tulisannya UKS."
"Lantai tiga dong?"
Kami keluar dari ruang guru.
Lantai tiga.
Hah?
Aku melihat sesosok pria yang tak mungkin kulupakan.
Michael.
Kakinya berdarah.
Dia berjalan dengan susah payah.
Aku berlari mendapatkan dia.
Mataku berkaca-kaca.
"Gue belom mati kok. Gue gak akan mati segampang itu."
"Terus kaki lo kenapa? Darah lo ngucur terus tuh."
"Gue baru aja bangun dari tidur."
"Tiba-tiba si monster muncul."
"Terus?"
"Dia bawa pisau."
"Dan.. Begitulah."
"Yang gue bingung, si monster bilang kalau dia udah membunuh lo sama Christie.
"Oh ya?"
"Dia kasih bukti berupa mayat."
"Mirip lo sama Christie."
"Benar-benar penipuan yang luar biasa."
"Ya namanya monster."
"Ahli menyembunyikan jati
dirinya."Benar.
"Kaki lo perlu diobatin tuh."
"E-hem."
Sial.
"Apaan sih, Put?"
"Gak ada apa-apa kok."
Putri tersenyum simpul.
Sabar.
Kami menaiki tangga menuju lantai tiga.
Ruang UKS terletak di antara ruang modern dance dan ruang vocal group.
Ceklek.
Pintu sudah tak terkunci lagi.
Kami masuk.
Kotak P3K mana ya?
Benda itu berada di atas rak obat-obatan.
"Put, lo angkat gue ya."
Aku menggapai kotak tersebut dengan susah payah.
Dapat!
***
Aku membersihkan luka di kaki Michael.
Aku melirik Michael.
Timbul di dalam diriku rasa kasihan.
Aku ingin menghentikan penderitaannya itu.
Kami mulai memeriksa segala sesuatu di ruangan ini.
Benang?
Gumpalan benang terurai di bawah sebuah bed.
Tirai?
Aku membuka tirai itu.
Yap.
Nightmare's still goin' on.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Life [COMPLETED]
غموض / إثارةCatherine. Umur 15 tahun. Adalah seorang anak yang populer di sekolahnya. Wajah cantik, prestasi bagus. Tetapi tak seorang pun tahu rahasianya yang gelap. Peristiwa teror di sekolahnya mengungkap rahasianya itu.